Bab 15

2.4K 276 10
                                    

Mew terdiam. Dia sangat ingin menjawab pertanyaan Gulf namun bibirnya terasa kelu, tidak bisa menjawab pertanyaan Gulf . Mew tau Gulf sudah curiga. Bagaimana Mew membawa kamera dan pakaian Mew pakai saat ini sangat mirip dengan fansite-nya itu.
Gulf mungkin semakin curiga tatkala melihat tingkah Mew sekarang. "Mas jawab dong." Suara Gulf tidak lagi bersahabat seperti biasanya.
Mew mendesah. Akhirnya dia ketahuan juga. "Kamu ingat mas pernah nyinggung fans dan idola?"
Gulf mengangguk kecil. "Yaudah sekarang satukan puzzle tersebut. Kamu bakalan tau jawabannya."
Tidak sampai beberapa menit Gulf menepuk tangannya dan menatap Mew tidak percaya. Mulutnya terbuka, matanya membulat sempurna. Seolah tidak percaya dengan apa yang ia pikirkan. "Mas beneran fans aku?"
Mew mengangguk sebagai jawaban. "Hah? Beneran gak bohong?"
"Iya, gak bohong. Sun for Gulf itu aku." Jawab Mew.
"Kak Mild tau?"
Kembali Mew menganggukkan kepalanya. "Pantas saja mas deket sama kak Mild akhir-akhir ini. Jadi fans yang kemarin kita temui juga tau? Atau mungkin cuman aku saja yang gak tau"
"Cuman 1 fans yang tau identitas ku itupun karena gak sengaja. Selebihnya hanya Mild, Win, dan temen-temen ku tau kalau aku ngefans berat sama kamu"
Mew pikir Gulf akan senang tapi ternyata tidak. Pria itu diam sebelum akhirnya menatap wajah Mew. "Mas bisa keluar dulu. Aku perlu mencerna semua yang terjadi. Ini terlalu mendadak. Maksudku mas ternyata fansite ku sekaligus pacarku. Entah aku harus senang atau bagaimana."
Mew mengerti apa yang Gulf rasakan. Dibohongi dengan orang yang paling kita sayang itu sangat menyakitkan.
"Kita break dulu, mas. Aku cuman pengen istirahat, mencerna semua ini."
Ucapan Gulf bagaikan petir dimalam hari. Mew tidak menyangka bahwa kebohongannya membuat Gulf kecewa seperti ini.
Mew mengangguk lemah. Tidak berani membantah ucapan Gulf. Ini semua salahnya. Harusnya Mew tidak membohongi Gulf. Harusnya ia jujur kepada kekasihnya itu.

***

Semenjak Mew dan Gulf menutuskan untuk 'Break', Mew lebih sering lembur dikantor dibandingkan pulang kerumahnya. Krist khawatir jika Mew jadi sakit. Pasalnya Mew hanya pulang untuk mandi, setelah itu ia kembali ke kantor dan bekerja habis-habisan.
Tul bahkan mengingatkan Mew bahwa hubungan Mew dan Gulf hanya 'istirahat sebentar' bukan putus.
"Mew kalau lo gini terus mending lo samperin Gulf dilokasi syutingnya." Singto buka suara. Jengah melihat tingkah Mew yang kekanakan seperti ini.
Mew tidak menjawab ucapan Singto. Dia memilih tenggelam dalam tumpukan berkas.
Zee menggeleng frustasi sementara Max dan Tul menepuk bahu Mew pelan.
"To, gue gak marah sama Gulf. Lebih tepatnya gue marah sama diri gue sendiri" Ujar Mew pada akhirnya memilih jujur kepada teman-temannya. "Kalau gue jujur dari awal, mungkin masalah tersebut tidak akan serumit ini." Lanjutnya.
"Mew gue yakin Gulf bakalan ngerti kenapa lo lakuin ini. Toh loh gak ngelakuin hal fatal." Max berusaha menghibur.
Mew mengangguk mengerti kemudian kembali menenggelamkan dirinya ke tumpukan pekerjaan. Lebih baik dia menyibukkan diri daripada harus berlarut-larut dalam kesedihan.

***

Teriakan Krist membuat Mew berdiri dari duduknya. Menatap lekat wajah Krist yang sama pucatnya dengan wajah Mew sekarang.
"Gulf beneran nyariin lo, Mew." Kembali Krist mengulangi ucapannya.
"Lo gak bohong kan?"
"Ngapain gue bohong"
Mew menarik nafas sebentar sementara Krist sibuk memperbaiki setelan jas kerja yang Mew pakai. Setelah merasa sedikit rapi Mew akhirnya turun ke lobi dan mendapati Gulf duduk disana bersama manajernya.
Cukup lama Mew menatap Gulf dari jauh hingga akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Gulf.
"Hai" Mew melambaikan tangannya canggung.
Gulf sama canggungnya seperti Mew. Ia memaksakan senyum dibibirnya hingga Mew merasa aneh melihat senyuman Gulf.
"Kak Mild bisa tinggalkan kami berdua?"
Mild mengulas senyum tipis dan meninggalkan Mew dan Gulf. Mew duduk disamping Gulf sementara Gulf sibuk memainkan kancing kemeja yang ia pakai.
Tidak bertemu selama 5 hari membuat Mew sangat merindukan Gulf. "Kamu sudah makan?"
"Sudah, mas sendiri?" Suara Gulf terdengar sedikit rileks.
"Aku baru mau ngajak kamu makan siang."
"Mas belum makan siang?"
Mew tersenyum kecil. Dia sangat suka saat Gulf memperhatikannya seperti ini. "Tadi banyak kerjaan."
"Kata Win mas gak pulang-pulang. Kak Krist juga ngadu ke aku katanya mas jarang makan" Kali ini suara Gulf terdengar marah. "Kita cuman break beberapa hari mas udah kurus seperti ini. Bagaimana kalau sampai putus." Ujarnya lagi.
"Jadi udahan marahnya?"
"Iya, Gulf udah gak marah. Harusnya mas berterima kasih kepada kak Mild sama kak Krist."
"Jadi boleh peluk?" Ucap Mew sembari memberikan tatapan puppy eyes-nya.
Gulf mengangguk kecil dan mulai memeluk Mew begitu erat. "Mas lebih manja daripada aku."
"Lagian siapa suruh ngambek lama-lama"
"Iya, tapi mas harus ngajak aku ke apartemen mas sekarang juga."
Mew melepas pelukannya. Menatap lekat-lekat iris mata Gulf kemudian tersenyum lembut. "Mas masih kerja."
Gulf mencebikkan bibirnya. "Yaudah, besok gimana? Besok libur kan?"
"Besok bukannya kita kerumah Krist"
"Ah, iya. Kok aku bisa lupa. Padahal kak Krist nyuruh kita baikan biar acaranya gak batal" Ujar Gulf sembari tertawa.
'Dasar Krist mata duitan' Mew membatin. Dia pikir Krist membantunya baikan supaya Mew tidak sedih lagi. Ternyata ada udang dibalik batu.
"Minggu depan?"
"Sip, minggu depan. Gak boleh ditunda." Gulf mewanti-wanti. Takut Mew membatalkan rencana tersebut.
"Iya sayang."
"Dari fans jadi sayang yah." Gulf menggoda Mew.
Wajah Mew memerah. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Huuu malu tauk gak usah diungkit-ungkit"

My Beloved FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang