🎨15

88 18 6
                                    

rol ketiga belas:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

rol ketiga belas:

3 years later...

katanya, jiwa manusia itu pada dasarnya adalah abu-abu. perpaduan warna netral antar putih si baik dan hitam si buruk. kemunculan warna hitam ataupun putih tergantung pada situasi dan kehidupan macam apa yang manusia jalani hingga memutuskan untuk hanya memberi makan satu sisi. tapi walau se-pekat dan seburuk apapun manusia bukan berarti malaikat meninggalkan sisinya, begitupun sebaliknya walau se-putih dan sebaik apapun manusia bukan berarti iblis menyerah untuk membersamai.

faktanya, memang zidan selalu berusaha menjadi anak yang baik. ayahnya yang suka melayangkan rotan atau tangan selalu zidan coba anggap biasa, memang begitu cara mereka mendidik dan mencintai, diktenya dalam kepala.


sampai tragedi itu terjadi.

dan segelintir kalimat jeksa yang akan diingatnya sampai mati. "kalau aku jadi orang tua nanti, aku ingin jadi seperti papa." kata jeksa, setelah menceritakan tentang kronologi adanya motor baru di halaman rumah, hadiah dari sang ayah.

seperti baru saja diterjang tsunami atau kejatuhan batu besar dari langit, zidan menyadari sesuatu;

kasih sayang itu berbentuk kelembutan. bukan sebuah rotan.

dan zidan,
tidak ingin seperti ayahnya.

ada sebuah noktah kecil di hatinya mulai hari itu. lalu bergulung-gulung emosi yang tak bisa diidentifikasi muncul tanpa aba-aba. namun lambat laun zidan mulai bisa menyebutnya satu per satu; marah, benci, sakit, sedih-adalah yang dipendamnya selama ini. mengarat dengan masih menempel erat di dasar jantungnya. membuat dadanya berat dan kian memberat dalam tiap hembusan napas.

"kamu harus meneruskan kesenian di keluarga kita. Eyang akan senang jika kamu bisa melakukannya dan ayah tidak lagi harus merasa malu jika ada acara keluarga. ayah sekarang bisa membangga-banggakan kamu di depan mereka."

zidan menatap ke arah ayah dan abangnya bergantian. kegiatannya bermain robot terhenti karena rasa penasaran melihat orang berdua itu memasang wajah sangat serius. ayah menoleh ke arahnya kemudian tertawa karena menangkap basah putera bungsunya yang baru saja menguping.

"zidan, kemari,"

zidan mendekat. ayah meraihnya dalam rangkulan, dengan memberi sedikit remasan ringan di pundak zidan, ayah kembali berbicara.

"kamu mau jadi apa besar nanti?"

zidan mengerutkan keningnya dalam diam, seperti berusaha memilih yang terbaik dari dalam daftar keinginannya-oh ya, zidan memang punya banyak cita-cita, kala itu-ia melirik ayahnya yang masih menunggu, lalu mulut kecilnya terbuka menyebutkan satu cita-cita yang berada dalam urutan nomor satu.

arrivederciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang