09 || Obrolan seputar Berlian

8 2 0
                                    


Di cuaca ekstrim seperti ini yang di jalan agar berhati-hati dan untuk yang di hati kapan kita jalan?

『••✎••』

12 IPA 7, kelas paling ujung di lantai 3, gedung A. Dengan jumlah murid 15 orang, kelas itu selalu terasingkan. Belum lagi julukan 'kelas buangan' dari kelas seangkatan, bahkan adik kelas, membuat IPA 7 semakin merasa kecil.

Setiap 15 orang itu berjalan bersama atau salah satu dari mereka keluar kelas, tak absen telinganya mendapat cibiran dari kelas lain. Khususnya, kelas 12 IPA 4.

12 IPA 4 yang berisi murid pintar, artis sekolah, primadona dan cassanova sekolah ada di sana, ganteng-cantik melekat di kelas mereka. Yang membuat orang lain iri, hampir semua orang di sana punya banyak koneksi.

Mereka anggap IPA 7 musuh.

Sebenarnya,

Tak perlu dipusingkan.

Namun Aleeya kesal, ketika pulang dari toilet bersama Amora, para siswi IPA 4 menjelekkan Amora dan dirinya. Ia tak apa disebut punya tampang songong dan nantang. Itu benar, Aleeya punya garis wajah seperti itu ketika ia diam, ya jadi biasa aja. Cuman ngelirik sinis pakai mata tajam yang ia punya, mereka langsung kicep.

Namun Amora beda lagi.

"Itu liat, gendut banget ya dia!"

"Gue yakin deh, makannya 5 kali sehari. Kayak kuli hahahah."

"Kayak bukan cewek njir, gak bisa urus berat badan."

"Gak pernah diet kali, ya?"

"Gendut kayak gitu mana ada cowok yang naksir."

Kejam.

Padahal Amora tak segendut itu, mereka hanya melebihkan. Amora si tukang makan itu memang lebih berisi diantara yang lainnya. Dengan pipi bulatnya, padahal Amora terlihat lucu.

Entah apa alasan utama mereka membenci IPA 7.

Ah, mungkin soal Dina yang pernah menyebar gosip salah satu anak IPA 4 dan membuat satu sekolah tahu akan hal itu. Belum lagi kecerobohan Kana yang tak sengaja menumpahkan jus jambu miliknya ke salah satu murid di sana.

Atau mungkin, di bulan pertama kelas 12, Dani melabrak siswi di sana karena katanya sampai masuk rumah sakit karena pergelangan tangan yang terkilir. Katanya untuk membela sang kembaran. Tak tahu juga kronologi sebenarnya seperti apa.

Jadi, mendadak Aleeya merasa tak enak. Ia yang meminta Amora untuk menemaninya ke toilet, tapi akhirnya malah mendapat ejekkan yang menyakitkan.

Dan sekarang cewek itu menonton film bersama Kana. Walau terlihat baik-baik saja, Aleeya melihat jelas perubahan ekspresi tersinggung Amora. Bahkan, bekal yang Amora bawa dari rumah, tak tersentuh. Sepertinya benar-benar terpikirkan.

"Rindu kok lama dari kantinnya, gue udah laper."

Aleeya refleks menunduk karena yang baru saja bicara menjadikan pahanya sebagai bantalan.

"Lo laper, Lis? Ini makan aja bekal gue, belum gue makan kok. Isinya roti isi semoga lo suka." Amora mengansurkan bekal berbentuk kotak warna hitam.

Elis menggeleng dengan mata terpejam, "Gak usah, itukan punya lo!"

Bertepatan dengan itu, Rindu memasuki kelas dengan wajah menunduk bermain handphone. Kemudian diikuti Reno, Dina, dan Panji membawa kresek berukuran sedang.

"Lain kali jangan pada nitip, ngerepotin banget lo semua!" keluh Panji setelah mendudukkan diri di karpet yang digelar di belakang kelas. Lebih tepatnya karpet lipat yang diam-diam Elis bawa dari rumah. Kemudian membagikan titipan makanan ke bagian pojok kiri.

B E T W E E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang