06 || Nembak Rombongan

15 5 18
                                    


Kalau kita mau nikah gak ada WALI, bisa diganti sama NOAH gak?

『••✎••』

"Jauh-jauh ih, Panji bau!""

"Woy! Sekate-kate ya kalau ngomong. Nih-nih bau!" Panji dengan sengaja mengangkat ketiaknya dan mendekati Kana yang sudah berteriak menjauh.

"Rindu liat nih, Panji jahil banget!" adunya kepada Rindu yang hanya menegur sekilas dan melanjutkan membaca novel.

"Rindi liit nih, Pinji jihil bingit!" cibirnya dengan memainkan bibir bawah berlebihan dan mata juling.

Kana Gabriella, langsung melotot kesal dan menjambak rambut Panji di depannya.

Aleeya yang berada di tengah-tengah mereka pun, hanya melirik jengah. Malas melerai, walau Panji sudah berteriak meminta ampun seraya mencoba melepaskan diri dari serangan Kana.

Namun Kana, tak menyerah sampai di sana. Ia menarik rambut Panji sampai kepalanya terantuk mengenai handphone Aleeya sampai terjatuh mengenai pahanya.

Duk!

"Mampus ...."

Kana dan Panji kompak menoleh ke arah Aleeya yang sudah melotot kaget.

"Elo sih rusuh amat!"

"Panji yang rese, ya!"

"Elo, Cimol!"

"Dasar panci gosong!"

Mereka terus menyalahkan, saling mendorong bahu masing-masing. Aleeya bertambah pusing, ia semakin merapat ke dinding di belakangnya. Mencoba meredam emosi, tak ingin meledak saat ini juga. Apalagi dari pagi mood-nya sudah berantakan karena Satria tak sengaja merobek buku tugasnya dan berujung ia dihukum berdiri di depan kelas. Bahkan Satria tak merasa bersalah, malah tertawa senang melihat Aleeya mengangkat satu kaki dengan kedua tangan memegangi telinga.

Hm, sekali lagi Satria sialan.

Aleeya membungkuk 'tuk meraih handphone di dekat kakinya karena berdenting menandakan pesan masuk. Bertepatan dengan itu, tangan kanan Panji salah sasaran, malah mengenai pelipis Aleeya.

Belum lagi dari arah kiri, Kana tak sengaja mendorong kepala Aleeya. Membuat cewek itu merunduk dengan kepala condong ke arah kanan.

Semua orang yang ada di lantai belakang kelas terkejut dengan mata melebar. Semakin waspada ketika Aleeya mengangkat kepala dengan wajah mengeruh. Ditambah mukanya tertutup rambut bagian depan. Menambah aura seram.

"Ma-Maaf, Lee. Kana gak sengaja beneran, abisnya Panji rese," cicit Kana takut.

"Lo yang mulai duluan, ya!" sahut Panji tak terima dipojokkan. Walau diam-diam gugup.

Kana melotot kesal, bersiap mengamuk lagi. Namun, sebelah tangan Aleeya merentang dan mendorongnya menjauh.

"Diem bisa gak sih, Na?!"

Sebelah tangannya lagi, memukul pelan dahi Panji menggunakan handphone yang sudah ia pegang.

Iya pelan, sampai membuat Panji mengaduh dengan mata membulat kaget.

"Sana lo!" usir Aleeya pedas dengan mata menajam.

Panji menciut takut, mau tak mau pergi menjauh seraya mengusap dahinya. Kemudian mendudukkan diri dekat Elis yang sedang tidur dengan selimut kecil menutupi pinggang hingga kaki.

Panji merunduk menatap wajah Elis yang terlelap dengan napas teratur. Dengan sengaja telunjuknya mencolok-colok pipi Elis. Menahan tawa ketika Elisa menggeliat kecil merasa terganggu.

B E T W E E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang