Bab 19

2.3K 253 20
                                    

"Panas banget gak hari ini"
"Kelamaan dineraka lo Tul. Cuaca kayak gini dibilang panas." Ujar Singto.
Max menurunkan suhu ac untuk kekasihnya. Diantara mereka berenam hanya Krist dan Zee lah yang paling rajin bekerja. Selebihnya sibuk bermain.
Singto mendekati kekasihnya. Krist sedang menjelaskan sesuatu kepada Mew. "Kit, lapar "
"15 menit lagi, Sing."
Singto mengerucutkan bibirnya kemudian kembali ke mejanya. "Krist lo makan siang dulu. Kita lanjutnya besok aja." Kata Mew.
Krist mengangguk. "Lo mau makan siang bareng gue sama Singto?"
"Gak dulu deh, lo pacaran aja sana sama Singto. Max, Zee, sama Tul mau pesan makanan di ojol kok"
"Yaudah lo berempat makan yang banyak. Mama sama bapak lo mau pacaran dulu." Krist tertawa.
Max memesan masakan padang. Karena Mew dan Zee penggemar otak, akhirnya Max memesan 3 porsi gulai otak-otak. Max sendiri tidak menyukai otak, sementara Tul pemakan segalanya termasuk otak.
"Gimana Mew hadiah lo buat Win?" Tanya Tul.
"Gue lupa ngasihnya waktu itu. Soalnya hadiahnya ketinggalan dimobil" Jawab Mew polos.
Setelah makanan mereka sampai Mew memutuskan untuk mengambil piring. Namun langkahnya berhenti saat mendapati Gulf berada dikantornya tanpa memberitahu Mew.
Mew kembali mengecek ponselnya. Namun Gulf sama sekali tidak menghubunginya.
Akhirnya Mew memutuskan untuk kembali keruangannya. Apa yang Gulf lakukan dikantornya? Dan mengapa Gulf tidak menghubunginya.

***

"Mas" Gulf berlari dan memeluk tubuh Mew.
Mew mengeratkan pelukannya dan mengelus surai rambut Gulf yang sedikit basah akibat keringat. "Kangen" Ujarnya. Ia menggosokkan wajahnya didada bidang Mew.
"Udah latihannya?" 
Gulf menganggukkan kepalanya. "Makasih udah jemput mas." Gulf melepaskan pelukannya dan masuk kedalam mobil.
Mew ikut masuk dan mulai menginjak gas menuju apartemen Gulf berada. "Tadi kamu habis kemana aja?" Tanya Mew basa-basi.
"Cuman sibuk latihan kok mas"
Mew tidak lagi bertanya. Dalam pikirannya ia berusaha berpikir positif. Mungkin saja Gulf ada perlu dikantornya dan lupa memberitahu Mew.
"Mas masuk dulu." Tawa Gulf.
"Gak usah. Kamu istirahat aja."
"Mas tau kan aku sayang banget sama mas Mew"
"Kamu kok jadi ngegombal gini" Mew tertawa.
"Jadi besok mas jangan marahin kak Max yah."
Mew menyeritkan alisnya. Tidak mengerti apa yang Gulf katakan. "Kamu selingkuh sama Max?"
Gulf menghela nafas. "Bukan selingkuh, besok aja kejutannya."
"Yasudah, kamu masuk gih."
Gulf mengecup pipi Mew. "Selamat malam mas."

***

"Max lo ada rencana apa sama Gulf"
Max tertawa cukup keras. Karena Mew penasaran akhirnya ia pergi kerumah Max. Saat itu orangtua Max cukup terkejut dengan kehadiran Mew.
Mew duduk diranjang Max sembari menatap lekat-lekat sahabatnya itu. "Mew lo jangan bilang cemburu sama gue?"
"Iya gue cemburu. Cepetan jelasin"
Max mengambil kursinya dan menariknya didekat ranjang. "Lo pasti kaget kalau gue bilang Gulf kepengen pindah agensi"
"Hah?" Mew cukup terkejut.
"Beneran, dia udah tanda tangan kontrak tadi."
"Kok lo gak bilang ke gue" Kata Mew kesal.
"Yah, lo gak nanya. Lagian Gulf kepengen ngerahasiain dulu. Besok beritanya baru keluar."
"Terus konsernya?" Tanya Mew.
"Konser Gulf itu pure dari dana-nya sendiri. Kemarin Gulf ada problem dikit sama agensinya. Lo ingat waktu di pesta rumah Krist kemarin kan? Gulf nanyanya ke gue soal masalahnya itu." Jelas Max
Mew sedikit kecewa. Kenapa Gulf tidak meminta dirinya untuk memberi saran kenapa harus Max.
Namun disisi lain Mew mengerti kenapa Gulf tidak ingin memberitahu masalahnya. Gulf ingin memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan Mew.
"Makasih yah Max udah bantuin cowok gue"
"No problem. Lo sahabat gue. Masalah lo, masalah gue juga."
"Btw Max nyokap lo gak marah ngeliat kondom dimeja kamar lo?" Mew menunjuk kondom milik Max yang tergeletak begitu saja diatas meja kerja Max.
"Heh, itu kondom pesanan Krist."
"Gue kirain punya lo" Mew tergelak.
"Punya gue ada di apartemennya Tul" Ujar Max.

***

2 hari lagi adalah konser Gulf. Mew memarkir mobilnya. Menunggu Gulf yang masih latihan dance. Suara guntur terdengar begitu jelas,  sepertinya akan turun hujan. Mew segera mengambil payung yang berada dibelakang kursi penumpang. Dia tidak mau Gulf terkena air hujan.
Mulanya Mew tidak ingin masuk namun melihat Gulf menggoyangkan badannya dibalik kaca membuat Mew penasaran.
"Loh Mas udah datang? Tunggu sebentar aku ambil tas dulu kita pulang sekarang" Gulf mengelap keringatnya kemudian mengambil tas nya yang berisi pakaian.
"Kamu sudah selesai? Kalau belum lanjutin aja. Biar mas tungguin."
Gulf menggeleng. "Gak usah mas, udah selesai juga. Ini cuman ngelatih koreografi yang diajarin tadi. Takutnya lupa"
Mew membuka payungnya. Hujannya cukup deras. Mew menggeser badan Gulf agar lebih dekat kepadanya. Ia tidak mau Gulf basah dan jatuh sakit.
"Mas payungnya kasih ke mas juga. Pundak mas basah tuh."
"Iya, bawel"
Gulf mencebikkan bibirnya. "Mas juga cerewet. Lebih cerewet dari aku."
Mew hanya tertawa kecil merespon ucapan Gulf. Sesampainya dimobil, Mew mengambil handuk dan mengelap rambut Gulf yang sedikit basah.
Gulf menatap Mew tanpa berkedip. Sebenarnya Gulf hanya ingin mengecup pipi Mew namun tanpa sengaja dia menyentuh bibir Mew yang membuat wajahnya merah padam.
"Aku mau cium pipi mas kok" Gulf berusaha membela diri.
Kali ini Mew tidak kuasa melihat tingkah Gulf. Ia memegang rahang Gulf dan mulai mengecup bibir Gulf.
Mulanya hanya kecupan kecil, namun semakin lama kecupan tersebut berubah menjadi lumatan yang intens. Mew melumat bibir atas bawah Gulf. Sementara Gulf melenguh disela-sela pangutan bibir keduanya.
Mew melepaskan ciuman tersebut. Ia tersenyum lembut dan mengusap pipi Gulf dengan ibu jarinya. "Makanya jangan nakal" Ujarnya.
"Aku-aku gak nakal tauk" Kata Gulf gugup.

My Beloved FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang