Chapter 12 - Dreams with You

1.4K 178 13
                                    

21 Tahun Lalu
Phuket

Gun POV

Aku terbangun dari tidurku. Saat aku mencoba duduk, aku bisa merasakan sakit yang teramat sangat menyakitkan di bagian belakangku. Aku pun mengingat apa yang telah kami-- Off dan aku lakukan beberapa jam yang lalu. Ya aku bercinta dengannya. K-kami bahkan melakukannya dua kali.

Oh tidak. Aku bisa merasakan panasnya pipiku. Hahh jika aku wanita mungkin besok aku akan hamil.


Aku mendengar suara petikan gitar dengan senandung merdu di arah halaman kamar kami. Tanpa aku lihat pun, pasti itu Off. Tapi entah kenapa aku sangat ingin melihatnya, besok ia harus pergi kembali ke Amerika, New York tepatnya. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamanya.
Meskipun sulit dan cukup menyakitkan, aku mencoba berdiri. Aku memakai celana pendekku dengan asal. Aku membawa selimut untuk membalut tubuhku kesana. Siapa tahu ada yang membutuhkannya juga.

Dan benar saja, Off hanya memakai bawahannya saja. Ia duduk di bawah sinar rembulan sambil memetik senar gitarnya. Jujur. Off sangat tampan jika dilihat dari belakang. Tubuhnya tidak kekar berotot seperti Tay ataupun Arm. Bahkan bisa dibilang, perutku jauh lebih berbentuk daripada miliknya. Tapi mungkin itu keistimewaannya. Off tampan dengan caranya sendiri.

"Kau terbangun?"tanyaku dari belakang. Ia menoleh padaku dan memberikan tawa khas cenderung seperti anak kecil yang cengengesan ketika ketahuan Ibunya belum tidur.

"Uhm.."jawabnya singkat. "Kemari!" Off tiba-tiba menarikku ke pangkuannya. Jantungku justru membuat situasi semakin canggung. Kenapa dia bisa berdetak dengan cepat seperti ini sih?

"Kenapa kau tidak tidur?"tanyanya. Off mencium kepalaku yang tengah bersandar di dadanya.

"Kau sendiri kenapa tidak tidur?"tanyaku balik.

"Hanya berpikir saja, apa yang bisa aku lakukan untuk pacarku jika ia merindukanku,"jawabnya. Kemudian ia mengambil cassette recorder dan memberikannya padaku.

"Eh? Apa ini?"

"Aku,"jawabnya singkat.

"Maksudmu?"

"Maksudku, jika kau merindukan aku, tapi aku sedang tidak ada uang untuk menelponmu, kau bisa mendengarkan suaraku lewat ini. Coba kau dengarkan," suruhnya tapi aku menggeleng.

"Aku mau mendengarnya langsung darimu,"

"Huh?"

"Selagi kau masih disini. Kenapa aku harus mendengarnya dari ini?"kataku dan menatapnya. Aku sangat suka setiap Off bernyanyi. Suaranya memang tidak terlalu bagus seperti penyanyi handal. Tapi aku selalu merindukan suaranya itu.

"Kalau aku menyanyi, apa kau mau menikahiku?"

"Heiii!!!"aku mendorong pipinya kesal. "Apa-apaan itu? Sama sekali tidak nyambung!"ucapku lalu melipat tangan di dada. Tapi ia justru mencium pipi ku.

"Lihat. Kau kesal, tapi pipimu memerah. Aku kan jadi semakin gemas dan semakin ingin menikahimu!"ucapnya lalu memberikanku ciuman bertubi tubi di pipiku sampai aku kegelian dan menggeliat di atas badannya.

"Off~~~ hentikan!!"

"Auh iya! Tapi Gun.."

"Hm?"

"Mari menikah disini. Di Phuket,"ucapnya singkat. Tapi matanya benar - benar tertuju padaku. Seolah aku bisa melihat semua dunianya tertuju padaku.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang