●●●
●●●
Dalam pelukan Lan WangJi, Wei Ying melihat jari-jarinya memudar, tembus pandang, seperti akan lenyap bersama udara.
“Jangan pergi.” Bisik Lan WangJi rendah namun tegas tepat di telinga Wei Ying.
Wei Ying hanya bisa menatap nanar pada apa yang baru saja dilihatnya, berusaha mengerjapkan mata beberapa kali, baru kemudian jari-jarinya kembali memadat. Waktuku sudah tidak lama lagi. Hatinya mulai resah, apa yang harus dilakukan? Kehidupannya memang bukan di sini. Putaran waktu ini bukan miliknya. Pun segala sesuatu yang ada di putaran waktu ini juga bukan haknya.
“Lan Zhan—”
“.... Jangan pergi.” Dengan tegas Lan WangJi memotong kalimat apapun yang akan diucapkan Wei Ying. Mengulangi kalimatnya yang terdengar seperti ultimatum tak terbantahkan.
Wei Ying memutuskan diam, balas memeluk erat tubuh kokoh Lan WangJi, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher pria berkulit seputih giok itu. Tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui situasi macam apa yang sedang terjadi pada hidup mereka. Permainan takdir yang sedang mereka jalani, ikatan yang tak bisa putus bahkan sampai beribu-ribu tahun kemudian.
Semua ini adalah permainan Dewa. Hari itu, pria aneh yang ditemui Lan Zhan di atas gunung adalah seorang Dewa Bela Diri sekaligus Putra Mahkota bernama Xie Lian. Seorang dewa yang sedang mengumpulkan banyak pahala untuk melunasi hutangnya pada Dewa lainnya. Itu akibat perkara menjatuhkan jam di kerajaan surgawi atau apapun itu. Intinya dewa satu ini sedang berupaya keras untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin.
Peristiwa terbunuhnya Yiling Laozu sudah menyebar dan menjadi perbincangan di alam Dewa sejak lama. Siapa sangka beribu-ribu tahun kemudian ketika sang Yiling Laozu bereinkarnasi, ikatannya dengan seorang kultivator ternama bernama Lan WangJi tidak pernah putus. Ketika kedua jiwa itu bertemu kembali di masa depan, beberapa peristiwa di masa lalu seperti terulang dengan sendirinya, melalui cara cara yang unik, tapi juga terasa menyakitkan. Belum lagi mimpi-mimpi yang terus-menerus menyiksa jiwa Lan WangJi di masa depan.
Atas dasar itulah Dewa bernama Xie Lian yang sedang berburu pahala itu memutuskan untuk ikut campur dalam perkara ini. Apa saja yang penting bisa menambah pahalanya dan dia bisa melunasi hutangnya. Bahkan perkara ini bukan soal gangguan iblis, ini adalah masalah hati, masalah jiwa manusia yang tidak bisa tenang karena ada hal belum diungkapkan dengan benar, juga tentang penyesalan mendalam yang tak terkatakan.
Maka sang dewa membuat plot paling tidak masuk akal ini, demi ketenangan jiwa keduanya. Meskipun sang dewa itu sendiri tidak yakin apakah cara ini akan berhasil.
##
“SiZhui, tanganku sudah mulai kesemutan dan aku semakin ingin buang air kecil, ini sudah di ujung. Berapa lama lagi kita harus begini?” Lan JingYi sedang bicara atau lebih tepatnya merengek pada sahabat karibnya, Lan SiZhui. Saat ini mereka berdua sedang melakukan handstand—sebuah metode untuk meningkatkan kultivasi serta kekuatan fisik yang diterapkan di sekte Gusu Lan turun-temurun.
“Sampai HanGuang-Jun datang dan menyuruh kita berhenti.” Lan SiZhui menjawab dengan tenang, sama sekali tidak terlihat kelelahan.
“Aiyoo ... Kalian masih melakukan ini sampai sekarang?” Sebuah suara nyaring terdengar memasuki area halaman di mana Lan SiZhui dan Lan JingYi sedang menopang tubuh dalam posisi terbalik. “Aku tidak percaya, sekte Lan tidak berubah sama sekali, malah bertambah parah.” Wei Ying menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru halaman yang dapat terjangkau oleh pandangannya. “Sudah, sudah, kalian bisa berbalik sekarang.”
“Selesai.” Di belakang Wei Ying, menyusul Lan WangJi yang berjalan pelan mendekat ke arah dua juniornya dengan pembawaannya yang tenang, tapi tegas.
“HanGuang-Jun.”
“HanGuang-Jun.” Lan SiZhui dan Lan JingYi menyapa Lan WangJi, menurunkan kaki mereka dari udara dan berdiri dengan sikap sempurna.
Wei Ying sampai melongo keheranan bagaimana mereka bisa mempertahankan posisi berdiri tegap setelah menggantung kepala ke bawah dalam waktu sekian lamanya. Kalau itu dia, mungkin saat ini sudah terbaring di tanah karena limbung, mata berkunang-kunang dan perut mual.
“Um, apa kalian tidak sakit kepala?” Wei Ying meletakkan jari telunjuknya di pelipis dan berekspresi seperti sedang sangat menderita.
Lan SiZhui tersenyum lembut dan menjawab dengan suara tak kalah lembutnya, “kami sudah terbiasa, gege. Gerakan ini tidak menimbulkan efek samping apapun pada kesehatan kami.”
Wei Ying masih sangsi, tapi memaksakan anggukan. “Lan Zhan,” menyenggol lengan Lan WangJi dengan sikunya. “Apa kau sendiri masih melakukan gerakan ini? Atau sekarang kau hanya fokus membulli juniormu? Hm? Hm?” Menaik-turunkan alisnya menggoda Lan WangJi.
“Tentu saja HanGuang-Jun masih melakukannya. Dia bisa melakukannya dalam dua puluh empat jam tanpa istirahat!” Lan JingYi berapi-api. “Bukan hanya HanGuang-Jun, Zewu-Jun, bahkan Lan Qiren Shifu juga masih melakukan ini.” Semakin berapi-api. “Aku—astaga!” Lan JingYi tiba-tiba menghentikan orasinya, wajahnya gelisah dan tubuhnya tidak lagi bersikap sempurna, kedua kakinya berdiri semakin merapat.
Wei Ying melebarkan mata, masih saja takjub dengan keajaiban Lan JingYi. Eh, tunggu, Lan Qiren juga masih melakukan handstand? Apa dia tidak akan encok atau pegal linu setelahnya?
“HanGuang-Jun,” Lan JingYi akhirnya membuka suara lagi. “Aku mohon diri. Sudah tidak tahan lagi.” Lan JingYi mengucapkan kalimat dalam nada rendah, nyaris menyerupai bisikan. Kakinya makin merapat dan wajahnya semakin panik.
Kening Lan WangJi berkerut heran, lalu Lan SiZhui menjelaskan, “HanGuang-Jun, JingYi ingin buang air kecil sejak dua jam yang lalu.”
Wei Ying melongo lagi. Lan JingYi di sebelahnya mengangguk keras. Kedua kakinya semakin merapat.
Lan WangJi, “sudah selesai. Istirahatlah.”
“D-dua jam?” Wei Ying tiba-tiba tergagap. “Dua jam kau menahan kebelet pee?”
Lan JingYi melirik tajam, “kau berisik sekali, Tuan Wei. Memangnya kenapa kalau aku menahannya selama dua jam?”
“Kau bisa kena batu ginjal. Penyakit batu ginjal!” Wei Ying tak kalah berapi-api.
“Bicara apa dia ini?” Lan JingYi tidak menggubris apapun yang dikatakan oleh Wei Ying. “HanGuang-Jun, aku mohon diri.” Junior sekte Gusu Lan itu membungkuk memberi salam pada seniornya.
“Mn.” Lan WangJi hanya mengangguk. Satu tangan meraih tangan Wei Ying dan menggenggamnya erat.
“Adik manis, boleh aku ikut denganmu?” Wei Ying tiba-tiba menyeletuk. “Lan Zhan, aku akan berjalan jalan sebentar dengan adik manis ini. Tidak akan lama. Dan tidak akan terlihat oleh siapapun. Aku akan berusaha.”
Lan WangJi terdiam, dalam hati enggan melepas genggamannya pada tangan Wei Ying, mengingat apa yang terjadi belum lama ini. Tangan yang digenggamnya saat ini, sempat memudar beberapa waktu yang lalu. Seperti akan melebur bersama angin lalu sirna. Tak dapat lagi dijangkau olehnya.
Maka giok itu menggeleng pelan, semakin mempererat genggamannya pada tangan Wei Ying.
“Lan Zhan, hanya sebentar. Aku akan segera kembali. Hm?” Wei Ying masih berusaha membujuk. Mencondongkan kepala untuk melihat wajah Lan WangJi lebih dekat. “Aku tidak akan menghilang.” Setidaknya aku tidak akan melakukannya tanpa pamit.
“Um, Tuan Wei, kau jadi ikut atau tidak? Aku s-sudah hampir mengompol.” Lan JingYi mencicit tak sabar, wajahnya terlihat semakin menderita.
Akhirnya dengan berat hati Lan WangJi melepaskan genggaman tangannya pada tangan Wei Ying. Membiarkan Wei Ying pergi bersama Lan JingYi. Mengikuti dengan pandangan sampai punggung pria berambut pendek itu menghilang dibalik dinding.
##
Tentu ada rahasia di balik semua ini. Kalau Wei Ying menelusurinya lagi dari awal, penyebab dia bisa berpindah ke masa lalu ini adalah karena peritiwa di hutan itu. Dimulai dari dirinya yang masuk ke dalam hutan untuk mengejar ayam pegar, lalu bukannya mendapatkan si ayam, dia malah menemukan sebuah tempat aneh penuh kelinci putih yang kelewat bersih dan terawat untuk menjadi kelinci liar yang tinggal di hutan. Di tempat itu, selain kelinci, juga ada satu benda aneh. Kalau menilik dari kegunaan benda itu, tidak ada yang aneh sama sekali. Itu adalah sebuah pembakar dupa. Hanya saja bentuknya sangat aneh. Ketika Wei Ying mendekati benda itu, dia mendadak tertidur. Ketika terbangun kembali, dia sudah terlempar ke ribuan tahun yang lalu.
Aku harus menemukan kunci dari semua ini. Pasti ada semacam portal yang menghubungkan antara masa depan dan masa lalu. Dan kalau memang pembakar dupa itu adalah portalnya, maka benda itu pasti juga ada di sini. Di putaran waktu ini. Tapi aku tidak tahu apakah benda itu tersimpan di tempat ini atau di mana saja?
“Tuan Wei, kau masih di luar?” Lan JingYi berteriak dari dalam bilik toilet.
Teriakan itu seketika membuyarkan lamunan Wei Ying, “ya, aku masih di sini. Menunggumu dengan setia.”
Pintu bilik terbuka, Wei Ying disambut oleh pelototan Lan JingYi yang keluar dari dalam bilik. “Ada apa dengan pilihan katamu itu? Tuan Wei, kau sungguh adalah orang paling aneh yang pernah kutemui.”
“Tentu saja aku aneh,” Wei Ying mengulurkan tangan untuk mengusak puncak kepala Lan JingYi. “Aku sesorang dari masa depan. Kalau kau bertemu aku versi masa lalu, kau tidak akan mengataiku aneh, kau mungkin akan jatuh cinta padaku.”
Lan JingYi panik, “eh? Bagaimana kau bisa mengatakan kalimat seperti itu? kita sama-sama pria. Ada apa denganmu dan mulutmu itu, Tuan?”
Wei Ying tertawa lebar, “aku hanya bercanda, intinya aku orang yang keren di masa lalu.”
“Kau terkenal karena dosa-dosamu, Tuan. Itu yang kudengar selama ini.”
“....” Wei Ying terdiam. Matanya mendadak kosong. “Ya, kau benar. Aku dikenal berkat dosa dosaku tak terhitung.”
Lan JingYi menggaruk tengkuk kikuk. Apa aku salah bicara?
Wei Ying menghela napas, “aku ingin berkeliling ke dalam hutan sana.” Tangannya menunjuk ke arah hutan yang masih masuk ke dalam wilayah Yun Shen Buzi Chu.
Lan JingYi menatap langit, menganalisis waktu dari posisi matahari. “Ah, tapi kelasku dimulai sebentar lagi. Ini kelas Lan Qiren shifu. Aku tidak boleh terlambat atau aku harus—”
“Handstand lagi?” Wei Ying tersenyum Lebar. “Pergilah, aku akan berjalan-jalan sendiri. Lagipula itu hutan, siapa yang akan ke hutan di jam seperti ini? Semua murid juga akan menghadiri kelas Lan Qiren shifu,bukan? Hutan sangat aman.”
Lan JingYi mengerutkan kening, “Tuan Wei, kusarankan kau kembali ke Jingshi saja. Akan sangat merepotkan kalau kau sampai ketahuan.”
“Percaya padaku. Tak akan terjadi apa-apa.” Wei Ying menepuk bahu Lan JingYi pelan, lalu beranjak ke arah hutan seorang diri.
Lan JingYi menggaruk kepala gusar. “Keras kepala sekali.” Dia merasa harus memberi tahu Lan WangJi secepatnya. Maka junior berkepribadian ceria itu pun berlari ke Jingshi menemui seniornya, berlomba dengan waktu karena kelas memang akan segera dimulai.
##
“Jiang Cheng cecunguk itu, apa kabarnya sekarang?” Wei Ying menendang-nendang dedaunan kering sambil terus berjalan menelusuri hutan. “Aku tidak pernah menyangka bahwa di kehidupan sebelumnya, kisah kami begitu panjang, rumit dan menyakitkan.”
Ingatan Wei Ying membaur antara masa lalu dan masa kini. Sempat mengalami kesulitan membedakan mana ingatannya sendiri di kehidupannya yang sekarang dan mana yang ingatannya dari kehidupan sebelumnya. Pencampuran dua ingatan itu saja sudah terlalu menyakitkan sampai terasa nyaris gila.
Kini perlahan kepalanya mulai bisa mengatur dan memisahkan kedua ingatan itu. Meskipun tetap saja, sebuah kebohongan besar jika berkata bahwa itu sudah tidak menyakitkan lagi. Apalagi jika mengingat Jiang YanLi. “Ah ... Aku merindukan semua orang.” Wei Ying menghela napas panjang. Apa yang terjadi sekarang? Apakah mereka mencariku sampai ke luar negeri? Padahal aku masih ada di Gusu. Aku ada di Gusu. Bahkan bisa jadi tempat ini punya koordinat yang sama dengan lokasi kampus kami.”
Kaki-kakinya semakin keras menendang dedaunan kering, mulutnya juga tak berhenti bicara pada udara. “Jadi di mana benda itu? Kurasa aku sudah melewati pohon ini tadi. Kenapa aku merasa deja vu?” Ya, yang dilakukannya saat ini sama persis seperti saat dia mencari ayam pegar di hari dia terlempar ke putaran waktu ini.
“Aku jug—” Kalimatnya tak selesai, karena tiba-tiba dia melihat tangannya memudar lagi, menjadi tembus pandang lagi. Ini terlalu menakutkan, mendadak tubuhnya bergetar.
Apa yang sedang ku lakukan? Kalau aku sudah menemukan benda itu, lalu apa?
Mendadak Wei Ying merasa ragu dengan apapun yang ada di pikirannya. Keinginannya untuk kembali ke putaran waktunya sendiri dan berkumpul dengan saudara serta teman-temannya, terpatahkan oleh fakta bahwa dia juga punya kehidupan di putaran waktu ini. Dia memiliki ingatan Wei WuXian dan dia juga memiliki Lan WangJi.
Tangannya masih memudar, ketakutan menyergapnya. Dewa, kalau aku datang padanya hanya untuk pergi lagi, bisakah kau membuatnya melupakan segalanya? Bisakah kau menghapusku dari ingatannya? Dan anggap aku memang tak pernah datang padanya lagi. bahwa aku memang sudah mati.
“Shufu, kelasmu dimulai lima belas menit lagi.”
Apa? Itu ... Seperti suara Lan XiChen gege.
“Ya, kuarasa aku belum terlambat.”
Suara ini ... Lan Qiren.
“Siapa itu?” Lan Qiren berteriak ke arah Wei Ying berdiri. Bahkan berjalan mendekat ke arahnya.
Di tengah kepanikannya, Wei Ying melihat sekujur tubuhnya mulai memudar. Semakin memudar, lalu lenyap. Sirna.
“Ada apa, Shufu?” Lan XiChen menyusul pamannya, bertanya dengan nada tenang, tapi menyembunyikan kekhawatiran.
“Aku seperti melihat ada orang di sini. Tapi ....” Lan Qiren menggeleng, “mungkin aku salah lihat. Ayo.” Pria paruh baya yang masih terlihat sekuat baja itu melanjutkan langkahnya.
Lan XiChen menoleh ke tempat di mana Wei Ying menghilang, memejamkan mata dengan ekspresi rumit, kemudian ikit melanjutkan langkah.
##
Malam sudah semakin larut, tapi Lan WangJi masih belum menyerah. Dia kembali memutari hutan entah untuk kali ke berapa ratus.
Wei Ying ....
Wei Ying ....
Wei Ying ....
Tidak. Tidak seperti ini.
‘Aku tidak akan menghilang’
Kalimat Wei Ying terus menggema di telinga Lan WangJi, sederet kalimat yang mengatakan bahwa ia hanya sebentar. Bahwa ia akan segera kembali. Bahwa ia tidak akan menghilang. Maka dengan berpegang pada kalimat itu, Lan WangJi tidak menyerah. Dia masih di sini. Dan akan tetap di sini sampai Wei Ying-nya kembali.
###
Mini spin off :
“Dianxia, kenapa harus membawanya ke masa lalu?”
“Kultivator itu, Lan WangJi, jiwanya memiliki penyesalan. Aku harus mempertemukannya dengan sumber penyesalannya, agar jiwanya tenang di putaran masa depan.”
Shi QingXuan mengangguk paham, “lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya?”
Xie Lian menoleh, “aku sungguh belum memikirkannya.”
Shi QingXuan, “....”--------------------------------------
To be continued.
Author's Note :
Apa kabar? Maaf lama menghilang. Ini update juga tidak panjang.
Terimakasih untuk yang masih mengikuti cerita ini. Terimamasih karena sudah bersabar menunggu update yang macam bekicot luanzang 😄. Terimakasih banyak.
Kiss and Hug,
Little Lilu
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Past and Your Future [Mo Dao Zu Shi] Fanfiction WangXian
FanfictionBerkisah sekitar dua bulan sebelum Mo XuanYu melakukan ritual pemanggilan jiwa Wei WuXian ke dalam tubuhnya. Wei Ying dari masa depan melakukan time travelling setelah menemukan pembakar dupa aneh di tengah hutan di atas gunung. Di masa lalu yang as...