18. Berakhir?

691 72 16
                                    


Aku benci, ketika aku tidak sengaja mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak aku ketahui

-Anggia

18. Berakhir?

Banyak murid yang melihat Anggia menangis sembari berlari, apalagi di belakangnya terdapat Reynaldi yang berusaha mengejarnya. Bisik-bisikan dapat terdengar ditelinga mereka, namun sedikitpun tak mereka hiraukan.

"Lo kenapa?" tanya Rian yang membuat Anggia terhenti.

"Tolong anterin gue pulang," lirihnya.

"Hah?"

"Tolong," lirihnya dengan mata yang terus saja mengeluarkan air.

"Lo kenapa Gia?" tanya Rian yang mulai panik karna melihat Anggia yang terus saja menangis.

"Gue mohon, cepet." Rian yang tak tega langsung mengambil motor secepatnya. Lalu menyuruh Anggia menaikinya. Namun terhenti saat tangannya dicekal oleh Reynaldi yang berhasil mengejarnya.

"Gue bisa jelasin Gia," lirihnya.

Anggia menepis tangan Reynaldi dengan kasar. "Jelasin apa? Jelasin kalau Kakak nerima aku cuman karena kasihan?" tanya Anggia dengan tak percaya.

"Bu-"

"Seharusnya dari awal Kakak nggak usah nerima aku! Kakak cuman mau permainin aku?"

"Lo dengerin dulu penjelasan gue, apa yang lo dengar itu salah!"

"Salah gimana sih Kak, aku udah denger semuanya!"

Reynaldi diam sembari melihat wajah Anggia yang terlihat penuh amarah dan kesedihan.

"Kakak sadar Nggak sih, dengan sikap Kakak nerima aku dan bersikap manis sama aku itu bisa buat aku malah tambah sayang sama Kakak!" ucap Anggia penuh penekanan. "Aku pernah suka sama Kakak, tapi aku langsung ngehindarin perasaan itu, karena nggak mungkin bagi aku buat ngedapetin Kakak!"

Anggia mengusap air matanya kasar. "Tapi bodohnya, karna permainan dan rasa kasihan Kakak, perasaan itu kembali muncul dengan lebih besar dari sebelumnya!"

"Aku nyesel! Aku nyesel udah pernah suka sama Kakak! Aku nyesel udah ngenal cinta! Aku nggak pernah mau terlibat dalam hubungan perasaan. Namun takdir berkata lain, Kakak menjadi orang pertama yang buat aku suka sama Kakak sekaligus buat aku kecewa!"

Dada Reynaldi sesak, matanya memanas tangannya mengepal kuat. Dia benar benar membenci ucapan Anggia. 

Anggia kembali mengusap air matanya sembari tersenyum kecut disertai tepukan tangan kecil dan singkat. "Selamat Kak, Kakak bakalan bebas dari aku, Kakak nggak perlu kasihan lagi, aku nggak pantas dikasihani," lirihnya. "Kakak bebas, nggak akan ada lagi yang cemburuan, nggak akan ada lagi yang ngelarang Kakak, nggak akan ada lagi yang marah, dan nggak akan ada lagi yang mencoba memaksa kamu untuk ngelakuin sesuatu!"

"Saat ini, aku mau akhiri semuanya, nggak akan ada lagi yang namanya hubungan paksaan atau atas dasar kasihan." Anggia memegang dadanya yang sesak.

Tatapan Reynaldi seperti memohon. "Jangan dilanjutin." Ia tau apa yang ingin gadis itu katakan.

"Tolong ...."

"Mulai saat ini semuanya berakhir."

Reynaldi seperti berada ditusukkan dengan banyak kaca dan seperti laut yang menenggelamkan dirinya. Kalimat itu benar-benar membuat Reynaldi tak bisa berkata-kata lagi, matanya memanas. Sedangkan Anggia, ia segera menaiki motor Rian yang mau tak mau harus menjalankannya.

Truth Or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang