part 22

26 2 0
                                    

Amanda POV

Kini aku dan Mama Wulan duduk di kamarku. Nathan benar benar keterlaluan. Berani dia mengusir keluargaku.

"Vandah. Apa disini kamu bahagia?"

"Nggak Mah. Nathan selalu kasar sama aku. Mama nya juga nggak suka sama aku."

"Kamu ikut Mama pulang. Dari pada kamu selalu tersiksa disini. Papa kamu pasti marah besar kalau tau begini."

"Nggak Mah. Aku akan disini sampai lahiran nanti. Habis itu aku akan pergi."

"Tapi Nak. Kamu disini tersiksa batin. Kamu tinggal serumah dengan suami dan istri mudanya. Mama nggak rela kamu tersakiti di sini. Pulang sama Mama." Wulan memeluk Vandah dan menangis.

"Nggak Mah. Aku nggak papa kok. Aku mau saat anak ini lahir, Papanya ada bersama dia."

"Yasudah kalau itu mau kamu. Mama nggak maksa. Kamu sudah USG?"

"Belum Mah. Aku nggak mau USG, biar ini nanti jadi kejutan saat dia lahir."

"Berapa bulan kamu sekarang?"

"Tanggal 22 delapan bulan. Oh iya, Viola gimana kabarnya?"

"Oh, dia baik. Kamu jangan pikirin kata kata Viola yah. Apa pun yang dia katakan sama kamu, jangan di dengarin."

"Iya Mah."

Author POV

Maudy yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka, berencana untuk memberi tau ke Nathan. Tapi saat berjalan melewati Nelly, dia langsung bicara.

"Mama. Tadi Maudy nggak sengaja dengar pembicaraan Amanda dengan Tante Wulan. Tante Wulan mengajak Amanda pergi dari sini." jelas Maudy.

"Apa? Tapi itu sepertinya bagus. Supaya posisi kamu sebagai istrinya Nathan nggak terganggu dengan keberadaan dia."

"Tapi kan Mah. Dia lagi hamil. Pasti Nathan nggak mau dia keluar dari sini." Maudy memelankan suaranya.

"Kamu bisa lihat sendirikan? Nathan itu kelihatan tidak mencintai dia. Selama ini kan Nathan selalu tidur sama kamu. Nggak pernah tuh Mama liat Nathan tidur dengan perempuan itu." jawab Nelly tak suka.

"Kalau begitu nanti Maudy coba bilang ke Nathan. Kira kira apa reaksi dia nanti."

"Oke. Mama mau ke atas dulu." Nelly naik ke lantai dua sedangkan Maudy masuk ke kamarnya.

"Mudah mudahan benar kata Mama, Nathan tidak mencintai Amanda. Tapi kalau memang iya, Nathan nggak cinta sama Amanda, lalu anak itu mau di kemanakan? Nggak mungkin Nathan ninggalin Amanda kalau mereka sudah punya anak. Bagaimana ini? Apa aku akan tetap jadi istri kedua? Anak ini pasti malu kalau tau Papanya punya dua istri.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Sementara itu, Wulan yang dalam perjalanan pulang masih terus memikirkan Vandah.

"Aku ini memang ibu tirinya. Tapi aku sayang dia sama dengan putriku sendiri."

"Kasihan dia. Dia pasti tersiksa tapi tidak mau membebani aku dengan masalahnya."

Lain hal dengan Nathan yang kalah tender, pulang ke rumah dengan wajah merah padam. Kekesalannya berusaha dia sembunyikan. Berjalan masuk ke rumah tanpa mempedulikan Nelly dan Nasya yang sedang duduk bercerita di ruang tamu.

"Mam? Kak Nathan kenapa? Kok wajahnya kayak marah gitu? Biasanya kalau masuk pasti nyapa kan?" tanya Nasya heran.

"Iya, Mama juga bingung sama kakak kamu. Mungkin dia capek kali."

"Mungkin juga."

Nathan masuk kedalam kamarnya dengan Maudy dan membanting pintu kasar.

"Than, kamu kenapa?"

Bukan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang