lost

469 42 0
                                    

ENJOY

"Ada yang tertinggal ?" tanya alet sedikit panik

"T-tiket ku dimana ?? Aku ingat menyimpannya disini tapi gak ada" jawab vanya yang lagi panik dan fokus menbongkar tas diwaktu bersamaan

Shelyn melihat ke arah petugas bandara yang masih menunggu mereka mencari tiket pesawat vanya.

"maaf jika menunggu, kami butuh waktu sedikit lagi untuk menemukannya" ucap shelyn meminta sedikit perhatian pada petugas

"Kami harap anda bisa segera menemukannya waktu penerbangan hanya tersisa 15 menit sebelum lepas landas" ucap petugas

Mendengar itu vanya berdiri berbicara sedikit, "kalian pergilah pesawatnya akan lepas landas sebentar lagi jangan sampai tertinggal"

"Tapi vanya kau-- " ucapan shelyn terpotong oleh vanya

"Uangku sepertinya masih cukup untuk bertahan disini, jangan khawatirkan aku. Aku bisa jaga diri jangan buat aku merasa bersalah karna 2 tiket lainnya hangus begitu saja" jelas vanya tidak ingin memberatkan temannya atas kecerobohannya sendiri

"Vanya-- " _alet

"Tolong pergilah" permohonan vanya kepada kedua temannya

Alet mendekati vanya untuk memeluknya, "janji padaku kau akan baik-baik saja, jaga dirimu. Telpon kapanpun kau mau"

"Iya, aku janji" jawabnya sambil tersenyum untuk menutupi kesedihannya

"Vanya hubungi aku kalau kau butuh sesuatu" ucap shelyn dengan wajah yang murung

"Tentu, senyumlah aku akan baik baik saja disini" bujuk vanya untuk mengembalikan mood temannya itu.

"Bagaimana aku bisa tersenyum sedangkan disisi lain aku akan meninggalkan mu disini" - shelyn

Tentu hal seperti ini berat bagi shelyn. vanya, shelyn dan alet sudah bersama sejak sekolah bahkan kemana pun mereka selalu bersama. Tentu terasa tidak lengkap jika salah satu dari mereka tidak bersama.



Pesawat sudah lepas landas. Yang ada dipikiran vanya hanyalah 'bagaimana cara bertahan hidup dinegri orang?' bukankah dia harus memperpanjang visa, dan ini sudah malam kemana dia akan pergi sekarang ??

"Apa aku harus kembali kepenginapan itu ?" gumam vanya dengan suara kecil. "Vanya bagaimana kau bisa menghilangkan tiketmu, untung kau punya bekal bahasa korea. Jika tidak kau bisa saja jadi glandangan disini" ucap vanya yang mulai pasrah dengan keadaan.

Vanya berjalan ditrotoar sambil menarik kopernya dengan terus menghela napas. Dari jauh dia melihat seorang pria yang jatuh dipinggir jalan, tanpa berpikir dia langsung menghampiri pria itu.

"Ahjussi kau baik baik saja, mari aku bantu" ucapan vanya sedikit panik

Vanya membantu mendudukan pria itu di kursi terdekat dengannya.

"Ini minum" vanya menyodorkan sebotol air yang ada didalam tasnya.

"Bagaimana sekarang? Sedikit lebih baik?"

"Iya terima kasih"

"Mau aku antar ? / kerumah sakit?" tawar vanya terlewat baik

"Tidak tidak perlu pekerjaanku sangat sibuk belakangan ini aku tidak bisa meninggalkannya. Aku juga harus mencukupi kebutuhan ku dan orang tuaku disana" jawabnya

"Paman tidak tinggal dengan orang tua?"

"Tidak, aku tinggal di seoul sendiri sedangkan orang tuaku ada di busan" jawab paman lee

"Apa sesibuk itu sampai tidak ingin absen dari pekerjaan?" - vanya

"CEO memberiku izin kapanpun aku mau, dia sudah terlalu baik sekarang aku yang harus berkerja maksimal untuk mereka" jelas ahjussi itu

"CEO ?" gumam kecil vanya tapi terdengar oleh ahjussi itu

"Iya, aku berkerja di bighit sebagai manager utama TXT"

*****

Maaf ya kalau agak berantakan :)
Jangan sider yuk vote ⭐


Not My Plan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang