14 [Usaha Yerin. Aku menerimamu Apa Adanya]

283 51 4
                                    

"Yerin, cepat turun" ucap Papa Yerin ketika sudah jengah menunggu Yerin berdandan hampir setengah jam lamanya.

"Sabar dong, tanggung nih" Meskipun sudah menghabiskan banyak waktu di dalam kamar Yerin tetap saja belum siap, entah karena Papa nya yang terlalu cepat atau memang Yerin saja yang terlalu lambat.

"Papa bisa lari satu komplek 5 kali sambil menunggumu" Mendengar hal itu Yerin hanya tersenyum, senyum tanpa dosa lebih tepatnya.

"Anak Papa boleh juga rambutnya diikat, jangan terlalu sering di gerai sekali kali diikat, karena diikat pun Yerin tetap cantik" Papa Yerin memuji kecantikan anaknya, ia berkali kali melirik lewat ekor mata hanya untuk melihat Yerin karena sedang menyetir, anak sematawayangnya yang kini ia besarkan sendirian dengan penuh kasih sayang tumbuh menjadi gadis yang cantik dan periang, itu menjadi sebuah kelegaan tersendiri di hati Papa Yerin.

"Papa memang yang terbaik" Yerin tersenyum, merangkul Papa nya beberapa kali.

"Sampai" ucap Papa Yerin ketika mereka telah sampai di sebuah rumah sederhana yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu, tidak lain dan tidak bukan adalah rumah nenek Yerin yang sering ia kunjungi ketika lari pagi.

"Makan, makanlah yang banyak" Nenek Yerin memberikan begitu banyak camilan kesukaan Yerin.

"Memang berada di rumah nenek adalah hal paling menyenangkan" ucap Yerin sambil tersenyum, mulutnya bahkan masih penuh dengan cokelat.

Beberapa menit kemudian pintu utama terbuka, menampilkan seorang pria dengan pakaian sederhana yang berusia sekitar akhir 40an.

"Om darimana?" Tanya Yerin, setahunya om nya masih tinggal bersama nenek.

"Keluar sebentar, mencari udara segar" Om Yerin kemudian duduk tepat di sebelah Yerin dan Papa nya. Ikut larut dalam suasana hangat keluarga yang lama tidak berkumpul.

"Makan pelan pelan, nanti tersedak" Papa Yerin memberikan segelas air sambil mengelus pelan punggung Yerin.

"Bercerminlah, pipimu bahkan hampir menutupi seluruh bagian wajahmu" Yerin yang sedari tadi sibuk makan kini tiba tiba mengentikan aktifitas makannya, terdiam sebentar, menelan kenyataan pahit bahwa orang yang berbicara hal buruk tentangnya adalah Om nya sendiri.

"Kudengar setiap pagi kamu lari kan dan mampir kesini, semua itu ngga ada gunanya, kamu memang terlahir gendut dan tinggal terima saja kenyataan, jangan coba merubahnya, akan sia sia, lihat anakku pipinya tirus dan badannya pun proporsional" Perlahan lahan Yerin menelan ludahnya sendiri, jantungnya seakan berhenti sepersekian detik, saat itu bibir Yerin masih berusaha tersenyum. Fakta bahwa Om nya membicarakan hal itu sambil tertawa seakan akan itu sebuah hal yang pantas di tertawa kan semakin membuat hati Yerin tergores.

"Ah iya haha" Dengan tawa yang canggung Yerin mencoba untuk mengkontrol ekspresi nya supaya tidak terlihat tengah kecewa.

"Benar kan? Berhentilah melakukan hal yang sia sia, kontrol juga pola makanmu, wanita macam apa yang makan seperti hewan liar?" Pelupuk mata Yerin mulai basah, ia mati matian menahan tangis itu, dadanya terasa seperti ditusuk ribuan jarum.

"Sepertinya perutku kurang enak, aku pamit ke kamar mandi" Yerin buru buru berjalan menuju kamar mandi, tentu saja alasan Yerin itu bohong, sejujurnya Yerin hanya ingin menenangkan diri.

"Dia terlalu terbawa perasaan"

Yerin duduk di toilet kamar mandi, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh juga. Ini bukan masalah Yerin terlalu terbawa perasaan atau sensitif, ini semua hanya tentang saling menghargai. Orang yang gendut tau bahwa ia gendut, orang yang kurus tau bahwa ia kurus, orang yang memiliki kekurangan tau bahwa ia memiliki kekurangan jadi tidak perlu mengatakan hal hal buruk yang semakin mengikis rasa percaya diri orang lain. Jika tidak bisa mengatakan hal hal yang baik lebih baik diam daripada harus menyakiti orang lain. Hal itu membuat Yerin putus asa, selama ini ia hanya menjalani hidupnya sesuai apa maunya, ia tidak menyangka akan mendapat kata kata buruk seperti itu. Tidak semua hal dapat dijadikan bahan tertawaan dan candaan, candaan adalah ketika semua pihak yang terlibat tertawa dan terhibur, jika salah satu pihak justru merasa tertekan itu bukanlah candaan melainkan hinaan.

I DON'T LOVE YOU | WONWOO × YERINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang