Bayar

2 1 0
                                    

"Afsana!"

Mendengar namanya dipanggil, Afsana menoleh ke belakang melihat siapa pelaku yang menyebut namanya.

"Bolehkan gue cerita ke Romlah?" Tanya Fadhi.

Afsana tersenyum sinis, "segitu bucinnya lo sama dia?"

Fadhi gelagapan sendiri, "bu--bukan gitu maksud gue! Ya--ya--"

"Terserah," Afsana berjalan meneruskan langkahnya tertunda. Tapi, lagi-lagi ada yang memanggil namanya.

"Afsana!"

"Apa si!"

Pupil matanya membesar saat--ah, dia Gillbert, bukan Aksa.

"Anterin gue ke ruangan Bu Aslih bisa?" Tanya Gillbert sambil memegang beberapa kertas ditangannya.

Afsana mendengkus kesal, "anak manja jadinya gini! Ngerepotin orang!"

Halis Gillbert menyatu bingung, "kok lo gitu? Gue kan cuma minta tolong, kalau lo gak mau juga gak apa, gue tinggal cari orang buat--"

"Iya-iya!"

Kenapa Afsana merasa tak rela jika Gillbert harus diantar siswa lain?

Tubuhnya berbalik menuju ke arah ruangan BK berada. Sesampainya didepan ruangan Bu Aslih, Afsana berbalik menatap Gillbert, "ini ruangannya, gue balik."

Saat melangkah, tangannya dicekal oleh Gillbert.

Hangat.

"Jangan dulu balik! Anterin gue ke koprasi! Please! Nanti gue traktir lo sekalian anterin lo balik deh," pintanya Gillbert dan Afsana hanya mengangguk pasrah.

Tak lama Afsana menunggu, Gillbert keluar, "lo dipanggil Bu Aslih."

Tanpa berbicara lagi, Afsana langsung masuk ke dalam tanpa mengucapkan apapun. Dia menatap Bu Aslih dingin sambil berdiri dikursi kosong.

"Afsana, maaf--"

"Saya gak mau denger Bu, anggap yang tadi bukan saya. Maaf karena tadi sudah menyita waktu Ibu, saya gak ada niatan bercakap seperti itu. Saya permisi," Afsana langsung melengos pergi tanpa menutup pintunya lagi.

Tanpa sadar, Afsana menarik pergelangan tangan Gillbert sepanjang koridor karena rasa kesalnya pada Bu Aslih. Cekalan di tangan Gillbert terlepas saat sampai di parkiran.

"Ayo!"

"Kemana?"

"Bisa gak sih lo jangan bikin gue kesel?! Capek gue!"

"Maaf."

"Berisik!"

Gillbert menaiki motor besarnya, lalu memakai helm dan menyalakan mesinnya. Matanya melirik ke arah Afsana yang sedang mematung, "ayo gue anter balik."

Afsana mengangguk langsung menaiki motor besarnya Gillbert.

Perjalanan terasa canggung, hambar, dan hening.

"Mau makan dulu gak?" Tanya Gillbert setengah berteriak.

"Gak perlu! Gue mau balik!"

"Alamatnya?"

"Apartemen jalan kemboja!"

Helaan nafas terdengar. Wajah yang kusut membuat Afsana menatap Cavino bingung, "kenapa lo?" Afsana memasukan kacang kulit kedalam mulutnya.

Cavino duduk disamping Afsana menyender pada punggung kursi, "capek gue. Apa-apa gue, disuruh, dititah, dijadiin babu, apa-apa gue," dumelnya Cavino kesal.

Fadhi datang bersama dengan Romlah membuat Cavino ataupun Afsana menatap aneh pada keduanya, "ng--"

"Lanjutin! Penarasan gue," titahnya Afsana membuat Cavino mengangguk.

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang