24. Wortel

668 74 41
                                    

"Happy Reading"

24. Wortel

Dua hari telah berlalu. Saat dimana mereka berada tepat disebuah hutan. Anggia tersenyum senang, pemandangan hutan ini sangat indah. Ah, ia menjadi ragu, apakah ini benar hutan? Para warga di desa dekat sini sangat pintar merawat hutan ini.

Disya dan Elisa yang melihat itu lantas tersenyum bahagia. Bahagia, melihat sahabat mereka bisa kembali tersenyum puas seperti saat ini.

"Gila! Gue nggak nyangka bisa seindah ini! Kalau gue nggak dateng gue bener-bener bakalan nyesel banget!" ujar Anggia semangat.

Disya dan Elisa tersenyum.

"Nah, bener banget, apalagi kalau lo nggak ikut, behh nggak bakalan seru ini," ucap Elisa.

Anggia tertawa. Mereka berjalan ketempat yang sudah ditentukan. Disya dan Elisa berjalan terlebih dahulu. Namun, di saat Anggia berjalan, ia tak sengaja tersandung oleh kakinya sendiri, hal itu mengakibatkan ia terjatuh. "Awss." Anggia meringis kesakitan.

"Gue bantu."

Sebuah tangan terulur di depannya. Anggia yang merasa butuh bantuanpun menerima tangan itu, lalu berdiri sembari dibantu oleh orang tersebut.

Ia merapikan dirinya. "Ma-" Anggia terdiam, ucapannya terpotong saat melihat sosok cowok yang berada tepat dihadapannya ini. Dia datang?

Anggia buru-buru melepaskan tangannya yang digengam oleh cowok itu. "Ah, makasih kak ... Rey."

Ya. Dia adalah Reynaldi, mereka sama-sama tidak menyangka bisa bertemu di sini. Anggia fikir seorang Reynaldi tidak akan mau membuang waktunya untuk hal yang sia-sia seperti saat ini. Namun? Dia salah sangka. Ternyata gue belum terlalu mengenalnya

Tunggu dulu? Padahal dia tidak melihat Reynaldi di bus? Tapi, kenapa dia sekarang berada di sini? Apa karna Anggia tidak memperhatikan orang sekitar? Ah, dia lupa, jika Bus tidak hanya satu. Sudahlah hal itu akan membuatnya bertambah pusing.

Reynaldi hanya diam, ia kaget dan kesal. Namun, dia tak munafik, ada perasaan senang didalam dirinya saat melihat gadis ini. Saat saling menikmati pertemuan mata mereka, dan pikiran yang terus bergulat. Sebuah suara berhasil merusak suasana.

"Hai Rey! Kamu kok lama banget sih jalannya. Aku takut sendiri!" ucap Maura manja sembari memeluk lengan Reynaldi.

Anggia memutar bola matanya malas. Seketika suasana menjadi sangat panas! Sedangkan Reynaldi? Dia tentu saja kaget, tetapi matanya selalu melirik gadis yang berada di depannya ini. Apa dia cemburu?

Maura beralih menatap Anggia dengan tidak senang. "Eh, lo? Datang?" tanya Maura sembari tertawa pelan. "Gue kira lo nggak dateng, soalnya kan sering sakit sakitan. Duh, hati-hati pingsan, ntar nyusahin," ucap Maura dengan nada yang remeh.

Anggia tersenyum manis. "Ah, tentu saja, makasih karna udah ngingetin. Gue nggak bakalan sakit kok tenang aja. Nggak usah khawatir," ucap Anggia. "Satu lagi, dipengang tu cowok lo, kan kasian ketinggalan."

Maura berdecak sebal. "Duh panas ya," sindir Maura.

"Oh iyaa. Panas banget," ujar Anggia geram lalu pergi meninggalkan Reynaldi dan Maura.

"Dih cemburu tu cewek. Udah tau nggak ada hubungan lagi!" kesalnya, namun detik berikutnya tertawa. "Panas kan lo liat gue sama Rey berduaan!"

Maura terus saja mengoceh. Sedangkan Reynaldi? Ia hanya melihat kepergian gadis itu sembari tersenyum tipis. Tingkahnya sangat manis dan menggemaskan. Dia seperti melupakan hal yang dibencinya dari diri gadis itu. Sepertinya, Reynaldi lupa segalanya untuk saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang