12. Ghibahin Para Seme

4.9K 534 52
                                    


Doyoung memeluk Winwin. Mengusap punggung sahabat suaminya. "Mereka pasti mengerti kenapa lo enggak bisa ke sana. Renjun masih bayi, enggak mungkin di ajak berpergian jauh ke Jerman."

Winwin mengangguk. Ia hanya diam memperhatikan anaknya yang kini berada di gendongan Ten. "Keluarga besar juga bilang gitu, tapi bagaimanapun mereka itu hiks ... hiks ... yang selalu ada ketika gue hiks ... hiks ... hamil Renjun, mana pas itu dia juga lagi hamil anak kedua."

Taeil yang berada di sebalah Winwin ikut memeluknya. "Karena itu lo mau ambil hak asuh kedua anak mereka, 'kan? Lo sayang sama mereka dan itu adalah keputusan yang tepat, Win."

"Bener itu. Seenggaknya mereka bisa pergi dengan tenang, karena anak-anak mereka ada di tangan yang tepat, Win. Lo pasti biaa besarin mereka berdua gue yakin." Ten yang sudah meletakkan Renjun di tempat bermain milik si kembar Jung segera menghampiri sahabat-sahabatnya. "Sekarang waktunya uke time! Nonton? Karokean? Atau ghibah?"

Taeil memukul lengan Ten dengan keras. "Orang lagi berduka kok diajak ghibah."

Bibir Ten maju. "Ya kan maksudnya buat seneng-seneng. Salah mulu perasaan gue."

"Dari lo napas aja udah salah, Ten. Hahahahaha," tambah Doyoung yang mana membuat Winwin tertawa pelan.

"Tuh! Winwin kok tega ikut ketawa juga? Udah lah Chitta ngambek!"

Ketiganya tertawa lepas, diikuti oleh Ten yang akhirnya tertawa puas.

"Kak Yuta juga bilang untuk bersenang-senang sama kalian. Thanks ya," kata Winwin memeluk mereka semua. "Ngomong-ngomong itu kepala Haechan kenapa benjol, Kak Taeil?"

Taeil mengembuskan napasnya. "Jatoh dari kasur gara-gara si Johnny asik nonton F1."

"Loh kok bisa? Benjolnya gede banget. Pasti sakit banget," ringis Winwin kembali melihat benjolan di kepala bayi Seo itu.

"Ya gitu deh si Johnny. Gue lama-lama pake babysitter aja kali ya? Punya laki kayak gitu. Heran gue. Kesambet apa pas terima lamarannya dulu," keluh Taeil.

"Jangankan lamaran, Kak. Lo keknya lagi mabok lem deh pas nerima Johnny dulu ketika pacaran. Gue aja heran kok lo mau sama modelan cowok Chicago kek gitu," ucap Ten menggeleng. "Padahal ya ada Kak Sehun, Kak Mino sama Kak Taecyeon loh itu yang nembak. Eh yang diterima si Babon Johnny."

Taeil mengangguk. "Iya juga ya? Kok gue bisa terima si Johnny. Curiga gue dipelet sama dia."

Doyoung menggeleng. "Mana ada sih jaman sekarang pelet-peletan? Orang pake pelet itu cuman orang yang enggak percaya diri."

Ten mengangkat alis kanannya. "Duh siapa yang dulu bilang, 'Jaehyun gue pelet aja kali ya? Nungguin dia deketin gue kek nunggu Dinosaurus lahir lagi' mana sampe browsing dukun ternama."

"Jaehyun lo pelet, Kak? Pantesan pas awal masuk sekolah dia udah bucin banget sama lo, Kak Doy. Tiap hari gue ditarik cuman buat dia ngambil foto lo dari jauh," kata Winwin yang mengingat masa-masa SMA.

"Masa sih?" tanya Doyoung. "Tapi ya, dia juga kagak berani setiap kali gue panggil."

"Kayaknya bukan enggak berani deh," kata Taeil. "Lo kan punya bodyguard dulu. Tuh siapa namanya Daniel sama Jinhyuk. Ke mana-mana lo kan diapit sama dua raksasa itu."

Ten menjentikkan jarinya. "Itu juga awalnya gegera Rowoon bukan sih? Walaupub babak belur sama alat masak lo punya lo Doy, tetap aja dia babak belur sama mereka berdua. Itu kali yang buat Jaehyun takut."

Doyoung mengangguk. "Ya ujungnya gue yang nembak si Jaehyun. Sumpah! Itu gue malu banget anjir!"

"Hahahaha ... iya bener. Gile itu muka Jaehyun sampe cengo pas lo dateng ngamuk-ngamuk terus ngutarain perasaan lo, Doy. Mana pake kabur lagi si Jaehyun setiap ketemu lo hahahahaha ...." Ten tertawa puas melihat kisah Jaehyun Doyoung dulu.

KELUARGA JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang