5. Love Wind

40 11 2
                                    

Day 5: Buat karya yang melanjutkan kisah dongeng/legenda yang ada.

Day 5: Buat karya yang melanjutkan kisah dongeng/legenda yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disclaimer:

Cerita ini tidak terkait dengan bab-bab sebelumnya. Cerita ini berdiri sendiri. Jadi, ini bukan kisah Tata, Joe, dan Noah (iya, rencananya DWC tahun ini mau full bahas mereka).

Anggap aja ini cerita selingan. Oke?

Setelah perjuangan dan perjalanan yang panjang, kami bisa berada di titik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perjuangan dan perjalanan yang panjang, kami bisa berada di titik ini. Benar. Aku dan Pangeran akhirnya bisa bersama. Kami bisa berbahagia menempati istana yang disebut-sebut sebagai East of the Sun and West of the Moon.

Kami baru saja melepaskan para tahanan, juga memberi mereka bekal berupa emas dan uang. Istana yang sebelumnya dikuasai para monster dan troll ini menyisakan banyak harta. Untungnya, ketika ibu tiri pangeran yang jahat, putri buruk rupa, dan para monster menghilang bak asap, kekayaan mereka tidak turut hilang.

Dan, sekarang sudah malam. Aku dan Pangeran sedang duduk di luar istana, sama-sama menikmati langit malam yang bertabur bintang.

"Pasti sangat lelah bagimu," ujar Pangeran yang duduk di sebelahku. Sebelah tangannya terangkat dan merapikan rambutku. "Tidurlah."

Aku tersenyum, menggeleng. "Aku ingin menghabiskan malam bersamamu."

Pangeran tidak menjawab. Dia hanya ikut tersenyum, mengembuskan napas pendek, dan membawa bibirnya yang lembut mengecup dahiku.

Ah, ciuman yang aku rindukan. Pangeran tidak pernah berhenti membuatku terkesima. Entah dalam bentuknya sekarang, atau sewaktu dia berwujud Beruang Putih ketika ia dikutuk ibu tirinya.

Kalau dipikir-pikir lagi, aku bahkan sama sekali tidak tahu namanya.

"Bolehkah aku bertanya?" kataku memecah keheningan di antara kami.

"Tentu saja." Pangeran menoleh. Wajah tampannya menyiratkan senyum lembut yang menyenangkan. "Apa yang ingin kau ketahui?"

"Bolehkah aku tahu namamu?" tanyaku pada akhirnya.

Pangeran tidak langsung menjawab. Sejenak dia hanya diam. Memberikan jeda sebelum dia berkata, "Aku bahkan tidak tahu siapa sesungguhnya namaku."

Dari sini aku bisa melihat sudut bibirnya terangkat, tersenyum kecil. Senyum yang tampak pahit.

"Kalau begitu ...." Ucapanku terpotong. "Bagaimana aku memanggilmu? Apa kau keberatan kalau aku memanggilmu 'Pangeran'?"

Pangeran tertawa kecil. Tawa halus yang terdengar merdu. "Boleh. Panggillah aku Pangeran selama sisa hidup kita. Aku sama sekali tidak keberatan."

Selama sisa hidup kami, ya?

Tanpa sadar, aku tersenyum.

"Karena kau sudah bertanya, bisakah aku juga bertanya kepadamu?" tanya Pangeran.

Aku mengangguk. "Tentu."

"Apa alasanmu hingga nekat pergi ke tempat ini?" Pangeran menatapku lurus, tepat di iris mata. "Bukan hal mudah untuk bisa sampai di istana ini."

Alasanku pergi ke tempat ini ....

"Awalnya, karena aku merasa bersalah," kataku seraya menundukkan wajah, menjadi malu mengingat masa lalu itu. "Kalau saja aku tidak gegabah, hal itu tidak akan terjadi kepada kita. Awalnya itulah alasanku. Namun, lama-lama, aku menyadari ada sesuatu yang lain. Bahwa mungkin ... aku memang jatuh kepadamu.

"Selain saudara laki-laki dan ayahku, aku tidak pernah berinteraksi dengan pria mana pun. Kau adalah satu-satunya. Mungkin karena itu aku juga aku jatuh cinta kepadamu."

"Seharusnya kau kembali pada orang tuamu. Mereka akan senang menerimamu kembali," ujar Pangeran.

Aku menggeleng. "Aku terlalu malu. Setelah malam itu, pasti kekayaan mereka ikut sirna. Jika aku kembali, mereka pasti akan heran. Aku takut mengecewakan mereka. Dan, juga ...." aku menoleh dan balas menatap Pangeran. "Aku sudah menjadi milikmu. Bukankah begitu?"

Pangeran tidak menjawab. Ekspresinya menunjukkan keterkejutan. "Kau ...."

"Kau sudah membeliku dari orang tuaku, lalu kau memiliki hatiku. Apakah aku memiliki alasan untuk mengkhianatimu?"

Pangeran tersenyum. "Terima kasih."

"Juga, bolehkah aku bertanya lagi?" kataku.

"Tentu saja."

"Kenapa kau membawaku pergi dan menjanjikan kekayaan kepada keluargaku?"

Bisa kurasakan Pangeran menggenggam tanganku sebelum menjawab, "Karena aku sudah jatuh cinta kepadamu sejak lama. Kutukan ibu tiriku akan berakhir jika orang yang kucintai balas mencintaiku dengan tulus. Karena itulah aku membawamu, dan berharap kau bisa mencintaiku."

Setelahnya, hening. Kami sama-sama diam dan membiarkan angin malam berhembus menerpa kami.

"Sudah terlalu larut," Pangeran mengajakku berdiri. "Kita bisa bicara lagi nanti. Ada banyak hal yang harus kita bicarakan." []

(Catatan: dongeng yang diangkat adalah East of the Sun and West of the Moon)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Catatan: dongeng yang diangkat adalah East of the Sun and West of the Moon)




Get Well Soon: NPC's 28 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang