part 19

16 2 0
                                    

Amanda POV

Aku bangun dari tidurku, mengambil ponselku dan melihat jam. Sudah pukul tujuh pagi.

Tok Tok Tok Tok!! ada yang mengetuk pintu.

"Kak Vandah... Aku boleh masuk?" sepertinya itu Nasya.

"Iya, masuk aja.. Pintunya nggak dikunci kok."

Benar. Nasya masuk dengan senyum hangatnya.

"Nasya,"

"Kak Vandah nggak keluar buat sarapan?" tanya Nasya yang ikut duduk di ranjang.

"Nggak Nay. Aku nggak lapar." aku mencoba tersenyum.

"Iya, Nasya tau kok. Kakak nggak lapar. Tapi pasti ponakan aku yang lapar." dia tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.

"Kenapa kamu baik sama aku Nay, padahal kita baru saja saling kenal."

"Boy bilang ke aku. Kalau Kak Vandah itu orang baik. Dan karena sekarang Kak Vandah jadi ipar aku, makanya sesama ipar, kita harus saling peduli dan sayang."

Ternyata Nasya ini punya hati yang sangat baik.

"Makasih yah. Maudy sekarang hamil? Kapan mereka menikah?"

"Hah?! Kak Nathan nggak kasih tau sama Kakak? Hampir dua bulan yang lalu Kak. Iya. Sekarang Kak Maudy hamil muda. Makanya sering bangat mual."

Aku tersenyum miris, sama seperti aku dulu.

"Dulu aku juga seperti itu Nay. Tapi Nathan selalu ada buat aku. Kita ngelakuin sesuatu sama sama, kita selalu barengan.. Nggak tau sekarang mengapa Nathan berubah. Dia tidak lagi peduli sama aku dan anak ini." tak terasa air mataku keluar begitu saja.

"Jangan nangis Kak. Aku sama Boy ada buat kakak. Apapun respons Kak Nathan nanti, aku nggak peduli."

"Makasih yah Nay. Nggak usah panggil Kakak, panggil Vandah saja. Malah kamu yang mungkin lebih tua dari aku."

"Iya Van." Nasya memelukku.

Author POV

Nasya menunggu Vandah mandi dan meminjamkannya baju. Setelahnya mereka turun ke lantai utama.

Nathan yang melihat itu, memanas manasi Vandah.

"Sayang. Ini susunya. Jangan berhenti minum yah. Biar anak kita sehat terus."

"Iya Than. Makasih yah." Maudy mengambil susu itu dari tangan Nathan.

"Sayang. Nanti temanin aku yah sama Vandah. Beli baju buat Vandah sekalian sama buat dedeknya." Nasya juga tak mau kalah.

"Biii!! Bi Sumi. Tolong bereskan kamar yang di samping kamar saya yah. Kasihan kakak ipar saya lagi hamil. Nggak bisa kerja yang berat berat. Takut terjadi apa apa sama janinnya." Nasya menyindir.

"Nay. Nanti aku aja yang rapikan."

"Nggak apa apa Van. Ayo jalan. Nanti kita sarapan diluar aja. Ayo sayang."

Nasya menggandeng Vandah dan berjalan keluar mengikuti Boy.

"Kandungan istri kamu itu berapa bulan Than?" tanya Nelly.

"Enam hampir tujuh Mah."

"Oh tapi perutnya kayak agak lebih besar."

*****

Di kampus, Army, Meyra dan Karin sedang mendiskusikan tentang Vandah.

"Benarkan? Ini alamat rumah Pak Nathan?" tanya Army.

Bukan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang