17. Terlalu

782 84 26
                                    

17. Terlalu

Reynaldi melihat Anggia yang sudah mengantuk, matanya juga sudah sayu. Ia menyuruh Anggia berbaring, Anggia hanya menurut. Reynaldi memeluknya, membuat Anggia bertambah nyaman dan nyenyak. Tak lama dengkuran halus terdengar ditelinga Reynaldi, pertanda jika gadis itu sudah memasuki alam mimpinya.

Reynaldi langsung melepas pelukannya, membuat Anggia memeluk bantal guling. Setelah itu, tangannya memegang pipi gadis itu , ia menghelus lembut pipi Anggia, lalu mencium keningnya. Matanya tak beralih dari paras cantik Anggia yang tengah tertidur pulas.

Dia pun langsung turun dari kasur Anggia, dia segera keluar, tak lupa dengan menutup pintu kamar Anggia.

***

Anggia dan yang lainnya sedang berada di tepi lapangan basket, mereka sedang melihat tim basket sekolah mereka latihan, apalagi ada Reynaldi. Meskipun cuman latihan, tetapi di sana tampak banyak yang menonton, alasan utama adalah Reynaldi, cowok itu terlihat sangat tampan meskipun berkeringat, bahkan hal itulah yang membuat banyaknya cewek histeris.

Anggia hanya fokus dengan Reynaldi, begitu juga Reynaldi, ia hanya menatap pacarnya di saat berhasil memasukan bola basket itu keranjang. Senyuman manisnya ia tunjukan kepada Anggia, namun malah fans Reynaldi yang berteriak histeris.

Setelah lama latihan, mereka pun istirahat. Reynaldi berjalan menuju Anggi, namun, langkahnya terhenti saat Maura datang dengan menyodorkan air dingin.

"Why?"

"Buat lo, pasti lo haus," ucap Maura dengan senyuman yang menyinari wajahnya.

Reynaldi menoleh kearah Anggia, ia melihat tangan gadis itu membawa juga membawa sebotol air.

"Nggak, makasih," ucap Reynaldi dingin lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Maura berdecak sebal. "Oke kali ini gue ngalah!" gumamnya lalu pergi dari sana.

Reynaldi langsung duduk di sebelah Anggia, ia pun menyodorkan air dingin itu, Reynaldi menerimanya dengan sepenuh hati lalu meminumnya.

Pandangan Anggi beralih pada cewek-cewek genit di sebrang sana. "Genit banget sih!" ketus Anggia.

Reynaldi menyelesaikan meminum air itu, ia pun mengikuti arah pandangan Anggia, ia tersenyum tipis lalu menoleh pada gadis itu. "Cemburu?"

"Ya nggak lah!"

"Yakin?"

"Iyaa."

Reynaldi hanya acuh, tau jika gadis ini cemburu namun ditutupnya.

"Susah ya," ucap Anggia.

Reynaldi mengangkat satu alisnya. "Apanya?" tanyanya dingin.

"Banyak banget yang suka sama Kak Rey."

"Terus?"

"Kak Rey terlalu ganteng sih, makanya banyak yang suka. Susah punya pacar ganteng, yang suka sekebon."

Reynaldi tertawa mendengar itu, lalu mengacak-ngacak puncak kepala gadis itu gemas.

"Jangan selingkuh ya, apalagi suka sama cewek lain," ucap Anggia sembari menatap mata Reynaldi.

"Satu aja susah, gimana mau nambah."

Anggia tersenyum bahagia mendengar jawaban cowok itu. Dia tipe cowok yang tidak mau ribet.

"Rey."

Reynaldi dan Anggia menoleh kearah sumber suara. Maura!

"Kenapa?" tanya Reynaldi yang kembali dingin.

"Gue mau bicara sesuatu sama lo, penting!"

"Bicara apa?" Kali ini Anggia yang bertanya.

"Ada! Pokoknya penting!"

Reynaldi menatap Anggia lalu kembali menatap Maura. "Nggak bisa," ucapnya dingin.

"Ayo dong please, Rey!"

"Yaudah, pergi aja Kak," ucap Anggia mencoba pasrah.

Reynaldi mengangkat sebelah alisnya.

"Bener?"

"Iya."

"Anggia udah izinin, ayo gue mau ngomong!" ucapnya lalu menarik Reynaldi tanpa aba-aba.

Anggia hanya memandang mereka dengan datar, ia percaya pada Reynaldi. Elisa yang melihat itu langsung membuka suara.

"Mereka mau kemana?"

"Bicara."

"Lo nggak mau tau apa yang mereka bicarakan?"

"Nggak."

"Mending pergi de, buat mastiin, gue juga yakin pasti lo mikirin itu," ucap Disya.

"Emang boleh?"

"Lo pacarnya ... ya bolehlah, bego," jawab Elisa.

***

Maura membawa Reynaldi ke taman sekolah, yang jauh dari lapangan basket.

"Kenapa?" tanya Reynaldi datar.

"Lo suka sama Anggia?"

Reynaldi menautkan alisnya. "Emang kenapa?"

Maura tersenyum. "Gue udah tau kenapa lo pacaran sama Anggia."

"Maksud lo apaan sih?"

"Lo cuman kasihan sama dia dan lo nggak suka sama sekali sama dia."

"Jangan ngarang!" ketus Reynaldi lalu melangkah kan kakinya pergi, namun dengan cepat dicekal oleh Maura. Reynaldi pun menoleh dengan tatapan tajam. Ia langsung menepis tangan Maura.

"Gue denger semua percakapan lo sama Derren dan Aldo. So, gue tau lo cuman kasihan karna kalo lo nolak, dia pasti bakalan malu!"

"Omong kosong!"

"Jujur aja deh Rey, nggak usah kasihan lagi sama dia!"

"Ya, gue memang kasihan sama dia makanya gue tolak. Tapi_"

Bruk!

Sebuah pot terjatuh, mereka berdua memandang kearah sumber suara. Reynaldi sangat kaget saat melihat gadisnya berada disana sembari menangis, sudah pasti jika Anggia mendengarkan semuanya.

"Kak Rey jahat," lirihnya lalu berlari dari sana.

"Giaa!" teriak Reynaldi sembari mengejar Anggia.

_____________________________________

Dikit banget ya kan? Sengaja, biar ada yang kepo😭😂❤

DITUNGGU YA KELANJUTAN CERITANYAAAA^^

TETAP SEMANGAT BACA PART SELANJUTNYA^^

JANGAN LUPA FOLLOW, KOMEN DAN VOTE, KARENA ITU YANG AUTHOR TUNGGU DARI KALIAN^^

JANGAN LUPA JUGA BUAT SHARE KE TEMAN KALIAN, BIAR MEREKA JUGA BISA BACA CERITA INI^^

salam dari author,

Anggi rhyu❤

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang