part 6

28 1 0
                                    

Author POV

Tok tok tok.. Vandah mengetuk pintu ruangan Nathan dengan wajah kesal.

"Pak...... " panggilnya.

"Masukkkk.." suara berat dari dalam.

Cklek.. Vandah membuka pintu dan masuk kedalam ruangan itu. Ternyata Nathan sedang tidur di atas sofa panjang ruangan itu.

"Duduk." ujarnya tanpa membuka mata.

"Maaf Pak. Untuk apa panggil saya." tak ingin berlama lama Vandah langsung bertanya.

"Saya bilang duduk. Kenapa kamu berdiri di situ! Duduk baru saya akan bicara." kesal. Nathan bangun dari tidurnya dan duduk menatap Vandah di depan pintu

Menurut saja, Vandah duduk di sofa tunggal.

"Apa kamu ingat kejadian...... Malam itu?" tanya Nathan ragu ragu.

"Ma.. Maksudnya?" Vandah gugup.

"Saya lupa. Kamu mabuk. Maafkan saya. Tapi. Itu bukan murni salah saya." Nathan memalingkan wajahnya dari tatapan Vandah.

"Jangan karena saya mabuk? Anda bisa memanfaatkan saya Pak! Anda pikir saya ini perempuan apa?? Saya cuma main sebentar di tempat terkutuk itu." Nada suara Vandah mulai meninggi.

"ITU KARENA KAMU MENGGODA SAYA!" Nathan juga tak mau memelankan suaranya.

"Hahah. Waktu itu saya mabuk. Dan tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Tentu saja anda bisa memutar balik fakta sebenarnya bukan?" Vandah tertawa sinis.

"Pastinya kamu sudah menonton rekaman cctv itu kan?? Kamu bisa liat. Siapa yang mulai, sudahlah. Lupakan. Kamu boleh pulang." Nathan memilih berhenti.

"Anda bilang lupakan? Saya sekarang kotor! Itu karena anda. Bagaimanapum anda juga terlibat! Bukan hanya saya!" Vandah meluapkan amarahnya.

"Baik. Saya akan tanggung jawab." jawaban Nathan membuat Vandah bungkam.

"A... Apa?? Maksud?? Nya??"

"Saya akan menikahi kamu."

"Nggak! Anda pikir saya mau?? Sudah stop! Saya mau PULANG!" Vandah berdiri dari sofa dan keluar membanting pintu dengan keras.

"Dasar. Yaudah kalo nggak mau."

Amanda POV

Keluar di parkiran, ternyata bang maul sudah menunggu.

Aku berjalan ke arah mobilku dan membuka pintu mobil.

"Non. Non kok lama banget?." tanya bang Maul menatap ke belakang.

"Maaf Bang. Tadi ada sedikit masalah. Udah bang. Jalan."

"Iya Non."

Sepanjang perjalanan, aku kembali teringat tentang perkataan Pak Nathan tadi.

"Nggak.. Nggak bakal gue mau nikah sama tuh orang idih. Biarin gue gak laku sekalian. Daripada sama dia." kesalku.

"Kenapa Non?" tanya bang Maul.

"Ehh.. Nggak Bang. Jalan aja." hampir saja Bang Maul dengar.

Sampai dirumah, aku masuk dan langsung ke kamarku. Tak menghiraukan Papa dan Tante Wulan yang sedang bercerita di ruang TV.

"Kayaknya gue sakit. Kepala pusing... Haduhh.. Ahhh.. Perasaan gue nggak ngapa ngapain tadi. Dada gue... Awhhh.." aku duduk di ranjangku dan memegang dada kiriku.

"Tuhann.. Semoga ini bukan apa apa.." aku mencoba memejamkan mataku untuk tidur sebentar.

Lapar.. Aku sangat lapar dan memutuskan untuk turun ke dapur.

Bukan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang