"Siapa lo?" Tanya Afsana dingin ketika melihat seorang perempuan yang dia yakini berbeda beberapa tahun dengannya.
Perempuan yang sedang menatap pintu kamar apartemen itu mencari sumber suara dan menemukan Afsana yang berada tepat dibelakangnya, "Afsana?" Panggil darinya seperti kata tanya.
Afsana meneliti perempuan itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pupil matanya membulat saat melihat pergelangan perempuan itu memakai gelang simbol bintang. Iya itu simbol matahari.
Matanya menajam, "siapa lo!" Tanya Afsana membentak.
Perempuan itu menatap sekitar sambil tersenyum canggung, "hei, tenang. Boleh aku masuk? Aku akan menjelaskannya didalam."
Terpaksa Afsana membuka pintu apartemennya.
Afsana duduk diikuti perempuan dibelakangnya.
"Aku Sena, lebih tepatnya Arsena Lesthari Audi Smith."
Kata selanjutnya membuat mata Afsana membulat sempurna. Tampilan wajahnya campur aduk. Antara marah, sedih, kesal, juga bahagia bercampur aduk.
"Aku Kakak dari Aksana Ravicena Dirgantara Smith, biasa disapa Aksa. Kamu taukan?" Katanya dengan tenang.
Apa ini?
Kenapa dia yang mengaku bernama Sena mengucapkan dengan enteng dan tenang sedangkan Afsana yang mendengar membuat jantungnya menggila hebat.
"Bohong!"
Sena tersenyum maklum, "gak kerasa ya? Setahun udah berlalu berita tentang kematian Aksa."
Apa lagi ini?
Kematian?
Siapa tadi yang mati?
Aksa?
"Aku disini–"
"Pergi."
Wajah Sena terkejut mendengar usiran Afsana, "apa? Aku disini mau–"
"PERGI! LO BOHONG! AKSA BELUM MATI! JANGAN NGAUR! JAGA BICARA LO! LO PEMBOHONG ASING! PERGI LO!" Teriaknya Afsana dengan lantang.
Sena terkejut. Tubuhnya menegang karena sangking takutnya.
"Ta--tapi ... "
"Pergi sebelum gue bertindak kasar," kata Afsana mencoba memberi penawaran.
"Please dengerin penjelasan aku dulu, kamu salah paham!"
"Salah paham apa lagi sih, anjir! Udah sono lo pergi! Lo penipu! Lo nipu ke orang yang salah! Gue gak gampang ditipu!"
"Afsana--"
"PERGI GUA BILANG ANJING!"
Mau tak mau Sena keluar dari apartemen Afsana dengan perasaan kecewa. Sesampainya Sena didalam rumah besarnya. Dia bertemu dengan Mama dan Papanya yang sedang bersantai didepan taman rumahnya.
"Pa, Ma," panggilnya Sena dengan lemas.
Keduanya menoleh ke arah Sena, "kenapa, Nak?" Tanya Dila–Mamanya Sena.
Sena berjalan lemas ke arah mereka. Dia terjatuh menyentuh lutut kedua orang tuanya yang sedang duduk. Dila dan Farhan–Papanya saling menatap bingung ketika kepala putrinya bersandar di lutut mereka.
"Kamu kenapa?"
"Afsana ... "
"Kenapa?"
"Dia gak mau dengerin penjelasan aku... ternyata Patangga sembunyiin berita tentang kematian Aksa satu tahun yang lalu, Ma!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Short StoryDulunya, sosok Afsana Evania Bougenville adalah sosok yang periang, ramah, dan ceria. Hidupnya seperti penuh kebahagiaan. Hanya saja, semua itu sirna saat ada perkelahian hingga menewaskan orang yang dia cintai, Aksana. Kini, Afsana menjadi sosok ya...