Prolog

5K 301 15
                                    

Apakah kau pernah mengalami jatuh cinta pertama kali, dengan sangat - sangat cinta? Tapi kau bingung bagaimana caramu mengungkapkannya?

Aku merasakan itu.

Aku jatuh cinta pada sahabatku.

Dia Nanon Korapat Vihokrattana.

Si Bajingan yang bisa memacari tiga perempuan di waktu yang sama tanpa ketahuan.

Sedangkan aku? 

Aku tidak bisa mengatakan apapun. Ia hanya tahu aku sahabatnya. Tapi ia tidak tahu bagaimana perasaanku sebenarnya. 

Namun hari ini aku memberanikan diriku untuk mengungkapkan perasaan yang sudah ku pendam selama dua tahun lagi. Setidaknya jika aku ditolak, aku akan meminta Papa untuk menyekolahkanku ke luar negeri.

 Aku membenarkan kacamata yang bertengger di hidungku dan berjalan mendekatinya. 

"Non,"sapaku kepadanya yang sedang bermain game dengan serius.

"Tunggu sebentar Mon! Kau tahu aku sedang push rank kan?" balasnya tanpa sedikitpun berpaling dari ponsel pintarnya.

"A-aku harus mengatakan sesuatu yang penting," ujarku sekali lagi. Aku benar-benar tidak bisa menahan kegugupanku saat ini.

"Katakan saja sekarang Non! Kau tahu sendiri aku tidak bisa diganggu jika aku sedang seperti ini bukan?" balasnya.

"Tapi aku ingin kau benar-benar serius," ucapku lagi lalu mengambil dengan paksa ponselnya.

"Aih Mon! Ada apa sih denganmu?" tanyanya dengan kesal.

"A-aku butuh kau untuk mendengarkanku,"ucapku sambil menahan sekali lagi jantung yang sudah hampir putus dari tempatnya.

"Cepatlah! Aku butuh pon--"

"AKU MENYUKAIMU NON!" ucapku sambil menutup mataku, aku tidak mau sama sekali melihat wajahnya yang pasti akan menertawakanku.

"Apa?"

"Aku menyukaimu,"

.

.

.

.

.

.

.

.

Gun yang baru saja pulang dari kantornya langsung dikejutkan dengan suara tangisan dari arah kamar anak semata wayangnya. Gun langsung menghampiri pintu kamar anaknya yang ternyata terbuka celahnya sehingga Gun bisa langsung masuk ke sana. 

"Chim kau baik-baik saja?"tanya Gun dengan perlahan. Chimon yang mengetahui kedatangan Papanya hanya mengusap dengan kasar air matanya.

"Pa. Bisakah nanti Chimon kuliah di luar negeri?"tanya Chimon tiba-tiba dan Gun langsung membelalakkan matanya.

"Chim. Kau baik-baik saja?" tanya Gun sekali lagi lalu menempelkan telapak tangannya ke kening anak kesayangannya itu. 

"Chimon baik-baik saja kokkk.."jawab Chimon lalu memalingkan wajahnya.

"Jika kau memang sampai ingin ke luar negeri begitu, pasti ada alasan kan di balik itu?"tanya Gun sambil membelai surai lembut milik anaknya.

"Chimon takut papa marah,"

Gun menangkup pipi tembam Chimon, menatapnya sambil memberikan ketenangan disana, "Mon.. kau bisa mengatakan apapun pada Papa. Papa tidak akan memarahimu, okay?"

Chimon justru menghambur ke pelukan papanya dan menangis dengan begitu keras disana. Gun terus menenangkan anaknya, membelai rambutnya dan menepuk punggungnya.

"Chimon menyukai laki-laki Pa,"ucap Chimon dengan sangat perlahan. Namun Gun bisa mendengarnya dengan begitu jelas.

"Hei tidak apa-apa eum?"ujar Gun lalu mengelus pipi Chimon. "Kau tahu? Mau bagaimanapun dirimu, kau tetap anak Papa, dan Papa selalu dan tidak akan berhenti menyayangimu,"ucapnya lagi lalu mencium kening anaknya.

 "itulah alasanmu menangis eum?"tanya Gun sambil mengusap air mata Chimon

"Chimon menyukai seseorang, sangat sangat suka, dan mungkin ia cinta pertamaku,"ujar Chimon menatap ke arah lain, lebih tepatnya ke bingkai foto dimana ia dan Nanon tersenyum disana. "Tapi ia tidak menyukaiku, ia bilang ia tidak mungkin menyukai seorang pria, apalagi yang sepertiku,"ucapnya lagi lalu menggigit bibir bawahnya menahan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. 

"Kenapa cinta pertama begitu menyedihkan seperti ini Pa?"tanyanya dengan polos namun dengan berurai air mata.

"Chim. Cinta pertama adalah sebuah pelajaran pertama sebelum kau menghadapi dunia, sebelum kau bertemu dengan cinta yang sesungguhnya,"jawab Gun kemudian mengusap lagi air mata Chimon yang terus berlinang.

"Lalu apakah Papa sendiri punya cinta pertama?"

"Cinta pertama Papa itu begitu indah, begitu manis, namun juga begitu menyedihkan. Memangnya kenapa eum?"tanya Gun sembari menatap anaknya yang sebentar lagi akan lulus dari bangku SMA.

"Bolehkah Chimon tahu?"tanyanya dengan tatapan berbinar.

"Uhh tadi kau menangis sekarang bisa imut seperti ini eum??"ucap Gun lalu menguyel-uyel pipi Chimon.

"Ayolah Pa.."

"Baiklah.. cinta pertama Papa memang sangat indah.."












Lanjut atau hapus?


🌼🌼🌼🌼🌼


First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang