🎨 9

142 27 0
                                    

rol kesembilan: perihal luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

rol kesembilan: perihal luka

6 tahun yang lalu...

untuk ukuran remaja berusia 14 tahun, apa kenakalan terbesar yang mungkin mereka lakukan?

membolos?

tawuran?

memaki guru?

merokok?

usia remaja adalah masa di mana mereka bebas mengeksplor segala sesuatu. menjajaki, mencari jati diri, dan mencoba banyak hal untuk kemudian bisa dijadikan pengalaman. meski harus tetap disertai pendampingan.

sama seperti remaja normal lainnya, zidan menikmati masa-masa itu dengan mencoba banyak hal. dengan jeksa sebagai partner-in-crime, ia merasa tak ada yang harus ia takutkan. ia dapat merasakan darahnya mengalir deras di pembuluh nadi akibat pompaan jantung yang kelewat batas, setelah berhasil lepas dari kejaran penjaga sekolah. ia bisa merasakan hangatnya darah di sudut bibir ketika ditinju oleh teman sekelasnya yang payah setelah melakukan argumen alot. ia bisa merasakan denyut nyeri di wajah dan beberapa bagian tubuh lainnya setelah memutuskan untuk bergabung dalam tawuran antar pelajar.

zidan bisa menyebutnya pengalaman. ia sudah merasakannya. rasa sakitnya, rasa senangnya, rasa marahnya.

sehingga ketika suatu masa di mana ia tidak bisa 'merasakan' —tangannya , ia ketakutan setengah mati.

menangis meraung sepanjang jalan ke rumah sakit, untuk dimasukkan dalam ruang operasi saat itu juga. ia takut. zidan begitu takut hingga menggenggam lengan bunda begitu kuat tanpa sadar.

hal terakhir yang zidan ingat sebelum pintu operasi tertutup adalah bunda yang menangis hebat di pelukan abangnya yang juga terlihat begitu kacau. tidak ada ayahnya di sana. laki-laki yang sepanjang hidupnya selalu ia hormati itu bahkan tidak tampak bersalah ketika membuat tangannya kehilangan rasa.

siang itu di hari yang sama sebelum tragedi, zidan membeli sekotak sigaret. berencana untuk mencoba benda haram itu esoknya, guna membuktikan bahwa ia bukan bocah lelaki pengecut pada teman-temannya. namun judit lebih dulu menemukan kotak sigaret itu di atas meja kamar zidan dan berlari mengadukannya pada kedua orang tua mereka.

menjadi penyebab pemicu murka.

lalu sebuah tongkat rotan yang biasa menjadi senjata andalan ayah ketika mendidik melayang di atas tangannya. berkali-kali.

aksara.

kenapa zidan harus lahir di keluarga aksara?

kenapa ia harus bertumbuh dibarengi bekas luka di sekujur tubuh?

kenapa bahasa cinta yang diajarkan padanya dalam bentuk murka dan luka?

ada begitu banyak tanda tanya dalam hidupnya. hingga tragedi itu terjadi, bara dalam dadanya menyebar dan membakar separuh dari dirinya sendiri.

malam itu, pertama kalinya— untuk pertama kalinya ia bersyukur jeksa tak ada di sisinya. sebab bila jeksa ada di sana, zidan bersumpah akan membenci bocah itu selamanya. jeksa tak pantas melihat betapa buruk hidupnya, jeksa pantas dapatkan lebih dari segala kebaikan di dunia sedangkan zidan tidak.

bertahun-tahun setelahnya, zidan menjadi lebih tertutup. memberikan bungkam dan ruang hampa sebagai jawaban pada jeksa yang mempertanyakan pertemanan mereka.

oh jeksa tidak mengerti. dan zidan tidak berencana membuat bocah lelaki itu mengerti.

ada enam jahitan di selajur perpotongan antara ibu jari dan jari telunjuknya. dan memar biru di punggung tangan. seakan belum cukup dengan luka-lukanya, vonis dokter membuatnya serasa terjun bebas menuju inti bumi. membuatnya seperti dikubur hidup-hidup.

"zidan tidak akan bisa menggunakan tangan kanannya dengan normal seperti sebelumnya. retakan di tulang metacarpals nya sangat ... parah."

berkali-kali ia memukul dadanya yang terasa menyempit, zidan lupa caranya bernapas dengan baik. lalu judit akan berlari kesetanan demi menghentikan zidan dari menyakiti diri sendiri dan menangis setelahnya.



beberapa kali zidan secara tak sengaja memperlihatkan keadaannya yang menyedihkan dihadapan jeksa ketika ngilu itu datang. meski tak ada lagi rentetan pertanyaan "ada apa? tanganmu kenapa?" terlontar secara gamblang, namun zidan dapat melihat jeksa begitu khawatir dan selalu menunggunya untuk bicara.



semenjak itu pula, zidan tak pernah melihat judit dengan cara yang sama lagi. terlebih ketika mimpinya ia relakan untuk dibawa oleh judit dan menggantikannya memegang tropi kemenangan di sirkuit.

mimpinya untuk memutar gas pada motor besar itu, memacu kendaraan itu dengan kecepatan penuh, mendapat tempat di podium, memegang tropi dan diperkenalkan sebagai pebalap yang mewakili negeri di ajang dunia lalu keluar sebagai juara. oh betapa zidan sudah sudah mendamba itu semua.

tapi lalu dihancurkan. direnggut secara tak adil oleh keluarganya sendiri.

zidan menarik dirinya. membangun tembok tinggi dan membuat jurang diantara mereka. pundak dingin ia berikan bertahun-tahun selanjutnya. judit yang selalu berusaha memperbaiki keadaan tak pernah ia berikan celah.

hubungan mereka tak lebih dari darah yang mengalir di selajuran nadi.


"i'm so sorry, dan. maafin aku. apa nggak ada lagi kesempatan kita buat kembali kayak dulu? i'm your lovely brother back then."

"i wish i wasn't born from the same womb as you and became a part of this damn family,"




luka itu ada di sana;

di tangan,

di bagian-bagian lain tubuhnya,

dan di hatinya.



















meet him:

judit kalianta aksara, 25 tahun, nation' champion racer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

judit kalianta aksara, 25 tahun, nation' champion racer

arrivederciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang