Line 26

5K 241 0
                                    

"Astaga gue gak nyangka, masa lalu Dareen sekejam itu. Dan karena kejadian itu juga Dareen jadi fobia sama gelap?". Ucap Aksa, rasanya tidak tega mendengar cerita tentang adiknya dari teman- temannya ini.

Farel dan Kenan sama-sama mengangguk,"Sebenernya bukan cuma sampe situ, Selepas kejadian itu, Bang Andra dikirim ke New York sama om Rafa, awalnya om Rafa mau menjarain bang Andra tapi karena masih dibawah umur jadi om Rafa putusin buat kirim bang Andra ke orangtuanya di New York, yang juga merupakan kakek nenek dari bang Andra. Semenjak itu Alex merasa kesepian, gak ada lagi yang jadi pelindung dia. Waktu SMP Alex pernah melakukan 2 kali percobaan pembunuhan pada Dareen. Dia hampir membuat Dareen mati, dengan mendorong Dareen dari atap sekolah, tapi untungnya gue, Farel, Catur dan Bima berhasil tolong Dareen, dan yang kedua ya seperti sekarang ini, Alex mengajak Dareen bertemu dan membuat Dareen babak belur gini"

"Yaampun, ternyata masa lalu lo penuh luka Ren. Tapi gue salut sama Dareen masih bisa bertahan sampe sekarang" Aksa mengusap wajahnya kasar,dan merasakan nyeri di dadanya, ternyata adiknya itu sudah beberapa kali diujung maut. Mulai sekarang Aksa akan lebih menjaga Dareen.

"Alex juga menghilang waktu itu, entah kemana, dia muncul lagi saat kita udah masuk SMA, kita ketemu Alex lagi waktu pertandingan basket juga saat itu. Dari situ kita terus waspada takut-takut Alex mencelakai Dareen lagi, tapi untungnya selama itu Dareen baik-baik aja, dan selama itu pula kita beranggapan bahwa Alex sudah sadar akan kesalahannya, tapi kita salah Alex ternyata belum berubah, gue yakin Alex pasti punya rencana saat ini"

Ada rasa sesak karena harus mengingat kembali masa-masa kelam itu, mereka tidak mau kejadian itu terulang kembali. Mulai saat ini mereka akan menjaga Dareen, sekalipun nyawa taruhannya.

***

Saat ini Dareen sudah berada di ruang rawat, disana hanya ada Rafael dan Kinara. Mereka merasa canggung hanya berdua seperti ini. Kemudian Kinara berjalan ke arah ranjang Dareen, dan duduk di kursinya. Kinara menggenggam tangan Dareen sangat erat, berharap putranya segera bangun. Dokter bilang keadaan Dareen akan baik-baik saja dan akan segera siuman. Rafael yang melihat interaksi Kinara pada Dareen terlihat kagum.

"Emm Zelin"

"Kenapa Raf?"

"Kamu kenapa bisa deket banget sama Dareen, gimana bisa kalian kenal?"

Mendengar pertanyaan itu, Kinara menceritakan kronologi pertemuannya dengan Daaren sampai akhirnya dia menjadi bunda untuk Dareen.

Rafael tidak menyangka ternyata Kinara dan Dareen sudah sangat dekat layaknya hubungan ibu dan anak.

"Zelin.. aku mau minta maaf"

"Minta maaf kenapa?"

"Karena Dareen sudah merepotkan kamu"

"Sama sekali engga Rafa, aku udah anggap Dareen seperti anak aku sendiri ko"

"Makasih"

"Gausah berterimakasih, aku sayang sama Dareen".

"Kalo sama aku?"

"Apanya sama kamu?" Tanya Kinara Heran.

Rafael gelagapan, mulutnya memang tidak bisa dijaga,"ehh itu anu engga hehe" Rafael menggaruk tengkuknya.

Tak lama ada gerakan dari tangan Dareen, Perlahan mata yang semula tertutup rapat itu terbuka, Dareen berusaha menyesuaikan cahayanya.

"Nghhh.." suara lirihan dari Dareen.

Kinara yang sedang menunduk pun lantas menegakan kepalanya kala mendengar rintihan dari Dareen, Kinara mengusap rambut Dareen.

"Rafa.. Dareen udah siuman" Kinara menengok ke arah Rafael memberitahu.

Dareen A Melviano [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang