10. Menyemangati Si Kembar

4.6K 593 36
                                    

"Baby Jung dududu Baby Jung dududu~~~"

Suara merdu Doyoung mengalun dengan sangat merdu. Tangan kanannya meraih minyak khusus bayi yang berada di atas kepala si kembar yang kini tengah dalam posisi tidur. Kedua pasang tangan mungil itu terangkat dan bergerak mengikuti nyanyian Doyoung.

"Jung Jeno dududu Jung Jeno dududu~~~"

Doyoung untuk sekian kalinya mengganti lirik lagu Baby Shark menjadi nama si sulung yang langsung ditanggapi tawa ceria dari Jeno. Senyum Doyoung tidak pernah luntur setiap kali bersama si kembar. Tawa mereka ada candu dan kebahagiaan untuknya.

Tangannya mengusap lembut perut buncit Jeno. Meratakan minyak bayi agar Jeno tetap wangi dan hangat.

"Jung Jaemin dududu Jung Jaemin dududu~~~"

Doyoung berpindah kepada si bungsu dengan mengganti lirik menjadi nama Jaemin. Dilakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan kepada Jeno.

Agak sulit untuk mendandani Jaemin, karena si bungsu memang lebih aktif bergerak dibandingkan Jeno. Persis seperti Jaehyun yang tidak bisa diam.

Berbicara mengenai Jaehyun, kepala keluarga Jung itu tengah berada di luar kota. Mengurusi pembukaan kantor cabang barunya dan telah pergi sejak dua hari lalu.

Doyoung jadi teringat ketika Jaehyun menangis tersedu-sedu karena harus meninggalkan dirinya dan dua bayi tampannya itu. Ini adalah perjalanan pertamanya meninggalkan keluarga semenjak si kembar lahir.

Tangan Doyoung tampak cekatan mengambil pampers dan pakaian untuk si kembar. Memasangnya dengan telaten. Sekarang adalah sentuhan terakhir, yaitu bedak. Dan Doyoung tahu, bila anak kembarnya tidak bisa berhenti menatap bubuk-bubuk bedak putih ketika terjun menuju tangannya. Pandangan takjub si kembar itu membuatnya gemas.

Dan benar. Lihat saja ketika Doyoung menggerakkan bedak bayi tabur ke tangannya. Kedua pasangan tangan mungil itu sudah terangkat, seakan ingin meraih bedak bayi milik mereka dan melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan sang ibu.

"Okay. Tunggu di sini jangan ke mana-mana. Mommy mau buang air mandi kalian dulu. Mengerti?" kata Doyoung yang hanya ditanggapi tawa mungil khas bayi mereka. Tidak lupa sebelum meninggalkan kedua bayinya, Doyoung sudah meletakkan dua tumpuk bantal mengitari Jeno dan Jaemin. Berjaga-jaga, bila keduanya berguling-guling seperti kebiasaan Haechan baru-baru ini.

Sepeninggalan Doyoung, mata kecil Jaemin bergerak. "Buuuuu ... buuuuu ...."

Jeno menggerakkan kepalanya ke kiri untuk melihat ke arah Jaemin. "Haaaaa ... haaaa ... haaaa ...," balasnya.

Kedua tubuh mungil itu bergerak ke arah kanan. Berusaha untuk mengubah posisi mereka menjadi tengkurep.

Satu

Dua

Tiga

Hap! Keduanya berhasil tengkurap dengan sempurna. Tawa mungil khas bayi terdengar.

Jaemin menggerakkan tangan kanannya ke depan dan memegang erat kain seprei. Kemudian tangan kirinya melakukan hal yang sama. Alisnya menukik tajam, suara geraman khas bayi terdengar. Jaemin tengah berusaha menarik tubuhnya. Mengingat bagaimana Renjun dan Haechan melakukannya kemarin.

Jeno? Ia hanya dia memperhatikan Jaemin yang tampak ingin bergerak. Air liur khas bayi miliknya menetes. Tangannya memukul-mukul kasur milik orang tuanya. "Haaaaaa ... haaaaa ...."

Jaemin menggeram berusaha untuk maju. Sedangkan Jeno terus berusaha seakan menyemangati adik kembarnya yang ini bergerak, tetapi belum bergerak se-inchi pun.

Tanpa diketahui oleh si kembar, Doyoung memperhatikan tingkah kedua anaknya. Bibirnya tersenyum ketika menyadari sesuatu. Tangannya mengambil handycam yang berada di laci dan mengarahkannya pada si kembar.

"Jaemin itu paling semangat kalau mendengar suara Jaehyun. Wait ya, Sayang. Mommy telepon Daddy dulu," katanya pelan dan mencari nomor telepon Jaehyun untuk melakukam video call.

Panggilan tersambung dan memperlihatkan wajah Jaehyun yang baru saja bangun. Sebelum Jaehyun melanjutkan kata-katanya, Doyoung sudah berucap lebih dulu. "Diam dan lihat apa yang dilakukan anak kita."

Doyoung meletakkan ponsel miliknya tepat di bantal yang berjarak tidak terlalu jauh di depan kedua anaknya, namun tampak jauh bagi mereka. Wajah Jaehyun terlihat jelas.

"Ayo, Jaemin. Daddy di sini."

Kepala mungil Jaemin terangkat mendengar suara sang ayah. Mencari keberadaan Jaehyun dan tertawa girang ketika melihat wajah ayahnya. Jaemin sudah melupakan meraih bedak bayi miliknya, sekarang tujuannya adalah mendekat ke arah Jaehyun.

Tidak kalah dengan Jaemin, tubuh Jeno bergerak maju-mundur seakan senang melihat wajah Jaehyun. Tawanya pun tidak kalah keras dari kembaranya.

"Jeno bisa. Ayo. Masa Jaemin doang yang datengin Daddy," kata Doyoung menemangati anak sulungnya dengan masih merekam tingkah kedua bayinya.

Mengerti perintah dari sang ibu, Jeno melakukan hal yang sama seperti Jaemin. Meluruskan tangannya ke depan dan berpegangan pada seperai. Menarik tubuhnya seperti apa yang dilakukan oleh Jaemin.

"Ayo. Ayo. Yang menang siapa. Ayo."

"Daddy di sini. Ayo samperin Daddy."

Kedua orang tua itu menyemangati kedua anaknya. Jaehyun bertepuk tangan untuk menyemangati. Doyoung mengangkat tangan kirinya untuk menyemangati kedua jagoannya.

"Wooooaaaah! Jaemin hebat. Udah bisa maju!" seru Doyoung.

"Anak Daddy hebat!!!! Ayo Jeno pasti bisa!" Jaehyun ikut berseru.

Alis Jeno menukik semakin tajam, hingga pada akhirnya. "Oeeeeek ... oeeeeeeekkkkk ... oeeeeeeek."

Jaemin berhenti bergerak. Doyoung menurunkan handycam miliknya. Jaehyun mendekatkan wajahnya pada layar ponsel.

"Yah. Kenapa dia malah nangis?" Doyoung segera mengangkat tubuh berisi Jeno ke dalam gendongannya.

"Jeno keberatan badan nih," goda Jaehyun yang mana langsung diikuti oleh tangis Jaemin. "Eh! Ini kenapa nangis semua?! Daddy pulang sekarang ya, sayang! Tunggu Daddy!"

***

Baby area

"Jeno! Jeno!" panggil Jaemin yang melihat Jeno tengah mengemut ibu jarinya kini melihat ke arahnya.

"Apa Jaemin? Putih-putih yang ditangan Mommy?" tanya balik yang diangguki Jaemin.

Keduanya berusaha menggerakkan tubuhnya. Hingga berhasil dalam posisi tengkurap.

Tanpa berpikir panjang. Jaemin menggerakkan tangannua ke depan dan meraih kain seprei. Berusaha menarik tubuhnya. Sedikit menggeram karena susah sekali menarik tubuhnya untuk maju.

"Ayo Jaemin ... ayo Jaemin ...." Jeno menyemangati sang adik dengan memukul-mukil pelan kasur dan menggerakkan tubuhnya.

Keduanya masih asik sendiri, hingga suara Jaehyun mengalihkan atensi mereka. Jaemin semakin bersemangat ketika mendengar suara ayahnya yang belum ditemuinya lagi. Begitu pun Jeno yang ikut melakukan hal sama setelah mendengar kata-kata Doyoung.

Keduanya bersemangat menarik tubuh mereka untuk maju. Hingga Jeno nangis, karena tidak bisa maju seperti Jaemin. Si sulung menangis kencang di dalam gendongan sang ibu dan membuat si bungsu ikut menangis.

***

3 Februari 2021

KELUARGA JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang