3. Question

1K 173 1
                                    

"Hmmm, Haruto..." Bisik Jeongwoo setelah bel masuk berbunyi, dan Jay telah kembali ke tempat duduknya.

"Ya?" Jawab Haruto, wajahnya masih senang karena akan berkunjung ke rumah Jay.

"Yang tadi itu... namanya basa-basi." Ucap Jeongwoo.

"Basa-basi?"

Benar dugaan Jeongwoo, Haruto tidak mengerti. Badannya boleh besar, nyatanya teman barunya itu sangat polos.

"Iya, basa-basi. Sarkasme, tau gak? Intinya, Jay cuman bercanda aja ngajaknya..."

"Jay bohong?"

Jeongwoo menggelengkan kepala, "Bukan bohong, namanya basa-basi... Jay emang sering ngajak anak-anak ke rumahnya, bukan berarti kalian musti pergi sekarang."

Haruto mengangguk paham, berterima kasih kepada Jeongwoo. Lantas mengatakan kepada Jay bahwa dia hanya bergurau.

Jay mengangguk, "Tapi, kalau mau juga gak apa-apa, kok."

Haruto tersenyum dan melirik Jeongwoo yang mengangguk.

Baiklah, Haruto memang polos, namun daya tangkapnya lumayan juga. Jeongwoo harus banyak mengajarinya.















Sepulang sekolah Jungwon nyaris terpeleset di dekat kolam ikan sekolah, untung ada Jay yang sigap menarik tangannya.

Gara-gara nyaris terpeleset, sekarang Jungwon tambah pincang. Mau tidak mau Jeongwoo harus mengantarnya ke kamar dan melihat apakah temannya itu bisa beraktivitas dengan baik.

"Bisa ganti baju gak?" Tanya Jeongwoo.

"Sejak kapan buka baju pakai kaki?" Tanya Jungwon balik.

"Ya... siapa tau..." Ucap Jeongwoo sambil menggidikkan bahunya.




Akhirnya Jeongwoo hanya mengantarkan Jungwon ke kamar mandi. Lalu sekedar melihat foto-foto yang tersusun rapih di kamar Jungwon; karena temannya yang satu ini bisa menghabiskan setengah jam di kamar mandi.

Ibu Jungwon suka mencetak foto anak satu-satunya itu, selain karena anaknya tampan, dia juga mau anaknya melihat dengan jelas segala yang ia lalui.

Kebanyakan foto di sana juga ada Jeongwoo, sudah jelas karena mereka tumbuh bersama. Belum pernah cek-cok besar, kecuali jika berebut mainan dan berakhir dengan tonjok-tonjokkan termasuk cek-cok besar.

"Ini gak ada PR kan?" Tanya Jungwon.

Jeongwoo menggeleng, "Ketua kelas kok nanya PR sama yang suka ngeblank pas pelajaran sih."

Jungwon tertawa kecil, dari jendela kamarnya dapat ia lihat Haruto berdiri di seberang sana, lama sekali, "Woo, itu Haruto dari tadi gue liat diam aja." Kata Jungwon sambil menunjuk kearah Haruto.

Jeongwoo bangkit dari sofa, "Ajak kesini mau gak?"

Kedua sahabat itu menimang-nimang apakah mereka harus mengajak pemuda jangkung nan tampan itu ke rumah Jungwon. Sebenarnya ada kemungkinan bagi Haruto untuk menolaknya. Karena mereka sendiri tidak melakukan apa-apa, hanya menghabiskan waktu.

Jungwon sebagai pemilik rumah bersedia untuk mengundang Haruto ke rumahnya. Jeongwoo sebagai yang teman baik akhirnya turun ke bawah guna mengajak Haruto berkunjung.







Dipandanginya pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya itu, "Halo, To, ngapain?" Tanya Jeongwoo.

Haruto mengerjapkan matanya, "Gak tau juga. Lagi diam aja. Kenapa?" Tanya Haruto balik.

"Aku sama Jungwon ngeliat kamu dari atas, kamu mau ikut main bareng kami nggak?"

"Kalian main apa emangnya?"

"Hmm... gak ada sih, cuman mau ajak kamu aja biar seru."

Haruto mengangguk, dia mengikuti anak berkulit manis itu memasuki rumah Jungwon.


Sesampainya di kamar Jungwon pun, tidak ada yang tiga anak itu lakukan; berbaring, bernyanyi, dan berkutat dengan pikiran masing-masing.

"Kalian pernah punya pacar nggak?" Tanya Haruto tiba-tiba.

"Kenapa?" Tanya Jeongwoo.

"Enggak, aku penasaran." Jawab Haruto.

"Jeongwoo pernah suka sama ketua kelas pas SMP." Jelas Jungwon.

Jeongwoo malu mengingat kejadian saat dia suka dimarahi oleh ketua kelasnya dulu; perempuan dan kebetulan anak yang telat masuk sekolah, lebih tua darinya, lesung pipinya dalam—Yujin namanya.

Jungwon pernah protes saat Jeongwoo bilang Yujin adalah pemilik lesung pipi paling indah.



"Kamu suka sama orang yang bagaimana?" Tanya Haruto lagi.

"Yang punya lesung pipi." Ucap Jeongwoo.

Jungwon yang mendengarnya bergidik ngeri, "HEH! Gue punya ya!"

"Kecuali lo." Tambah Jeongwoo cepat.

"Kalau Jungwon?" Tanya Haruto kepada Jungwon.

"Kalau gue... nggak tau juga, belum pernah suka. Seriusan lho, gue gak pernah suka siapa-siapa." Jawab Jungwon yang juga heran dengan dirinya sendiri.

Haruto tersenyum, menekan pelan kaki Jungwon yang sakit dengan kukunya—seperti sedang bermain lilin. Jungwon biasa saja, tapi mata Jeongwoo mendelik. Jeongwoo baru ingat—sedari tadi Haruto hanya memandangi Jungwon saja.










Hari sudah petang, orangtua Jungwon sebentar lagi pulang. Kedua anak itu memilih pamit dari rumah Jungwon.

Malam itu, untuk pertama kalinya, ada orang yang bertanya padanya, "Kamu suka sama Jungwon, ya?"

Mencelos begitu saja dari bibir orang asing yang tidak sampai seminggu dikenalnya. Jeongwoo jadi penasaran juga. Karena sial sekali, Jungwon mempunyai hal yang Jeongwoo suka, lesung pipi.

RectangularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang