Bintang

219 50 4
                                        

Bintang akan bersinar sebanyak apapun yang kau suka.
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan.

.
.
.
.
.

Klinik pribadiku saat ini sudah berjalan sebulan lebih. Meskipun dokter adalah profesi yang bisa bekerja secara mandiri, dokter tentu tidak bisa bekerja sendiri. Aku membutuhkan setidaknya seorang perawat dan seorang petugas administrasi. Untungnya dalam waktu singkat ada yang mau mengajukan diri untuk posisi itu. Mereka adalah Salina Kariel dan Hermie Leto.

Salina Kariel, yang biasa kupanggil Sal, adalah perawat yang dulu bekerja bersamaku saat masih bekerja di rumah sakit kota. Dia wanita yang sangat cantik, perawat yang super sabar dan ramah. Dia hanya tiga tahun lebih tua dariku, namun seolah-olah dia sudah sangat senior daripada aku. Dia yang dulu membimbingku dengan tangan terbuka di rumah sakit swasta saat aku masih berstatus sebagai dokter baru yang tidak tahu apa-apa dan rentan dikerjai.

Rumah Sal tidak jauh dari rumahku dan Yosel, dan Titan. Saat aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari rumah sakit dan mendirikan klinik, dia meminta ikut bekerja denganku, tidak keberatan meski akan bergaji jauh lebih kecil daripada di rumah sakit dulu. Sejak dulu aku sudah tahu bahwa Sal bekerja bukan mengincar gaji, melainkan hanya ingin berguna bagi orang lain. Salahsatu wanita mulia yang kukenal.
Ada tiga alasan dia memutuskan bergabung denganku. Alasan pertama adalah jam terbang. Klinikku  hanya buka dari pagi sampai sore sehingga dia tidak perlu berjaga 24 jam di tempat kerja seperti di rumah sakit kota dulu dan memiliki waktu untuk anaknya. Alasan kedua, rumahnya dan rumah kami hanya berjarak beberapa ratus meter, mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Ia bilang tidak perlu lagi merepotkan suaminya mengantar jemput, padahal aku tahu suaminya yang cinta mati padanya tak pernah merasa direpotkan.

Yang ketiga, yang paling menyentuh hatiku,Sal ingin membantuku mengurus Yosel. Sal mengenal Yosel dan Titan. Dia ikut saat pemakaman Titan, dan ikut sakit melihat Yosel hancur. Sejak dulu Yosel sudah seperti adiknya. Dia bilang, aku tidak mungkin mengurus Yosel seorang diri, tidak jika aku masih harus menunjang kehidupan finansial juga. Jadi ia datang membantu. Ia datang pagi untuk membuatkan makan untukku dan Yosel, membantu memandikan Yosel, lalu sorenya ia akan memeluk Yosel sebelum berjalan pulang ke rumahnya.

Sementara Hermie Leto, dia adalah anak tetangga yang kebetulan sedang liburan semester. Dia setahun dibawah Yosel dan merupakan rival Yosel yang lain dalam adu mulut. Hermie dan Yosel satu sekolah dan satu kampus, jadi saat aku dan Titan terlalu sibuk bekerja hingga larut, Hermie sering bermain di rumah menemani Yosel (walaupun lebih tepat disebut perang) hingga salahsatu dari aku atau Titan pulang dan melerai mereka.

Untuk mengisi libur panjangnya, dia menawarkan diri untuk membantuku menjadi pengurus administrasi. Dia bilang untuk mengisi waktu luang dan menambah pengalaman, tapi aku tahu tujuan sebenarnya adalah untuk menemani Yosel di saat terberatnya.

Setiap hari selepas kerja, ia akan masuk ke kamar Yosel yang tak pernah terkunci (kuncinya kusembunyikan, aku takut Yosel mengunci diri, kehilangan pikirannya dan.... Menyusul Titan), membicarakan hal apapun yang terlintas di pikirannya, mengomentari setiap sudut kamar Yosel yang pengap,berharap Yosel membalas kata-katanya. Tentu saja Yosel hanya membisu, membuat Hermie salah tingkah dan frustasi. Meski begitu, Hermie datang setiap hari. Walaupun ia belum berhasil menghibur Yosel, setidaknya ia berhasil menghiburku.

Sal dan Hermie. Entah apakah aku sanggup bertahan kalau tanpa bantuan mereka.

Time for the Moon Night

Langit sudah sore ketika pasien terakhirku hari ini pulang membawa resep. Aku lekas melepaskan jas putihku dan menyampirkannya asal di kursi putarku,lalu menyambar air di gelas yang sejak tadi kupersiapkan namun belum sempat kutenggak setetespun. Astaga, aku lelah sekali.

Time for the Moon NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang