07 || Senyuman pahit

8 3 7
                                        


Ada kalimat yang menyayat hati, tapi kamu terlihat tak peduli. Harus berapa kali aku menahan perih? Sedangkan kamu hanya menutup mulut dengan rapih.

『••✎••』

"Coba liat dong!"

"Kenapa pada kepo bener dah?!"

"Cepet dong, Sat! Lama banget elahhh!"

Satria mendengus keras. Kemudian jarinya menari di atas layar, mencari sebuah foto. Setelah menemukan apa yang ia cari, akhirnya ia mengasurkan handphone-nya ke Sandy yang berada di tengah.

"Jadi ini foto Aleeya waktu SMP?"

Dani merebut handphone dari Sandy, membuat yang lain merapat ingin tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dani merebut handphone dari Sandy, membuat yang lain merapat ingin tahu. Reno mencondongkan tubuhnya penasaran. Lalu datang Kana beringsut ke sampingnya memiringkan kepala ingin tahu juga, berakibat pipi putih mulus itu menempel di bahunya, membuat ia tersentak kaget.

Heh ini Kana di ajarin siapa? modusnya smooth banget, batinnya.

Dan sampai ia kembali duduk tegak pun, Kana masih menempatkan pipi di bahunya. Malah mencari posisi nyaman semakin bersandar.

"Ternyata si Aleeya udah cantik dari dulu," kata Dani membuat Reno tersadar dan menoleh.

"Sat, boleh buat gue gak?"

Satria mendelik dan mengambil handphone-nya, "Gak ada gak ada, Aleeya milik gua!"

Dani mendengus, "Halah padahal cinta lo kayak Panji, bertepuk sebelah tangan."

"MULUT LO MINTA DI AMPLAS YA BANGSAT!" amuk Satria seraya maju menoyor Dani yang dibalas Dani dengan pukulan. Tak mau kalah, Satria balas memukul. Dan terjadilah kerusuhan.

Tukang rusuh ketemu tukang rusuh jadinya ngerusuh bareng.

Sandy melengos malas, kemudian mundur takut kena pukulan. Dari tadi sekelompok orang ini memang tengah membahas Aleeya, mengapa gadis itu mukanya judes abis. Lalu disangkal kekasihnya bahwa saat Sekolah Menengah Pertama Aleeya adalah gadis yang manis jauh dari kata judes. Sebagai buktinya tadi, ia perlihatkan foto Aleeya.

Bola mata Sandy bergerak melihat Kana yang menempelkan pipi di bahu Reno seraya memakan kebab dengan santai. Sedangkan Reno bermain handphone dengan wajah kaku.

Tak lama Sandy menipiskan bibir dan menghela napas samar. Memalingkan wajah meneliti kelas yang sepi karena para guru sedang rapat, sedangkan murid harus menunggu bel pulang untuk keluar sekolah.

B E T W E E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang