Kalau mulutnya gak bisa ngomong hal-hal baik, setidaknya jangan ngomong hal-hal buruk.
『••✎••』
"Diminum! Kalau ngerjain tugasnya udah beres, langsung tidur ya!"
"Iya, Bang!"
"Abang tidur dulu, kamu jangan bergadang!" Jere mengusap lembut puncak kepala Aleeya dan menciumnya singkat. "Good night, Aleeya!"
"Hm, have a nice dream, Bang."
Setelah kejadian malam itu, hubungan Aleeya dan Jere kembali seperti biasa. Walau beberapa kali tertangkan tengah melamun, Jere tetap sosok menyenangkan dan menyayangi dirinya. Kembali ke rutinitas mereka yaitu makan dan bercanda bersama, berangkat sekolah pun masih beliau yang antarkan.
Bahkan Jere menawarkan diri untuk menjemput Aleeya, tentu saja dirinya menolak. Selain karena ia selalu bersama Satria, kakaknya juga sibuk. Setelah selesai matkul Jere harus pergi bekerja ke salah satu caffe sebagai seorang barista.
Namun, yang Aleeya tak suka kali ini adalah Jere semakin clingy. Setiap pagi Aleeya sudah dipeluk erat, sesudah sarapan pun dirinya harus menahan diri karena puncak kepalanya selalu dicium. Bahkan ketika motor Jere mendarat dekat gerbang sekolahnya, pemuda itu sudah merentangkan tangan ingin memeluk. Tentu saja Aleeya cepat-cepat mendorong wajah sang kakak lalu melenggang memasuki sekolah.
Malu lah banyak orang yang lihat, apalagi dirinya sudah dewasa bukan anak SD seperti dulu.
Aleeya menggenggam gelas berisi susu vanilla hangat. Matanya menatap punggung Jere dengan tatapan tak terbaca. Sampai pemilik punggung itu menghilang di balik pintu pun dada Aleeya masih berkecamuk.
Pertanyaan itu, kembali naik ke permukaan.
Kenapa bisa Jere menyayangi sebegitu dalam terhadap dirinya? Bahkan Aleeya belum tentu menyayangi Jere sebesar Jere menyayangi dirinya.
Maka karena itu alasan Aleeya mau repot-repot mencari tahu tentang Berlian.
Untuk, balas budi.
Tidak, lebih tepatnya membantu memperjuangkan kebahagian Jere yang telah lama hilang.
Aleeya menarik anak rambut ke belakang telinga. Cewek itu meneguk susu hangat hingga setengah. Jarinya mengusap bulir-bulir susu di sudut bibir.
Tak lama setelah itu, ia melengos. Lelah. Misi Berlian ini membuatnya semakin serius. Pikirannya bercabang. Walau tak menampik, sedikit demi sedikit info Berlian membuat ia menemukan titik terang. Untuk saat ini.
Entah dengan esok hari.
Dari jam 7 malam Aleeya berkutat dengan ponselnya. Ia sibuk mencari informasi tentang berlian, mulai dari akun media sosialnya sampai browsing.
Namun, hasilnya nihil ia tak menemukan akun dengan nama Berlian Kelina dengan foto gadis cantik berambut gelombang. Seperti disengaja, akun Berlian dihapus atau sebagainya, Aleeya tak tahu pasti. Padahal ia mencari sampai ke following dan followers Jere, Kristal sampai Yovan. Hasilnya tetap sama.
Tak ada.
Namun, Ia masih bersyukur. Ada dua hal yang menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
B E T W E E N
Teen FictionAleeya tak tahu. Mencari informasi untuk menguak siapa pelaku di kisah masa lalu seseorang, membuat ia terperangkap. Ia harus memilih antara ini dan itu. Belum lagi, hura-hura yang timbul akibat perbuatannya. Semua menjadi kacau, tak terkendali. "Se...
