🦋
Yang senyum kamu, yang bahagia aku. Selucu itu.
🦋
"Lo nyogok apa ke Bang Jere?"
Aleeya bingung, Satria menjemputnya pagi ini. Karena biasanya, Aleeya selalu berangkat bersama dengan Bang Jere selagi pemuda itu berangkat kuliah.
Cowok berlesung pipi tersenyum masam, "Bisa gak sih kita ngomongnya aku-kamu aja?"
Aleeya mencibir, "Geli tau, Sat."
Satria turun dari motor dan menggantungkan helmnya. Ia melengkungkan bibir bawah membuat Aleeya berdecih malas.
Satria maju selangkah dan membuka perlahan helm di kepala Aleeya, "Kitakan pacaran udah tiga tahun lebih, Lee. Lo jarang banget pake kata aku-kamu. Itu bukan sesuatu yang hina."
Aleeya menatap datar cowok tinggi tegap di depannya, ia masih diam ketika Satria melepas helm bogo yang ia pakai dan menaruhnya.
"Definisi pacaran menurut elo apa sih, Satria?"
Satria menoleh, menatap Aleeya yang berjarak satu langkah di depannya. Gadis cantik itu menatap lurus Satria.
Masalah sepele, dari dulu.
Tapi selalu dibahas Satria, yang ujungnya membuat Aleeya badmood.
Satria meringis, "Ya udah maaf. Gue makin banyak maunya." Jari Satria merapihkan rambut Aleeya yang hari ini diikat satu.
Gadis yang tergolong mungil itu menepis tangan Satria dan berbalik melangkah pergi. Meninggalkan Satria yang berdecak dan berlari kecil mengejar.
"Kata bunda kapan main ke rumah lagi?" tanya Satria pelan ketika sudah bersisian dengan Aleeya.
Aleeya memandang lobby sekolah yang sudah ramai murid berlalu lalang dengan seragam yang sama ia pakai.
"Kapan lo mau bawa gue ke sana?"
Satria tersentak kaget, ia kira Aleeya akan puasa bicara dengannya hari ini. Cowok tinggi itu menoleh antusias, "Pulang sekolah aja gimana? Nanti gue yang minta izin ke Bang Jere."
Aleeya melirik dan berdehem.
"Gemes banget sih pacar gue!" Menarik kencang pipi bulat Aleeya dari samping. Membuat beberapa orang di sekitar mereka menoleh kaget karena Aleeya tiba-tiba memekik.
"Apa sih!" ketusnya dan memukul bahu Satria keras. Membuat si empu meringis di sela-sela tawanya.
Tabokkan Aleeya gak main-main cuy.
"Gak boleh pukul-pukul gitu, ya! Itu namanya KDRT," papar Satria dengan anggukan meyakinkan.
"Kapan gue bangun rumah tangga sama lo?!" sarkas Aleeya.
"Taun depan. Atau mau lusa aja? Besok? Ya udah hari ini, yu!" ajak Satria dan menarik tangan kekasihnya berbalik menuju parkiran.
Membuat Aleeya melotot serta refleks menyubit lengan Satria.
"AWW! SAKIT, LEEE!"
"SERAH AH BADUT!"
Setelah menendang tulang kering cowok itu, Aleeya pergi menuju tangga untuk naik ke lantai atas. Malu sendiri mendengar teriakkan Satria yang mengambil alih perhatian di koridor kelas 10.
Setelah berhasil menginjakkan kaki di koridor kelas 11, Aleeya harus naik tangga lagi menuju lantai tiga.
Sekarang Aleeya memasukkan tangan kirinya ke saku hoodie bertepatan dengan Satria yang menyusulnya dengan napas tersenggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
B E T W E E N
Novela JuvenilAleeya tak tahu. Mencari informasi untuk menguak siapa pelaku di kisah masa lalu seseorang, membuat ia terperangkap. Ia harus memilih antara ini dan itu. Belum lagi, hura-hura yang timbul akibat perbuatannya. Semua menjadi kacau, tak terkendali. "Se...