Line 35

2.7K 166 10
                                    

Mereka membawa Aksa masuk, dan terlihatlah seseorang yang membelakangi nya. Orang itu kemudian berbalik.

Aksa terkejut, ternyata orang itu adalah Alex, iya Alex orang yang diceritakan Farel waktu itu.

Alex tersenyum miring,"gampang juga ya mancing loe kesini, berani juga ya loe dateng sendirian. Gue kira loe bakal bawa antek antek loe kesini haha",Ucap Alex dengan seringai di wajahnya.

"Gue bukan pengecut kaya loe, yang mesti bawa anak buah buat bawa musuhnya dateng",Celetuk Aksa yang membuat emosi Alex sedikit naik.

"Apa loe bilang gue pengecut?",Alex yang sedang emosi pun memukul bagian perut Aksa beberapa kali yang kemudian mendapat ringisan dari mulut Aksa."Coba loe bilang sekali lagi apa yang loe omongin tadi?",Kali ini Alex berbicara dengan nada mengejek.

"LOE PENGECUT, LOE SALAHIN ORANG YANG JELAS ITU BUKAN SALAH DIA",Aksa kini berani membentak Alex, dia juga merasa toh jika diam saja Alex akan semakin gencar menghabisinya.

"Omong kosong, jelas jelas dia yang udah bikin hidup gue hancur, kehilangan orang tua gue dan" Ale sedikit menjeda omongannya"kakak gue",Alex berbicara sendu, tapi setelahnya dia kembali menyeringai.

"Bawa dia kedalem, ikat dia jangan sampai lepas",Titah Alex pada anak buahnya."Loe liat besok apa yang akan terjadi",Alex tersenyum mengejek pada Aksa.

Tapi beberapa detik kemudian Aksa berusaha berontak dari cengkaram dua anak buah Alex, dia berhasil keluar dari rumah itu. Tapi diluar ada banyak anak buah Alex yang berjaga, Aksa harus mengalahkan mereka agar bisa kabur dari sini. Setelah bertarung cukup hebat, sayang nya Aksa kalah. Dia mendapat pukulan kayu tepat dibelakang kepalanya juga ditambah lebam di seluruh mukanya karena bertarung tadi, sebelum kesadarannya hilang terakhir dia hanya mendengar Alex berucap,"Loe gak akan bisa kabur dari sini Aksa".Setelah mendengar itu hanya kegelapan yang menyambut Aksa.

Malam pun tiba

Suasana di kamar Dareen sudah sepi sekarang tidak seperti tadi. Karena teman temannya sudah pulang.

Keadaan Dareen pun sudah membaik sejak terbangun dari tidurnya tadi. Hanya sedikit lagi pemulihan karena terbukti rasa peningnya belum sepenuhnya hilang.

Tak lama terdengar suara pintu kamar dibuka, munculah sosok Rafael disana.

"Ren, udah makan? Udah minum obat?",Tanya Rafael

"Belum pah, belum sempet",Dareen menjawab seadanya.

"Kenapa hmm? Yaudah Papah ambilin dulu makanannya ya"

Dareen hanya mengangguk, mengiyakan omongan papahnya.

Tak lama, Rafael sudah kembali dengan sebuah nampan berisi makanan sup dan susu.

"Makan dulu ya, abis itu minum obat. Atau mau papah suapin"

"Ih ngapain, Dareen udah gede pah gausah disuapin gitu, kecuali kalo sama Bunda baru Dareen mau"

"Apa bedanya sama papah? Sama sama disuapin juga kan?, Lagian kan bunda gak ada disini, jadi siapa yang bakal suapin kamu"

"Iya maksud Dareen tuh seandainya pah",Dareen mengerucutkan bibirnya, terlihat menggemaskan di mata Rafael.

"Iya iya papah minta maaf",Rafael mengusak rambut Dareen yang membuat si empunya sedikit kesal, tapi Karena raut kesalnya itu Rafael tertawa senang.

"Papah tinggal gapapa?papah masih ada kerjaan soalnya"

"Ngerjainnya di kamar Dareen aja ya pah, Dareen pengen ditemenin lagi sama papah. Janji deh Dareen gak bakalan ngacau", Dareen mengangkat kedua jarinya guna membentuk peace.

"Yaudah papah bakal tidur disini, papah ambil dulu laptop sama berkasnya di ruangan ya"

Dareen tersenyum senang, sambil mulutnya penuh dengan makananan, kemudian mengangguk anggukan kepalanya persis seperti bocah yang baru mendapat mainan. Rafael jadi gemas dibuatnya. Rafael pun segera beranjak untuk mengambil alat kerjanya dan buru buru kembali lagi ke kamar Dareen.

Kini Rafael sedang berkutat dengan laptop dan berkasnya disamping Dareen yang sudah tertidur. Dia menghentikan aktifitasnya sejenak, kemudian menatap wajah anak semata wayangnya ini. Sudah lama dia tidak melihat wajah tenang Dareen. Dan tidur bersama Dareen seperti ini. Ah sepertinya Rafael mulai menyadari bahwa dia memang benar benar sibuk bekerja hingga lupa bahwa anaknya pun butuh kasih sayang darinya. Dia mengusap surai anaknya dengan lembut, kemudian mengecup puncak kepala nya. Setelah itu dia kembali mengerjakan pekerjannya agar lebih cepat selesai.

***

Ini hari minggu, waktunya untuk orang orang untuk berlibur atau beristirahat untuk menghilangkan lelah akibat bekerja beberapa hari.

Begitupun dengan Rafael yang sekarang sudah berada di cafe milik Kinara. Ya Rafael akhir akhir ini memang sering mengunjungi Kinara, entah sekedar hanya untuk mengobrol, membicarakan Dareen, atau juga karena Rafael sedang pendekatan dengan Kinara. Entahlah hanya Autor yang tau hihi...

Tadi Rafael sudah bertemu dengan Kinara, dan Rafael diminta untuk menunggu sebentar karena Kinara harus mengurus beberapa hal dulu.

Kini Rafael tengah duduk disalah satu pojok ruangan cafe itu ditemani segelas ice cappucino, hari ini ada hal penting yang harus Rafael omongkan dengan Kinara. Rafael juga sudah memikirkan ini beberapa hari kemarin, dan keputusannya lah yang membawa dia sekarang berada disini.

Tak berselang lama ketika Rafael sedang bergelut dengan pikirannya, Kinara datang dan duduk di hadapan Rafael.

Tanpa basa basi Kinara langsung bertanya,"Jadi ada perihal apa Raf?".

Rafael terlihat sedikit gugup, sepertinya dia sedang menyiapkan kata kata untuk mulai berbicara dengan Kinara. Terlihat dari sorot matanya yang terlihat khawatir.

Karena merasa Rafael tak kunjung bicara, Kinara memanggilnya lagi,"Rafa, kamu baik baik aja kan?".

Rafael yang merasa dipanggil langsung mengarahkan atensi sepenuhnya pada Kinara,"Emm itu Zel, ada sesuatu yang mau saya omongin"

"Iya kamu mau ngomong apa?", kinara menjawab dengan lembutnya.

"Em sebelumnya saya minta maaf karena mungkin ini terlalu cepat, mengingat pertemuan kita yang baru beberapa kali setelah sekian lama",Rafael menjeda omongannya sebentar,"saya..sa-ya bermaksud untuk melamar kamu"Rafael menghela napasnya yang tidak beraturan kemudian ia meneruskan lagi ucapannya.

"Saya tau pernyataan saya mungkin membuat kamu kaget, terlebih ini pernyataan kedua saya setelah pernyataan saya waktu itu di kampus, tapi kali ini saya benar benar ingin meminang kamu menjadi istri saya, saya yakin itu karena kamu juga sudah kenal bahkan menganggap anak saya sebagai anak kamu, dan saya juga sudah memikirkan ini beberapa hari lalu, karena beberapa hari ini juga saya sering bercerita pada kamu dan entah mengapa tiba tiba rasa itu muncul lagi, saya jatuh cinta lagi sama kamu Zelin"

Lagi, Rafael menjeda ucapannya,"Emm.. Will you marry me Kinara Safira Zeline?".Rafael mengambil sebuah kotak yang dimana berisi cincin didalamnya, dia membuka itu sambil menatap lekat lekat orang didepannya.

Kinara benar benar speechless dengan pernyataan Rafael, dirinya juga tidak menyangkal jika dirinya juga jatuh cinta dengan Rafael semenjak Rafael sering mengajaknya mengobrol dan jalan bersama. Ada rasa nyaman berada di dekat laki laki itu, walaupun sudah sekian lamanya mereka tidak bertemu. Mungkin ini memang yang namanya takdir tuhan, tidak terduga.

Mata Kinara benar benar berkaca kaca sekarang, dia tidak tau harus bagaimana merespon ucapan laki laki yang barusan menyatakam melamarnya.

"Rafa..."masih dengan mata yang berkaca kaca Kinara berbicara, setelah menghela napas cukup dalam, Kinara kembali tenang dan memberikan sebuah jawaban.

"Rafa aku minta maaf aku gabisa",Ucap Kinara yang sekarang menatap sendu kearah Rafael.

Jangan Lupa Vote&Comment sebanyak banyaknya ya biar aku bisa Up cepet hihi!!!
-Happy Reading-

Dareen A Melviano [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang