03. Thanks Thanos
Beruntungnya mendapatkan pacar yang diincar banyak orang, nama yang tiba-tiba banyak dikenal, dan ditambah bonus traktir, untuk Anggia seorang, tentunya.
"Yaudah, balik, jam istirahat sebentar lagi berakhir." Kedua teman Anggia lantas bangkit, diikuti dirinya.
Anggia menghentikan niatnya untuk melangkah saat merasakan genggaman seseorang berada di tangannya.
Dia menoleh, terkejut melihat sang pelaku ialah Reynaldi. "Kenapa?"
Tanpa menjawab--meminta persetujuan. Reynaldi bergegas menarik Anggia pelan teruntuk pergi dari kantin, dengan tangan yang terus menggenggam. Yang lain hanya mengikuti.
"Mas Derren! Belum bayar!"
"Kutang Mbak!" Derren berteriak. "Eh maksudnya ngutang!" Derren buru-buru melanjutkan jalannya yang tertunda.
Sebelum, tagihan kembali dipertanyakan.
Setelah merasa tersiksa akan tangan yang digenggam, Anggia akhirnya dapat menghela lega ketika sampai pada kelas terlebih tangan yang sedari tadi membuat jantung nya tidak aman telah terlepas.
Hingga, keduanya telah berhadapan.
"Masuk."
Anggia mati-matian menahan senyum, ia mengangguk pelan. Percayalah, bibirnya sulit terbuka, bahkan untuk mengucapkan sepatah dua patah kata pun, sesulit itu.
"Gue balik."
Anggia mengangguk pelan, ia mulai dapat tersenyum tipis saat Reynaldi mulai meninggalkan dirinya diikuti oleh kedua temannya, lalu berubah lebar ketika punggungnya mulai hilang dari pandangan.
Anggia membalikkan badan, mulai melangkah memasuki kelas dengan bibir yang mengulum senyum.
"Jangan teriak, jangan teriak."
Elisa yang baru saja datang merasa was-was ketika melihat gadis itu mengulum senyum. Terlebih bersikap seakan-akan ia akan mengeluarkan seluruh tenaga untuk berteriak.
"ARGHHHHHHHH!"
Elisa tersenyum. "Dibilang jangan teriak."
"Demi Thanos kawin sama Ikaris! Gue gak nyangka. Momen kaya gini bisa dirasain secara nyata!"
Disya yang baru memasuki kelas mengusap-usap kupingnya yang telah memerah. "Berisik setan."
Seisi kelas hanya diam menyaksikan itu, turut heboh ketika mendengar kabar terbaru. Namun terdiam mendengar teriakan tersebut, tetapi masing-masing kuping telah berisi kapas atau earphone, mereka benar-benar sudah terbiasa, bisa dibilang seperti makanan sehari-hari.
Memang harus mempunyai ekstra kesabaran untuk menghadapi Anggia.
"Timpuk gue! Timbuk! Dengan harapan ini bukan mimpi terlebih basah semataaaa!"
Gadis itu loncat-loncat kegirangan.
Plakk!!
Anggia terdiam, tangannya memegang pipi yang entah siapa telah melemparkan penghapus padanya. Ia menoleh, terdapat seorang pria tengah menyilangkan kedua tangan di depan dada, dengan bibir yang terukir senyuman bangga.
"Kok lo lempar, sih."
"Sesuai permintaan, tuan peteri."
Anggia tersenyum. "Rian."
Sang pemilik nama ikut tersenyum. "Iya? Anggia."
"Mati lo sialan." Anggia bergegas mengejar Rian yang mengetahui niatnya ikut berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA!] *** Berawalan dari sebuah permainan Truth Or Dare, berujung pacaran! Seorang gadis yang kerap disapa Anggia ini ialah murid angkatan baru dari sebuah sekolah. Dia hanya Anggia, gadis biasa yang selalu menarik perhatian. Melalu...