Bab 11

2.9K 302 9
                                    

Masih dengan mata terpejam Mew menggosok giginya. Selesai menggosok giginya ia mencuci wajahnya agar tidak terlihat seperti baru saja bangun tidur. Gulf juga sudah bangun bedanya Gulf malah diam dipinggir ranjang sembari menatap jendela kamarnya yang cukup lebar.
Tidak lama Mew melihat Gulf menguap dengan mulut begitu lebar sebelum akhirnya bangkit dari tempat tidur. Ia melewati Mew dan berjalan menuju kamar mandi.
Mew mengganti piyamanya dengan kaos dilapisi sweater berwarna hitam. Kali ini mereka akan sarapan di restoran hotel tempatnya menginap. Mew sudah mengabari produser dan kameramen tadi malam. Dan pagi ini mereka sudah stand by di lobi hotel.
"Mas, dandan gak?" Teriak Gulf didalam kamar mandi.
Heh, boro-boro dandan. Cuci muka aja Mew sebenarnya malas. Namun bagaimana lagi, Mew sudah merangkap menjadi public figur otomatis setiap gerak-geriknya dilihat masyarakat. "Gak usah"
"Oke"
Mew mendengar guyuran shower dari balik bilik kamar mandi. "Gulf, kamu mandi?"
"Hah?"
"KAMU MANDI?" Kali ini suara Mew terdengar begitu kencang.
"Mas gak mandi?" Tanya Gulf.
"Gak"
Suara tawa Gulf menggema dikamar mandi. Mew sendiri jadi bingung. Memangnya mereka harus mandi? Pikirnya.
"Kita mau kencan kan? Masa mas gak mandi"
"Ah benar juga." Mew mengangguk mengerti. Kalau begitu kenapa Mew harus cuci muka segala.

***

"Padahal hari ini di kantor lagi sibuk-sibuknya loh" Mew mengoleskan selai stroberi di roti panggangnya.
Gulf meminum jus pesanannya. Dan menatap Mew dengan menopang dagunya. "Besok acaranya kan mas? Sayang banget besok aku juga ada acara."
"Iya. Padahal member boyband kamu yang lain ikutan tampil. Cuman kamu yang gak hadir"
"Wajar, artis terkenal" Kata Gulf setengah bercanda. "Tapi mas gakpapa nih gak dikantor hari ini?"
"Gakpapa, aku yang punya perusahaan. Gak bakalan ada yang marah" Mew balik menyombongkan dirinya.
Keduanya tertawa. Sepertinya Mew dan Gulf tidak menyadari kamera yang menyorotinya. Mereka hanya bersikap seperti biasanya. Tidak dibuat-buat apalagi sampai melebih-lebihkan skinship mereka.
"Mas habis ini kemana?"
Mew menggigit rotinya sembari berpikir. "Gulf, mau kekantor mas gak?"
Gulf mengerjapkan matanya tidak percaya. "Ke kantor mas? Kencan disana?" Ulangnya.
Mew mengangguk sebagai jawaban. "Disana ada cafe, dekat mall juga. Sekalian kamu kenalan sama teman-temanku." Jelas Mew.

"Yaudah deh, sekalian ngeliat mas kerja juga" Gulf tersenyum kecil. "Kapan lagi berkunjung di perusahaan Mew Suppasit." Ujarnya dengan nada ditekankan diakhir kalimat.
"Eh beli bahan masakan dulu. Kita kan mau masak" Mew hampir lupa dengan jadwal masak-masaknya.
Gulf menepuk jidatnya. "Hampir saja lupa. Ah, aku punya ide. Gimana kalau kita masakin karyawan di kantor mas. Hitung-hitung ucapan terimakasih mas karena mereka udah kerja keras. Bikin kimbab atau sushi, yang gampang aja." Gulf begitu antusias.
Ide Gulf boleh juga. "Dikantor mas ada dapur. Nanti aku bilang sama anak-anak bantuin kita."
"Anak-anak? Temennya mas?" Tanya Gulf.
Mew mengangguk. Anak-anak yang dimaksudkan adalah Tul,Max,Krist,Singto dan Zee. Semoga saja mereka berlima tidak sibuk.

***

Gulf sibuk memilah-milah rumput laut. Sementara Mew berhenti di frozen area dan segera mengambil ayam cukup banyak. Karena sushi memakai salmon, dan pembuatannya sangat sulit akhirnya mereka memutuskan untuk membuat kimbab sebagai menu makan siang.
Mew melirik jam tangan yang berada dipergelangan tangannya. Jam 9 pagi, mereka masih memiliki banyak waktu.
Setelah selesai berbelanja Mew dan Gulf berhenti di parkiran bawah tanah perusahaannya. Tentu saja sejak tadi Mew dan Gulf di ikuti hampir 6 kameramen dan beberapa staf.
"Aku tidak pernah bermimpi di sorot kamera sebanyak ini." Begitu kata Mew saat pertama kali bertemu dengan staf dan kameramen.
"Padahal ini bukan pertama kalinya aku kekantornya mas Mew." Gulf berdecak kagum. Ia mengikuti Mew masuk kedalam ruangannya.
Mew sempat melihat Krist tersedak minumannya melihat Mew dan Gulf dikelilingi kamera. Sementara Max, pria itu malah mengambil cermin sembari menata rambutnya serapi mungkin.
Mew mengambil coca-cola didalam kulkas dan memberikannya kepada Gulf. "Terimakasih"
Mew duduk disamping Gulf dengan canggung. Padahal sejak tadi ia terbiasa dengan kamera, kenapa kali ini ia merasa canggung. Apa karena Max dan Zee sejak tadi memelototi dirinya.
Gulf meminum minuman yang Mew berikan. Setelah itu menaruhnya diatas meja. Gulf juga terlihat sedikit canggung. "Mas kita mulai aja masaknya?" Ujar Gulf pada akhirnya.
"Lebih cepat lebih baik" Timpal Max. Pria itu sangat ambisi disorot kamera.
"Gulf aku udah jelasin ke teman-teman ku yang lain lewat chat. Dan mereka setuju membantu"
Gulf tersenyum kepada Max, Zee, dan Krist.
"Aku kira sahabat mas ada 5 orang?" Tanya Gulf.
"Tul dan Singto lagi ngurus venue konser. Gakpapa mereka bertiga kita jadiin babu?"
Gulf tergelak dan mengangguk. "Gakpapa kok mas."

My Beloved FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang