Dareen keluar dari kamar Aksa, dia bergegas keluar tanpa memperdulikan teman-temannya. Yang dia inginkan hanya tenang dan berpikir jernih.
Dareen berjalan kebawah. Dia ingin mencari tempat yang bisa membuat hatinya tenang. Tapi setelah dibawah langkah Dareen terhenti, kala mendengar suara di dapur. Dia ingat bahwa bundanya sedang memasak untuk dirinya dan teman-temannya. Dia bergegas menghampiri bundanya. Dareen duduk di Bar milik Kinara.
"Bunda" Lirik Dareen.
Kinara yang sedang bergulat dengan kegiatan masaknya terhenti saat mendengar suara. Dia berbalik ternyata suara itu berasal dari Dareen. Kinara menghampiri Dareen yang sudah duduk di Bar miliknya.
"Kenapa Ren, muka kamu ko lusuh gitu?" Tanya Kinara.
"Dareen gpp bun" cicit Dareen.
"Beneran? Tapi ko muka kamu ditekuk gitu? Gak mau cerita sama bunda?" Jawab kinara lagi, sembari membujuk anaknya ini.
"Beneran Bun, Dareen gpp ko""Yaudahh, kalo gpp senyum dong, jangan ditekuk gitu mukanya" akhirnya Dareen tersenyum. Tapi senyuman itu terkesan dipaksakan. Kinara tau itu, tapi ia enggan bertanya lagi kepada anaknya ini. Dia tau kalo anaknya ini sedang tidak baik-baik saja. Tapi ia juga tidak bisa mencampuri urusan pribadinya, karena posisi Kinara hanya sebatas Ibu angkat untuk Dareen.
Setelahnya Dareen kembali membuka suara "Dareen boleh nemenin bunda masak gak?" Tanya Dareen.
Kinara mengusap surai lembut Dareen,"Boleh dong, kamu tunggu yah, bentar lagi bunda selesai ko masaknya".
Sementara menunggu Kinara memasak, Dareen membuka suaranya lagi. "Tau gak Bun, Dareen juga waktu kecil dulu sering nemenin Bunda Ayu masak. Dareen selalu suka kalo liat Bunda Ayu sama kegiatan masaknya. Kalo Bunda lagi masak, Dareen suka cerita sama dia, apapun Dareen ceritain ke Bunda Ayu, tapi semenjak Ditinggal. Dareen jadi kesepian, gak ada lagi yang temenin Dareen cerita. Papah? Papah selalu sibuk sama urusan kantornya" Dareen menghela nafas, dia sangat merindukan sosok ibu kandungnya.
Kinara yang mendengar itu, terhenti berbalik dan menatap anaknya dengan sendu. Dia tidak tau kalo Dareen selama ini sangat kesepian, pantas saja saat Dirinya dan Aksa menawarkan menjadi ibu Dan kakaknya, anak ini sangat bahagia. Kinara jadi semakin iba pada Dareen. Takdir memang tidak ada yang tau, mungkin ia ditakdirkan untuk menemani Dareen, ia yakin Dareen bukan anak sembarangan orang, terlihat dari penampilan dan Kendaraan yang sering Dareen pakai. Tapi semua fasilitas mewah yang Dareen punya tidak menjamin kebahagiaannya. Kinara tau Dareen butuh diperhatikan.
"Bunda ayu itu Bunda kandung kamu?" Tanya kinara. Dan Dibalas anggukan oleh Dareen. "Sekarang kamu bisa ngelakuin itu lagi, sering temanin Bunda masak yah kalo kamu mau"Kinara tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya."sekarang kamu kan punya Bunda sama bang Aksa, jadi kamu gabakal kesepian lagi sayang" Kinara berjalan mendekati Dareen, kemudian dia membawa Dareen pada pelukannya. "Jangan sedih lagi ya, Bunda akan selalu ada buat kamu kapanpun kamu butuh Bunda" Masih dalam keadaan memeluk Dareen, dia mengusap rambut Dareen dengan lembut.
Dareen membalas pelukan Kinara dengan sayang, dia tersenyum. Setidaknya hatinya menghangat setelah mendapat perlakuan manis dari Bundanya. Walaupun pikirannya sedang kacau. "Makasih Bunda, makasihhhh banget. Dareen beruntung bisa ketemu Bunda. Dareen sayang sama Bunda" Dareen belum melepaskan pelukannya. Dia ingin tenang dalam pelukan Kinara.
Dan di lain tempat, dari tadi ada yang memperhatikan interaksi antara Dareen Dan Kinara. Seseorang itu tersenyum haru melihat adegan manis dihadapannya. Seseorang itu Aksa. Sewaktu Dareen keluar dari kamarnya, Aksa melihat itu dan dia berinisiatif untuk membuntuti adiknya itu, ternyata Dareen pergi ke dapur, menemani Bundanya. Dia tidak iri dengan Dareen dekat dengan Bundanya, karena ia tau Dareen butuh perhatian dari seorang Ibu, dan Aksa ikhlas membagi Bundanya dengan Dareen. Karena Aksa juga sayang pada Adik angkatnya itu. Tak lama setelah obrolan mereka berhenti, Aksa bergegas menghampiri kedua orang itu. Sesampainya Aksa juga melebur memeluk Kinara Dan Dareen."ikutan dong, ko abang gak diajak sih, curang nih".Yang dipeluk sontak kaget. Tapi sedetik kemudian Dareen berkata.
"Lo mah bang, ngerusak suasana aja, yakan bun?" Kinara yang mendapat pertanyaan itu hanya terkekeh melihat dua putranya ini. Sekarang dia punya dua putra yang harus dia jaga dan perhatikan.
"Biarin napa, gue kan juga mau ikutan. Masa gaboleh, jahat lo" Aksa berucap dengan memajukan bibirnya seperti orang yang sedang ngambek.
Dareen yang melihat itu bergidik ngeri."Geli gue liatnya bang, gak usah so imut gitu, muka udah kayak ondel ondel betawi tuh" Dareen tertawa Kecil.
"Anjir, mulut lo Ren" Aksa mendengus mendengar ucapan Dareen.
"Kenapa? Mau marah lo?" Ucap Dareen tanpa bersalahnya.
Aksa mengacak rambut Dareen."Enggak, gue gabakalan bisa marah sama lo. Lo kan adek kesayangan gue"
"Kenapa harus ngacak rambut gue sih, kegantengan gue jadinya berkurang kan 0,001% tuh" Dareen berkata sambil membereskan rambutnya yang diacak acak oleh Aksa.
"Serah lo deh, bisa darah tinggi gue ngobrol sama lo Ren" Akhirnya Aksa menyerah,tidak lagi meladeni ucapan Dareen.
Kinara terkekeh lagi, seraya mengusap surai lembut kedua putranya ini. "Udah udah, Bang panggil temen-temen abang suruh makan dulu. Masakannya udah jadi nih" titak Kinara pada Aksa.
"Oke bun" Aksa mengangkat jari jempolnya ke atas, kemudian bergegas ke kamar untuk memanggil teman-temannya.
Setelah memanggil teman-temannya untuk makan, mereka berhambur ke bawah untuk makan. Dibawah sudah ada Kinara dan Dareen yang sedang menyipkan makanan di meja. Mereka segera menghampiri keduanya.
"Kalian makan dulu ya, makan yang banyak biar cepet gede" Kinara berucap tapi masih sambil membereskan makanan di meja.
"Aku udah gede ko tan, nih badan aku aja udah gede gini, apalagi anunya" celetuk Bima.
Catur melotot mendengar ucapan Bima barusan, dia mengerti 'anu menurut Bima barusan. Lantas dia menjitak kepala bima."najis lo, otak lo yah kalo ngomong filter dulu bisa gak?"
"anjir sakit bego, Emang gue ngomong apaan, perasaan gue gak salah ngomong deh" Bima terlihat bingung dengan perlakuan Catur. Dia harus sabar dengan temannya ini, karena Catur sering menjitaknya. Dia pikir gak sakit apa dijitak mulu. Bisa gegar otak lama-lama Bima kalo dijitak mulu. Itu pemikiran konyol Bima.
Catur menggeleng." Iya bukan elo yang salah, otak lo yang salah, cuci dulu gih makannya".
"Sialan lo, otak gue bersih ya" Bima menimpali ucapan Catur.
Kinara melerai pertengkaran Catur dan Bima."Udah udah, makan dulu keburu dingin makanannya entar"
"Elo sih ngebacot mulu euhhh" Catur memandang Bima dengan sinis.
"Elo tuh" Bima juga tidak kalah sinis.
Kenan menimpuk keduanya dengan Sendok. "Berisik mulu lo berdua. Diem gak, kalo enggak gue panggang lo berdua ke open panas"
Mendapat pelototan dari Kenan, Catur dan Bima memilih diam. Mereka juga tidak enak dengan Kinara.
Setelah sesi adu mulut itu, mereka makan dengan khidmat, tidak ada yang berbicara. Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu.
Setelah acara makan selesai, mereka pamit pulang pada Kinara dan Aksa, begitupun Dareen. Karena siang sudah berganti malam. Mereka takut dicari oleh orang tuanya.
Teman-teman Aksa yang lain sudah pergi meninggalkan pelataran rumahnya. Tersisa hanya dirinya, Dareen dan Kinara.
"Bunda bang Aksa, Dareen pamit dulu ya. Makasih buat jamuannya. Makasih juga buat hari ini, Dareen bahagia" Dareen pamit, kemudian memeluk Kinara lagi dan mencium tangannya.
Kinara membalas pelukan Dareen."Iya sama-sama. Sering sering main yah kerumah Bunda, biar nanti temenin bunda masak. Kalo bisa nginep aja disini Ren" kemudian melepas pelukannya.
"Iya bunda, nanti Dareen usahain buat bisa nginep disini" Dareen tersenyum simpul.
"Lo hati-hati, jangan ngebut dijalannya" Aksa menepuk pundak Dareen.
"Iyaa tenang aja gue gabakalan ngebut ko, yaudah Dareen pamit ya"
Kemudian Dareen melajukan mobilnya keluar dari rumah megah Aksa dan Kinara.
••••
Jangan Lupa Vote&Coment!
-Happy Reading-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen A Melviano [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSiapa yang sangka, Keinginan sulit yang kemarin baru kita ucapkan. Dan dihari berikutnya keinginan itu sudah terkabul dan mendapat bonusnya pula. Keberuntungan itu didapatkan oleh seorang pemuda tampan. ini kisah dari seorang laki-laki dengan segala...