Hari ini Dareen akan melakukan pertandingannya. Setelah berlatih cukup keras beberapa bulan ini, Dareen sudah siap untuk bertempur di lapangan.
Dareen berangkat kesekolah tidak seperti biasa, dia berangkat siang. Hari ini juga Dareen masih marah dengan papahnya. Beberapa hari ini dia mendiamkan papahnya, terkesan berlebihan tapi kenyataanya kekecewaan Dareen sangat dalam.
Dia pergi untuk sarapan kebawah, disana sudah ada Rafael yang menunggunya. Dareen menaruh tas di kursi sebelahnya, dia tidak sekalipun melirik ke arah Rafael, Rafael hanya dianggap setan sepertinya oleh Dareen. Biasanya Dareen selalu menyapa dan cerewet pada Rafael, tapi sekarang tidak.
"Ren" Rafael menatap ke arah putranya, tapi panggilan Rafael tidak digubris oleh Dareen. Dareen tetap fokus pada acara sarapannya.
"Please Ren, maafin papah dong. Udah seminggu loh kamu diemin papah" lagi, Dareen hanya menganggap ucapan Rafael angin lalu.
Dareen telah selesai sarapan, dia beranjak dari sana kemudian bergegas pergi.
"Ren papah tau papah salah, tapi apa kamu harus seperti ini. Papah tau kesalahan papah gabisa ditolelir karena udah terlalu sering"
Dareen yang mendengar suara sendu papahnya berhenti kemudian berbalik, "itu papah tau kesalahan papah udah terlalu sering, kenapa papah lakuin terus" Dareen tersenyum kecut.
"Papah tau Ren, tapi tolong izinin papah buat nebus kesalahan papah sama kamu" Mohon Rafael. "Papah bakal kurangin waktu kerja papah di kantor, papah akan fokus sama kamu sekarang, tolong jangan diemin papah Ren"
Dareen sebenernya tidak tega mendiamkan papahnya seperti ini, dalam hatinya dia ingin sekali bermanja manja dengan Rafael, tapi egonya lebih besar, dia melakukan ini agar papahnya itu sadar bahwa anaknya ini butuh dia, bukan cuma butuh hartanya saja. Dareen berlari menghampiri Rafael kemudian dia memeluk papahnya, Dareen juga tidak bisa jika harus seperti ini. Rafael yang kaget, sontak mengeratkan pelukan pada Dareen, dia sangat menyayangi putranya ini.
"Papah minta maaf, Maaf maaf"
"Udahh gapapa, papah janji kan bakal lebih banyak waktu buat Dareen?" Dareen memastikan dan tersenyum.
"Janji, papah janji bakal selalu luangin waktu buat kamu". Drama pagi ini membuat hati Rafael tenang, akhirnya putranya ini mau memaafkan dan memberikannya kesempatan memperbaiki semuanya. Ketika suasana sedang mellow, Dareen malah meminta persyaratan lagi pada Rafael.
"Eh tapi ada satu syarat lagi, gak segampang itu ya dapet maaf dari Dareen pah" Dareen mengangkat alisnya, sedikit berpikir.
"Apapun yang kamu mau papah bakal kabulin permintaan kamu"
"Dareen mau mobil baru, sama handphone baru" ucapan yang terlontar dari Dareen sontak membuat Rafael melotot.
"Mobil? Gasalah Ren? Emangnya mobil kamu kenapa? Bukannya masih bagus?" Tanya Rafael.
"Udah sering ke bengkel tuh pah, papah kan banyak duitnya masa beli mobil satu aja ga mampu" Dareen terkekeh.
"Yaudah, nanti siang mobilnya udah ada di rumah. Sekarang kamu pake aja mobil yang itu" ucap Rafael Akhirnya, tak apalah uangnya berkurang. Membeli satu mobil tak akan membuatnya miskin kan.
"Hari ini Dareen pergi sama bang Aksa, gamau bawa mobil"
"Loh kenapa?" Tanya Rafael heran.
"Males hehe, udah ah tuh bang Aksa udah ada di depan, Dareen berangkat ya pah" Dareen berlalu dari hadapan Rafael.
Rafael menggeleng pelan, Kenapa hari ini dia tidak ingin jauh-jauh dari putranya itu. Rasanya baru kemarin Rafael menggendong Dareen kecil, dan sekarang putranya itu sudah beranjak dewasa.
Didepan sudah ada mobil Aksa yang terparkir, Dareen langsung masuk ke mobil Aksa. Dareen tau Aksa pasti berangkat bersama kekasihnya.
"Eh ada kaka ipar, gimana kabarnya?" Dareen menggoda kekasih kakaknya itu.
"Baik ko Ren" Gadis Aksa itu tersenyum, membuat siapapun terhipnotis pada senyumnya.
"Ngapain si lo godain cewe gue, nyari cewe makannya biar gak godain cewe orang" sewot Aksa.
"Yeh si bambang ngegas aja, terserah gue dong, toh cewe lu aja gak protes" Balas Dareen dengan menjulurkan lidahnya.
"Sialan lo" Aksa melempar Dareen dengan botol bekas minum.
"Sakit anjir bang, lo mah tega sama adek sendiri" Dareen memanjukan bibirnya, membuat Aksa gemash.
Aksa dan Alisa hanya tertawa melihat kelakuan Dareen. Aksa semakin sayang dengan Dareen. Apalagi saat Dareen terlihat menggemaskan seperti itu.
Setelahnya mobil Aksa pergi meninggalkan rumah Dareen. Dijalan hanya ada suara musik yang terdengar, tak ada yang membuka suara, Dareen sedang fokus dengan gadgetnya. Dan Alisa sedang fokus mendengarkan lagu.
"Ren, gimana sama bokap lo? Udah baikan?" Tanya Aksa tiba-tiba, Dareen langsung menoleh pada Aksa.
"Udah" singkat, jawaban Dareen membuat Aksa kesal.
"Yang bener lo, beneran udah baikan? Lo gak marah lagi sama bokap lo?"
Dareen menyimpan hp nya, kemudian menjawab pertanyaan Aksa,"udah bang, tadi pagi sebelum gue berangkat, papah udah minta maaf sama gue, dia nyesel dan mau memperbaiki semuanya" jelas Dareen.
"Bagusdeh kalo gitu, awas ya lo kalo uring-uringan lagi kerumah gue, gue gasuka liat lo sedih"
"Yaelah bang, gue uring-uringan juga sama Bunda bukan sama lo"
"Tetep aja, gue gasuka liat lo gitu"
Alisa yang mendengarkan obrolan dua laki-laki ini, hanya menyimak. Pasalnya Alisa juga tau Dareen sedang tidak baik-baik saja dengan papahnya, Karena Aksa selalu cerita padanya. Alisa sangat senang dikelilingi orang-orang baik seperti Dareen dan Aksa.
Setelah perjalanan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di sekolah. Aksa dan Alisa pamit pada Dareen untuk pergi ke ruang OSIS mempersiapkan untuk pertandingan nanti. Sementara Dareen pergi menghampiri teman-temannya di kantin. Saat sampai di kantin Dareen langsung duduk disebalah Catur.
"Baru dateng lo?" Itu suara Bima.
"Yoi, gue beresin dulu masalah sama bokap gue"jawab Dareen.
"Lo udah baikan?" Tanya Farel.
"Udah"
"Alhamdulillah, jadi sekarang Dareen PMS mode off" Celetuk Bima.
"Maksud lo apa goblok?" Sewot Dareen.
"Kemaren kemaren kan lo kayak cewe pms, mode senggol bacok bos" Celetuk Bima lagi.
"Sialan lo, gue bunuh juga lo" Dareen menjitak kepala Bima.
"Anjing, bisa gak sih lo pada kalo lagi ngomong gausah jitak pala gue" wajah Bima terlihat kesal.
Mereka tertawa melihat kelakuan Bima. Saat Dareen sedang berkumpul, dia seperti melihat seseorang yang dia kenal, yang selama beberapa bulan ini menghilang setelah kemunculannya lagi waktu itu bertanding basket dengannya.
"Alex" gumam Dareen. Suara Dareen tidak akan terdengar oleh teman-temannya karena suaranya sangat kecil.
Kenan yang heran melihat Dareen yang tiba-tiba tegang bertanya,"lo kenapa ren, ko muka lo tegang gitu?"
"Emm itu, engga gue gapapa ko" cicit Dareen.
Farel yang menyadari arah pandangan Dareen, membalikan badannya. Betapa terkejutnya dia melihat Alex ada disini. Setahu Farel hari ini sekolah Alex tidak ikut serta bertanding, tapi kenapa Alex ada disini. Farel merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi kemudian dia menepis pikiran jelek itu, dia berdoa semoga saja tidak akan terjadi apa-apa.
••••
Jangan lupa Vote&Coment!
-Happy Reading-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dareen A Melviano [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSiapa yang sangka, Keinginan sulit yang kemarin baru kita ucapkan. Dan dihari berikutnya keinginan itu sudah terkabul dan mendapat bonusnya pula. Keberuntungan itu didapatkan oleh seorang pemuda tampan. ini kisah dari seorang laki-laki dengan segala...