Kamu

204 47 7
                                        

Song : Ben - Can You Hear Me? (Hotel Del Luna OST)











Banyak sekali kata yang tertutup kabut.

Aku memikirkanmu dengan putus asa malam ini.

.
.
.
.
.

Jam hampir menunjukkan pukul 4 pagi saat Yosel akhirnya berhasil terlelap.

Orang dengan diagnosis depresi memiliki 2 kemungkinan siklus tidur,yaitu kelebihan tidur, atau kekurangan tidur. Kekurangan tidur juga ada 3 jenis, yaitu sulit untuk memulai tidur, mudah tidur namun akan terbangun tengah malam, atau bangun beberapa kali sehingga tidurnya tidak pulas. Yosel adalah yang ketiga. Itulah mengapa aku memutuskan untuk tidur dikamarnya, agar jam berapapun dia akan bangun, aku akan ada untuknya.
Seperti saat ini.

Yosel sebenarnya sudah tidur sejak pukul 9 malam. Tapi dari jam 9 hingga saat ini setidaknya sudah 3 kali ia terbangun. Yang keempat adalah sekarang,saat jam 3 pagi,saat tidurku sedang lelap-lelapnya, aku kembali mendengar isaknya. Dengan setengah mengantuk aku bangun dari kasur lipatku, mengambilkan air minum, duduk di kasurnya, memeluknya yang menangisi Titan dan nasibnya. Entah apa yang dia impikan, aku tak tahu, walaupun aku bisa menduganya.

Setelah satu jam, Yosel memang bisa kembali tertidur, tapi aku tidak. Lelah karena terus tidur dan bangun membuatku malas melanjutkan tidur. Ditambah, Yosel yang seperti ini membuatku berpikir banyak. Banyak sekali.

Tentang kami bertiga, tentang kami berdua, tentang dia.

Pikiranku pergi kemana-mana, kembali merunut dari saat aku pertama kali bertemu Yosel. Usiaku saat itu masih dua tahun, belum bisa mengingat hal dengan sempurna, tapi aku bisa mengingat Yosel bayi yang dibungkus kain warna biru sedang ditimang oleh suster panti. Yosel kecil gemuk,bermata besar, dan suka tertawa. Aku bertanya-tanya orangtua macam apa yang bisa-bisanya membuang bayi selucu itu.

Satu-satunya peninggalan dari orangtuanya adalah sepucuk surat bertuliskan sebuah nama. Yoselin, yang berarti kejayaan dan kenyamanan.Anggaplah Yosel sedikit beruntung. Entah siapa dan dimana orangtuanya saat ini, namun mereka setidaknya menitipkan doa yang indah untuknya pada namanya. Setidaknya mereka memberi Yosel kenang-kenangan yang akan Yosel bawa sampai mati.

Sejak Yosel menjadi penghuni panti, aku gemar sekali bermain dengannya. Setiap hari aku akan membawa beberapa mainan untuk kumainkan di sekitarnya yang baru bisa berbaring dan tertawa. Saat usiaku 5 tahun, saat aku sudah bisa membaca, aku senang membacakan buku cerita pada Yosel meskipun masih mengeja. Yosel girang bukan main jika aku menunjukkan gambar-gambar lucu di buku.

Saat Yosel akhirnya menginjak bangku sekolah, aku senantiasa datang untuk menjemputnya di luar kelasnya. Jika kelasku selesai lebih dulu, aku meminta Yosel untuk menunggu sampai aku datang. Yosel senang-senang saja. Ia senang berada di sekolah. Sejak dulu Yosel selalu suka keramaian. Ditambah, koleksi mainan di sekolah lebih bervariatif daripada di panti.

Saat aku berusia 8 tahun, kelas 3 SD dan Yosel kelas 1, Titan hadir. Titan kelas 5 SD dan bersekolah di sekolah yang sama dengan aku dan Yosel. Maka rutinitas menjemput Yosel agak berubah. Aku tetap menjemputnya, tapi kali ini bersama Titan. Kami akan pulang bersama sepulang sekolah. Terus begitu sampai SMA.

Time for the Moon NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang