Chapter 11 - You and I

1.5K 177 21
                                    

Off POV

Mungkinkah aku mimpi? Namun jika mimpi kenapa ini terasa sangat nyata. Matanya, hidungnya, bibirnya, harum dari parfum lama yang selalu ia pakai sejak SMA benar-benar sangat nyata. Gun Attaphan Phunsawat, cinta pertamaku. "Gun.."sepatah kata terucap.

"Off.."balasnya. Jantungku langsung berdetak dengan cepat. Suara yang sangat aku rindukan. Aku tidak mampu menahan egoku, aku memeluknya dengan erat. 

"Gun.. Gun.."

"O-off.."ucapnya dengan terbata. Ia sepertinya sama terkejutnya denganku. Meskipun ia tidak membalas pelukanku, aku bisa merasakan tubuhnya yang gemetaran. Aku membelai punggungnya, aku mengelus rambutnya, melakukan hal yang biasa aku lakukan saat aku menenangkan dirinya. 

"Aku sangat merindukanmu Gun, sangat merindukanmu,"ungkapku sejujurnya tapi yang ku dapatkan justru sebuah dorongan yang kasar darinya. "Gun?!"

Aku bisa melihat Gun yang meremas tangannya sendiri, hal yang selalu ia lakukan setiap ia menahan sesuatu seperti kesedihan maupun kekesalannya pada seseorang. Apa ia sedih atau dia kesal padaku? 

"Gun!"panggil aku namun Gun justru semakin menjauh dan berlari masuk ke hall tempat acara pernikahan Jane dan Jaylerr berlangsung.

Aku mengusap air mataku. Ternyata iya aku menangis tadi. Aku pikir aku akan benar-benar bersamanya detik itu juga, tapi aku tahu semua hal butuh waktu. Bahkan hari ini adalah pernikahan mantan istrinya, ibu dari anaknya, aku yakin itu bukanlah waktu yang tepat. Aku sendiri tetap bersedih saat melihat Mild menikah, apalagi dengan Gun yang hampir 10 tahun lebih menikah dengan Jane. 

Aku pun berjalan ke arah hall acara. Semua sangat meriah. Model terkenal, fotografer ternama, bahkan beberapa pejabat juga menghadiri pesta ini. Aku juga bisa melihat beberapa wartawan infotainment yang memenuhi bagian belakang hall untuk merekam momen berharga dari kedua insan yang akan berjanji bersama sampai mati di altar. Aku terpesona dengan pemandangan ini. Pemandangan yang belum pernah aku rasakan secara pribadi atau bahkan trauma terbesarku. Tapi aku disini dan bahkan mencoba mencari dia yang mungkin tenggelam dari para hadirin yang lebih tinggi darinya. Aku berusaha mencarinya meskipun langkahku terkadang berhenti ketika aku disapa oleh beberapa orang yang mungkin mengenalku dari brand fashionku. Namun aku belum bisa menemukan pria mungil itu.

Hingga terdengar bunyi lonceng yang membuat semua orang di ruangan itu menghentikan semua aktivitas mereka. Mereka langsung berada di posisi yang nyaman untuk menunggu sang pengantin perempuan masuk. Aku melihat ke arah altar, dan disana Jaylerr sudah berdiri tegak namun tetap terlihat sedikit gugup. Selanjutnya, pintu pun terbuka lalu menampilkan seorang wanita cantik bergaun putih menawan. Itu Jane.

Ini kedua kalinya aku bertemu dengannya dalam balutan gaun pengantin cantik. Pertama memang sangat menyakitkan bagiku, dan pasti bagi dirinya. Tapi hari ini, aku melihat senyuman lebar nan tulus dari wanita cantik itu.

Ia berjalan sendirian dengan tudungnya yang terbuka. Sebuah tradisi dimana seorang perempuan yang pernah menikah kemudian menikah lagi mengatakan kalau mereka sudah tidak perlu diantar maupun memakai tudungnya. Tapi bagiku, Jane justru menemukan kebahagiaannya disini.

Ketika ia sampai di altar, ia dan calon suaminya itu mengucapkan janji suci mereka pada Tuhan lalu diakhiri dengan ciuman penuh cinta di antara keduanya. Sesaat janji diucapkan semua orang bertepuk tangan, temasuk aku. Acara pun kembali berlangsung. Beberapa orang sudah mulai mendatangi mereka untuk memberi selamat, sedangkan yang lain memperhatikan sambil melahap sajian yang sudah disiapkan. 

Aku pun duduk di satu kursi yang memang sudah disiapkan Jaylerr. Posisinya sangat strategis dan dekat dengan kedua mempelai. Kini waktunya bagi keluarga maupun teman untuk mengucapkan selamat maupun petuah petuah. Mulai dari keluarga dan teman terdekat Jaylerr. Aku menengok ke segala arah, namun tetap tidak ada Gun disana.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang