Chapter 18 - Just One Time

1K 160 16
                                    

Malam itu Off dan Gun tidur berempat dengan kedua anak mereka. Off dan Gun berada di ujung kanan dan kiri ranjang, sementara Win dan Chimon berada di tengah mereka. Kedua bocah itu memang sudah tertidur lelap namun orang dewasa yang mengawasi mereka masih terjaga.

"Kau serius mau menikah denganku?" Gun bertanya tanpa sedikitpun melihat ke arah Off karena ia tahu pria itu juga masih terjaga sama sepertinya. Sementara Gun sibuk menatap langit-langit sembari membelai surai rambut putranya.

"Tentu saja,"ucap Off dengan pelan tapi Gun masih mendengar semangatnya yang membuatnya tersenyum kecil.

"Kau bersungguh-sungguh? Maksudku sekarang pasti ada hal yang berubah dariku. Aku sudah semakin tua, ada sebagian dari rambutku yang sudah memutih, aku juga yakin sudah ada kerutan di wajahku. Kau juga tahu pasti ada beberapa sifat dariku yang berubah, yang mungkin membuatmu tidak menyukaiku lagi. Aku bukan cinta pertamamu saat SMA dulu Off,"jelas Gun masih tanpa melihat pria itu. Namun Off bisa melihat bagaimana mata kekasihnya yang indah itu mulai berkaca-kaca.

"Kau masih sama. Masih terlalu memikirkan suatu hal,"balas Off yang diakhiri tawa kecil. Gun pun menengok ke arahnya dengan tatapan sinis. "Tapi kau tahu Gun? Tidak sedikitpun rasa cintaku berubah padamu. Jantungku masih berdetak dengan kencang setiap melihatmu bahkan hanya dari fotomu saja. Aku masih suka malu jika kau perhatian padaku atau ketika kau menatapku seperti ini. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk mencintaimu saja sampai seumur hidupku,"

"Lalu kenapa kau berpacaran?"

"Hm?"

"Kau berpacaran hingga kau memiliki seorang putra. Kau juga pasti mencintainya bukan? Terutama ketika hanya dirinya yang berada di sampingmu saat masa sulit,"ada isakan tertahan ketika Gun mengatakannya. Ia teringat ketika ia tahu Off sudah memiliki seorang putra, ia pun merasa tidak ada gunanya untuk keras kepala mempertahankan cinta yang tidak ada gunanya. Ia tahu Off pasti mencintai perempuan itu. Perempuan yang membawa terang pada kegelapan yang diderita Off karena dirinya.

"Munafik jika aku bilang aku tidak mencintainya,"ucapan Off itu membuat Gun tidak sanggup dan memalingkan wajahnya ke samping.

"Mild itu wanita yang baik. Dia mengurusku, menyayangiku, bahkan saat ia juga berada di fase yang sama denganku. Ia kehilangan pacarnya yang ternyata sudah memiliki kekasih di Thailand. Tapi ia tidak egois dan justru membantu aku yang sedang frustasi. Ia yang mencegah aku saat aku hendak mengakhiri hidupku. Ia yang mengobati segala pedih dan lukaku. Aku memang jatuh cinta padanya Gun. Jika aku tidak jatuh cinta, Win tidak akan disini. Aku bukan orang yang mau melakukan seks tanpa adanya cinta."

"Aku bahkan hendak melamarnya,"

Gun memejamkan matanya. Air matanya kini jatuh.

"Tapi tepat saat itu aku melihat Mild bertemu dengan Mek. Sekali lagi aku patah hati,"lanjut Off dengan senyuman pahit di wajahnya. "Sejak saat itu aku pikir ya aku hanya tinggal mengurus anakku sampai ia besar lalu ia akan mencintai seseorang dan menikahinya. Lalu aku akan hidup sendirian dan setiap natal, aku akan dikunjunginya. Hal seperti itu sudah cukup bagiku,"

"Tujuanku ke Thailand hanya sebatas memperbaiki apa yang salah di antara kita. Tapi ternyata aku justru jatuh cinta lagi padamu,"

"Tadi siang saat aku bertemu denganmu. Menatap matamu secara langsung, memelukmu, aku tahu aku jatuh cinta saat itu,"

"Kata orang, cinta pertama memang indah, sangking begitu indahnya, ketika kita bertemu lagi dengan cinta pertama kita, kita akan jatuh cinta lagi. Tapi hal itu tidak akan berlangsung lama, karena cinta pertama belum tentu menjadi cinta terakhirmu,"Gun membalikkan tubuhnya ke arah Off hingga Off bisa melihat air mata di pipinya. "Bagaimana jika itu yang terjadi padamu? Kau memang jatuh cinta lagi padaku, tapi hatimu ternyata bersama cinta terakhirmu,"

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang