5. Start Line

749 133 1
                                    

Jeongwoo masih dengan agendanya selalu menolak saat diajak nongkrong oleh Jungwon. Bedanya sekarang ada Haruto, jadi Jungwon tidak berangkat sendirian.

Jungwon sudah lancar mengendarai motor, selama ini latihan dengan motor satpamnya, karena takut kena geprek Jeongwoo kalau merusak motornya sekali lagi.





Sore ini Haruto berjongkok di pinggir jalan selagi Jeongwoo mengajari Jungwon naik motor.

"Tadi siapa namanya?" Tanya Haruto menunjuk motor Jeongwoo.

"Sasuke." Ucap Jeongwoo dan Jungwon bersamaan.

Haruto membulatkan matanya, "Hah? Teman aku dong?"

Beruntung Jeongwoo dan Jungwon cepat paham, "Pantesan familiar..." Ucap Jungwon.

"Apa perlu aku ganti si Sasuke jadi Woopy?" Pikir Jeongwoo melihat motornya dan Haruto bergantian, kalau dipikir-pikir lucu juga; Haruto dan Sasuke.

"Gak usah, kakek aku pasti senang kalau tau temannya terkenal." Gurau Haruto.

"Jangan bilang nama Papa kamu Boruto?" Tanya Jeongwoo, mengundang tawa lepas dari dua temannya.





















Jungwon akhir-akhir ini terlihat stabil, itulah mengapa Haruto dengan sukarela naik ke boncengan Jungwon.

Motornya sudah milik sendiri, datang kemarin lusa dari showroom.

Meski begitu Haruto masih agak takut, dia memeluk Jungwon erat. Tidak berani menutup mata kalau-kalau temannya itu oleng.

Karena selama ini Haruto perhatikan Jungwon sering oleng.

"To, jangan kenceng-kenceng peluknya..." Ucap Jungwon di lampu merah.

"Aku takut kamu jatuh." Ucap Haruto setengah berteriak.

Jungwon yang tidak yakin dengan pendengarannya dan hanya mengangguk, membiarkan Haruto memeluk pinggangnya bahkan lebih kencang daripada sebelumnya.

Sesampainya di tempat Jungwon biasa berkumpul dengan anak lain, Haruto merapihkan rambut Jungwon yang agak berantakan, menahan tangan Jungwon yang hendak menyentuh rambutnya, "Gak usah, aku udah ganteng." Ucapnya.

"Iya deh..."

"Kamu ngaku kalau aku ganteng?"

Jungwon mengangguk, "Kalau nggak ganteng, gak mungkin murid baru diomongin sama anak kelas lain."

"Nah, kamu suka nggak sama yang ganteng kayak aku?" Tanya Haruto dengan cengiran lebar.

Jungwon menaikkan bahunya, menyengir lebar, "Gak tau...?"

"Hehehe, aku bercanda kok." Ucap Haruto, menarik tangan Jungwon masuk ke kafe tersebut.

Di sana semua orang membicarakan Jungwon dan kebisaannya membawa motor, juga motor baru Jungwon yang menurut Inhong termasuk jenis yang langka dan susah dicari.

Jungwon manut saja. Dia cuma minta motor, tidak tau kalau motornya sebagus yang Inhong ceritakan.


Ada kalanya pikiran Jungwon terbang melayang meninggalkan raganya, terpikir dengan pertanyaan abstrak Haruto, yang diklaim sebagai candaan; Jungwon tidak benar-benar mengira begitu.

Ah, apa ini maksud dari awal Haruto sering bertanya tentang bagaimana tipe orang yang Jungwon sukai?

Jungwon binggung... apa seharusnya saat itu dia terus terang saja? Menjawab dia suka orang seperti Jay? Sebagai pengalihan isu?

















Setelah pulang, Haruto minta izin mampir ke rumah Jungwon.

Tidak ada yang Haruto lakukan di sana, anak itu sama bosannya dengan Jungwon. Mereka hanya diam sambil bermain PS di kamar Jungwon, dengan Haruto tidur beralaskan paha Jungwon.

"To, menurut kamu Jay orangnya gimana?" Tanya Jungwon.

"Baik, sabar juga... cuman dia kalau piket selalu duduk aja, nggak bantu." Keluh Haruto.

Jungwon terkekeh, "Jay emang gitu anaknya."

"Kamu kenal Jay udah lama?"

"Enggak terlalu, cuman pernah dua kali sekelas pas SMP. Kenapa?"

"Kamu suka ya sama Jay?" Tanya Haruto yang sudah ganti posisi jadi tengkurap bertumpukan siku menghadap Jungwon, membiarkan karakter gimnya mati.

Jungwon tersedak air ludahnya sendiri, "Kenapa kamu kira begitu?"

"Enggak aku tanya aja."

"Kamu kenapa suka nanya orang-orang suka sama siapa?"

"Aku suka menyimpulkan semuanya... biar aku bisa bantu."

"Jadi semacam cupid gitu?"

Haruto mengangguk, "Gimana? Kamu suka sama Jay?"

Jungwon menggeleng pelan, "Kayaknya enggak." Ucapnya.

"Bagus deh, kamu suka aja sama aku."

"Hah?"

"Kamu sukanya sama aku aja." Ulang Haruto.

Jungwon masih diam, terlebih saat Haruto mengacak-acak rambutnya gemas.

RectangularTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang