19. Examination

351 76 0
                                    

Pekan ujian dimulai. Jay, Jungwon, Haruto, dan Jeongwoo sudah menyetujui kesepakatan yang mereka buat. Masing-masing dari mereka belajar cukup baik, Jungwon tidak menyangka idenya akan berjalan lancar.


"Kamu ngerti gak?" Tanya Haruto kepada Jungwon, menunjuk soal yang tidak ia mengerti.

"Sama aja kayak yang sebelumnya." Ucap Jungwon.

"Masih enggak ngerti."

"Perlu aku panggilin Jay? Biar kamu ngerti?" Jawab Jungwon, niatnya bercanda, namun nada suaranya terlalu serius membuat wajah Haruto berubah.

"Won... kamu ngambek ya? Astaga maaf, kamu kenapa? Aku salah gimana?" Ucap Haruto, merasa bersalah karena tempo hari Jungwon mengatakan bahwa ia kurang nyaman akan sikap Haruto.

Jungwon mengerjapkan matanya, "Enggak, kamu kenapa?"

"Muka kamu daritadi sebel, apa karna cuman berdua sama aku?"

"Enggak kok, aku biasa aja."

Haruto memeluk Jungwon, "Jangan ngambek ya, aku sayang kamu soalnya."

Jungwon tidak tau harus apa mendengar pernyataan Haruto. Dia tidak nyaman namun merasa kasihan.














"Tumben ngajak gue." Ucap Jeongwoo sambil menarik kursi kafe.

"Soalnya Haruto Jungwon pasti barengan, lo kesepian pasti." Ucap Jay.

"Cenayang lo?"

"Pesan aja, gue yang traktir."

Siapa yang tidak mau ditraktir? Jeongwoo buru-buru memesan makanan yang ia inginkan

"Wah gila, makasih lho, Jay." Ucap Jeongwoo.

"Jangan gitu, nanti lo makin lucu."

Jeongwoo nyaris mengeluarkan bola matanya kalau lupa dia tidak bisa melakukan itu, untung Jeongwoo ingat, "Maksud?"

"Lo lucu."

"Ketawa dong."

"Hahahaha."

"Oke, makasih, Jay."

"Lo kalo ngomong jangan dispasi gitu coba, jangan dikasih jeda, langsung tabrak aja."

"Lah?"

"Latihan buat pemberkatan nikah."

"Sama?"

"Terserah. Kalau mau sama gue boleh."

Aduh, Jeongwoo tidak pernah merasa semalu itu, dia kira urat malunya sudah putus, namun nyatanya tidak.

Apakah dia malu? Tersipu? Entahlah, tidak jelas.

Ini adalah ujian lain dalam pekan ujian bagi Jeongwoo.

















Jungwon melihat bayangan dirinya sendiri dari cermin.

Dia merasa ini bukan dirinya sendiri.

Bukankah saat tidak nyaman kita seharusnya menjauhi rasa tidak nyaman itu?

Jungwon rasa dia terjebak.

Jungwon mengacak wajahnya dengan gusar, "Gak apa-apa, Yang Jungwon. You're doing great so far, putus bukan masalah serius... ayo, you can do it."

RectangularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang