Line 38

3.6K 209 28
                                    

Dorrr...

Dareen menutup matanya, dia mendengar suara tembakan itu. Dalam batinnya terus berperang, Jika dia tidak mati maka dia tidak akan bertemu sang Bunda. Tapi jika mati Dareen tidak mau meninggalkan papahnya. Kali ini Dareen hanya bisa pasrah, apapun yang akan dia alami itu yang terbaik, sekalipun dia harus mati meninggalkan orang orang yang disayanginya.

"Akhhh", terdengar suara rintihan dari seseorang

"DAREEN!",Pekik seseorang.

Tepat setelah suara tembakan itu terdengar, beberapa orang langsung masuk kedalam rumah kosong tersebut untuk menyelamatkan Dareen dan Aksa. Mereka adalah Rafael, Farel, Kenan, Catur, Bima dan Dani. Masih ingat Dani? Ayah dari Farel sekaligus orang yang dulu juga pernah menyelamatkan Dareen.

"Akhh, sshhh.. sialan", Itu suara Alex. Dia meringkih kesakitan dan berjongkok ditempatnya.

Suara tembakan tadi bukan dari Alex , melainkan dari pistol yang dipegang oleh Farel. Farel menembak tepat dikaki Alex sebelum Alex menarik pelatuknya pada Dareen.

"Lex loe bener bener gak punya otak, bisa bisanya loe mau bunuh Dareen yang jelas jelas gak salah", Pekik Kenan yang benar benar merasa geram dengan kelakuan temannya, Oh teman? Tidak, lebih baik Kenan menganggap orang gila ini sebagai iblis.

"Apa?! gak punya otak? Haha... Gue masih waras buktinya gue masih bisa mikir dan gunain otak gue buat nyari cara biar Dareen mati"

"Sinting loe sumpah, hati loe dimana sih ?!di dengkul?", timpal Bima.

"Loe manusia gila Lex, gue udah sabar kemaren waktu loe nyakitin Dareen gue gak bertindak karena Dareen yang nyuruh. Tapi hari ini gue gabisa buat gak ngabisin loe, atau mungkin sampai mati",Ucap Farel yang sudah geram dengan kelakuan Alex.

"Gue gila?iya gue gila, karena itu sekarang gue juga mau Dareen Mati", Alex mengarahkan pistolnya lagi pada Dareen dan..

Dorrr

Suara tembakan kedua kali ini benar benar ditembakan, peluru tersebut tepat pada perut Dareen, Akhirnya ringisin keluar dari mulut Dareen.

"Akhhh",Saat itu juga Aksa berhasil membuka pengikat pada tangannya.

"DAREENNNN...",Aksa yang notabennya berada disebelah Dareen langsung menghampiri Dareen dan memangku kepala Dareen pada pahanya. Aksa sedang berusaha juga untuk menutup darah yang keluar dari perut Dareen.

Rafael yang berada disana rasanya seperti melihat kejadian masa lalu, De Javu Saat Dareen terkapai tak berdaya dengan bersimpah darah. Rafael menutup matanya sejenak, kemudian berusaha menetralkan pikirannya kembali.

Rafael tidak bisa diam saja, dia menghampiri Alex kemudian dengan emosi yang menggebu dia menghajar Alex, dia mengambil pisau disebelahnya. Dia ingin membalas perbuatan Alex yang sudah menyakiti putranya berulang kali, sudah cukup selama ini Rafael tidak bertindak atas tindakan Alex karena permintaan putranya itu, tapi untuk sekarang Rafael benar benar muak. Dia ingin melihat Alex MATI.

Pisau itu Rafael arahkan pada perut Alex, tapi pisau itu malah tertahan di udara dengan tangan Rafael. Tangan Rafael di cekal oleh Farel.

"Om jangan!! Dareen lebih butuh Om sekarang, Dareen harus segera dibawa kerumah sakit Om. Alex biar urusan Farel sama papah"

Dani juga ikut untuk menghentikan aksi Rafael,"Anak gue bener, loe harus cepet-cepet bawa Dareen, dia butuh pertolongan secepatnya. Urusan Alex loe percayain sama gue ya, loe percaya kan?"

Rafael menghembuskan napasnya kasar, apa yang dibilang Farel dan Dani
benar putranya itu sekarang yang harus segera ditangani, Rafael tidak ingin kehilangan Dareen, bisa gila dia jika Dareen pergi meninggalkannya, sudah cukup perempuan yang disayangnya pergi, tapi sekarang Rafael benar benar memohon agar putranya bisa selamat. Rafael menuruti Farel dia beranjak menuju Dareen.

Dareen A Melviano [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang