Epilog : Taeyong

185 13 1
                                    

Song : Wendy of Red Velvet - Because I Love You (Mimi OST)





























Untuk adik lelakiku, Jovian.

Jovian, jika kau membaca surat ini, maka hanya berarti dua hal; aku yang sudah tiada, dan kau yang akan membenciku selamanya.

Meski begitu, surat ini kutujukan untukmu dan hanya untukmu. Karena kurasa, hanya kau yang bisa mengerti seluruh masalah ini. Sementara Yosel, rasa cintanya padaku  bisa menutupi matanya untuk memandang kecacatan yang ada padaku.

Jadi, jika kau telah membaca surat ini sampai habis, bakarlah surat ini. Jangan sampai Yosel mengetahui sehuruf pun isi surat ini, atau ia akan semakin hancur.

Kau pasti bertanya-tanya, kan? Mengapa abang sempurnamu ini memilih pergi? Apa yang salah? Dari mana semua ini bermulai?

Jawabannya sederhana; sejak awal , Titan Laren yang sempurna itu tidak pernah ada.

Aku ingat seluruh penghuni panti terkagum-kagum padaku yang tetap bisa tersenyum meski kedua orangtuanya mati terpanggang. Kalian menyukaiku yang tak pernah murung dan selalu menjadi pemimpin bagi kalian. Di mata kalian, aku sesempurna itu, kan?

Tapi, tidak pernah ada yang sempurna. Akupun begitu. Selama ini, ada rahasia kelam yang kututupi dari dunia. Rahasia yang semakin kuingat, semakin membuatku ingin mati.

Gudang orangtuaku terbakar karena aku.

Saat itu aku kecanduan bermain kembang api. Orangtuaku sudah mengingatkan agar tidak bermain petasan di tempat sempit, tapi aku yang egois mengabaikannya. Percikan api itu kemudian membakar tumpukan kardus, dan tak lama, gudang itu terbakar.

Aku selamat karena dengan tidak tahu dirinya berlari menjauh saat api mulai membesar. Sementara orangtuaku terjebak di dalam api, tak punya waktu untuk menyelamatkan diri. Aku tidak dipenjara karena menurut polisi, aku tidak bersalah. Aku masih anak-anak, mereka bilang.

Aku tak tahu polisi bisa menjadi sebodoh itu. Seharusnya, saat itu aku dihukum mati saja.

Aku yang egois berkali-kali menyatakan dalam hati bahwa aku tidak bersalah, tidak sengaja. 'Polisi juga berkata demikian,kan? Bukan salahku,kan?' Selama sisa hidupku, aku menghabiskan waktu dengan membohongi hatiku seperti itu.Kejadian kelam itu seperti terhapus begitu saja dari memoriku, kukubur di sudut ingatanku, tak kujamah sama sekali.

Kemudian, seolah tak punya dosa, aku tumbuh dewasa. Aku menghabiskan setiap saatnya untuk tersenyum, mencoba menutupi rasa bersalah yang kutolak untuk kurasakan. Hatiku ngilu setiap harinya, namun otakku menolak untuk memutar ulang reka ulang insiden itu.

Aku menyukai kehidupanku di panti. Aku menjadi anak yang benar-benar baik disana, seolah-olah tak pernah membakar orangtuaku sendiri. Aku menyukai ibu panti dan teman-teman. Dan suaka favoritku, tentu saja, kau dan Yosel.

Diantara anak-anak panti, kaulah yang usianya paling dekat denganku. Kau ramah sekali, tak canggung menyapaku yang dua tahun lebih tua. Kau juga mengenalkan Yosel, anak perempuan imut yang sudah seperti bagian dari tubuhmu saking tak terpisahkannya. Aku bahkan sempat berpikir kalau kalian adalah saudara kandung.

Beranjak remaja, Yosel tumbuh menjadi gadis yang amat cantik. Seiring waktu yang kuhabiskan dengannya, aku mulai jatuh cinta. Aku mulai memandangnya sebagai wanita. Kabar baiknya, cintaku berbalas. Kemudian, seperti yang kau tahu, kami berbahagia dengan hubungan kami, dan bahkan sampai memutuskan menikah. Aku terus berlaku tidak tahu diri seperti itu, sampai aku akhirnya menyadari perasaanmu untuk Yosel.

Time for the Moon NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang