Chapter 22 - Back to You

869 117 2
                                    

Chimon POV

Sore itu adalah momen yang paling tak terduga di hidupku. Di saat aku hanya menikmati sepotong ayam diselingi canda tawa di studio Papaku, aku dikejutkan dengan telepon dari seseorang.

"Selamat Sore. Apakah ini saudara dari Korapat Vihokrattana?"ucap seseorang yang tidak aku kenal sama sekali dari seberang sana.

Tapi apa tadi?

Nanon? Ada apa dengan Nanon?

"B-bukan. T-tapi ada apa ya?"

"Saudara Nanon mengalami kecelakaan mobil dan saat ini sedang berada di meja operasi karena butuh tindakan segera. Kami menghubungi orang di panggilan cepat nomor pertamanya dan--"

DEG!

"Tolong. Sekarang ia di rumah sakit mana?"tanyaku sudah tidak mau basa-basi lagi. 

"Di rumah sakit xxx"

Aku tidak bisa berpikiran jernih lagi. Dengan pakaian yang sama untuk Photoshoot, tangan yang masih kotor sehabis makan malam, aku berlari.

Ya aku berlari. Aku tahu rumah sakit itu tidak jauh dari studio Papa. Jadi aku tidak punya waktu yang lebih lama lagi untuk menundanya. Aku tidak mendengarkan kata Papa yang memanggilku, yang aku tahu aku harus bisa sesegera mungkin untuk sampai ke sana.

Disana ada Nanon. Nanon kecelakaan. Dan dia membutuhkan aku.

Fakta nomorku yang menjadi nomor panggilan daruratnya yang pertama mengatakan kalau dia mempercayaiku.

Aku tidak mau kehilangannya. Tidak! Masih banyak yang harus kami lakukan. Masih banyak yang harus kita bicarakan. Aku tidak mau kehilangannya sekarang.

Jadi.. bertahan Non!

.

.

.

.

"Aku mendapat telepon untuk Korapat Vihokrattana, ada dimana dia?"tanyaku kepada dua orang petugas resepsionis saat aku sampai di rumah sakit.

"Tunggu sebentar. Saudara Korapat baru saja selesai melakukan operasi, anda boleh mengunjunginya di UGD sebe--"

"Baik terima kasih banyak!"ucapku memotong perkataannya lalu pergi menuju arah yang petugas itu tunjukkan. Aku berjalan dengan cepat dan memperhatikan nama pasien di papan yang berada di ranjangnya, aku mencari satu per satu yang bertuliskan Korapat Vihokrattana.

"Chimon?"

DEG!

Aku mengalihkan arahku ke suara di belakangku, dan ketika aku tahu itu benar-benar Nanon aku langsung berlari menghamburnya dan memeluknya erat.

"BODOH! KENAPA KAU SUKA SEKALI NGEBUT-NGEBUTAN SIH?!"

"M-mon.."

"AKU MENGKHAWATIRKANMU! BAGAIMANA JIKA NENEK TAHU HUH? KAU BISA MEMBUAT DIRINYA MATI BERDIRI!"kesalku bertubi-tubi.

"H-hei.."dia melepaskan pelukanku, dan aku pun sadar aku memeluknya.

Sial..

"A-aku tidak apa-apa jadi jangan menangis,"ucapannya itu baru menyadarkan aku kalau aku menangis. Aku pun mengusap air mataku dengan kasar. Memalukan sekali.

"Ta-tapi kau benar-benar tidak apa-apa huh? Petugas ambulance yang menelponku dan petugas resepsionis juga mengatakan kalau kau dioperasi. Jadi aku takut kau kehabisan darah atau bagaimanalah,"ujarku sambil menunduk. Aku kesal melihat wajahnya. Tapi tidak bisa aku pungkiri bahwa aku sangat mensyukurinya karena dia sudah sadar diri dan bukan dalam keadaan yang aku bayangkan seperti diberikan oksigen darurat, dan sebagainya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang