🎵 2

174 26 1
                                    

rol kedua: meruang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

rol kedua: meruang

jeksa menengadah. gumpalan kapas di langit tampak menggelap, baskara pun ikut ditilap. suasana menyendu, tampaknya sebentar lagi ia harus cari tempat berteduh.

sudah sekitar sepuluh menit jeksa menunggu di parkiran fakultas, menunggu felix selesai kelas.

"sa, nggak pulang?"

itu heru. anak musik, setingkat di atasnya. tapi karena satu tongkrongan biasa saja jika jeksa memanggilnya dengan nama.

"lihat felix nggak, ru?"

si lawan bicara mengernyit, tidak biasanya jeksa memasang ekspresi kelam. "kalian ada masalah?" tebak heru seketika.

"jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan, heru."

heru melotot, "kamu juga jawab pertanyaanku dengan pertanyaan tadi!"

"hh.. oke oke maaf," jeksa mengalah, "jadi, kamu ada lihat felix nggak?"

"dia bareng chandra tadi, katanya mereka mau menonton turnamen futsal di fakultas sebelah." heru masih menilik ekspresi jeksa yang tak berubah. ia kemudian melontarkan pertanyaan cepat, "kalian ada masalah ya? nggak biasanya aku lihat kamu marah, serius."

rintik mulai berjatuhan, berlomba menyentuh tanah. alih-alih menjawab, jeksa menaiki motornya dan pergi.

heru jadi ngeri sendiri. jeksa dengan muka merah menahan marah bukan suatu yang lazim ditemui. dan sebagai orang yang pertama menyadari, heru segera ambil langkah cepat. bergegas menaiki motornya sembari mengirim pesan singkat pada chandra untuk membawa felix pergi bagaimana pun caranya, karena tampaknya mereka akan kesulitan melerai jika terjadi baku hantam.

sepertinya langkah chandra kalah cepat.

jeksa sudah di sana ketika chandra dan felix berjalan ke arah parkiran.

"felix,"

heru yang baru turun dari motor menatap chandra kalut, tampak ketar-ketir dengan keadaan.

"oy, sa!" felix melambaikan tangan, "mau nonton futsal juga?"

andai felix tahu jeksa datang untuk menonjoknya, pasti tidak akan ada senyum tersungging di sana.

jeksa memperpendek jarak,

berdiri tegak menjulang di hadapan felix. "zidan nyebat. kamu yang ajarin dia, iya?"

felix mengedipkan matanya dua kali. tak menduga mendapat pertanyaan begini. lalu saat ia menjawab iya, bibir sobek adalah hasilnya.

chandra dan heru memekik, kemudian memposisikan diri diantara keduanya. mencoba melerai. "sa, calm yourself down." chandra berujar.

felix bangkit. tubuhnya sempat menghantam permukaan aspal karena bogeman mentah yang didapat. serius, ini sakit sekali.

"what the hell??? ada masalah apa sih kamu? bicara baik-baik bisa?"

arrivederciTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang