part 21

26 2 0
                                    

Author POV

Nasya melambai ke mobil Boy yang meninggalkan halaman rumah besar itu.

"Nay? Boy kemana?" tanya Vandah yang baru saja keluar.

"Eh Van, Boy ada tugas kerjaan di luar kota. Sebulan mungkin baru dia akan pulang. Katanya dia bakal bawah oleh oleh buat ponakannya ini." Nasya tersenyum hangat.

"Makasih ya Tante." Vandah membuat suara seperti anak kecil.

"Sama sama.. Udah rapih mau kemana?"

"Mau jalan sama teman teman Nay. Mau ikut?"

"Boleh, aku ambil tas dulu yah."

Sepeninggalan Nasya, Nathan dan juga Maudy keluar. Vandah sama sekali tidak mempedulikan mereka.

"Mau kemana kamu?"

"Jalan."

"Dengan siapa?"

"Teman."

Mobil yang Army masuk ke halaman rumah.

"Tuh."

"Army?"

"Iya. Army, Karin dan Meyra."

"Nggak ada. Tinggal dirumah!"

"Untuk?"

"Nay, ayo. Teman aku sudah datang." aku mengajak Nasya tanpa mempedulikan Nathan dan Maudy.

"Pak, saya pinjam sebentar." Army menurunkan kaca mobil setelahnya mobil itu berjalan.

"Than? Kenapa kamu larang?" tanya Maudy.

"Nggak. Saya berangkat." Nathan mengeluarkan motornya dari garasi dan segera pergi ke kantor.

Dalam hatinya, Nathan memaki dirinya sendiri karena tidak senang Amanda jalan dengan Army.

Amanda POV

Aku, Nasya dan Meyra duduk di bangku belakang. Sedangkan Army mengemudi dan Karin duduk disamping bangku pengemudi.

"Kenalin. Ini Nasya, adiknya Nathan. Iparku. Nay, yang bawa namanya Army, yang disamping aku Meyra, dan di depan Karin."

"Salam kenal yah," balas Meyra.

"Iya salam kenal." jawab Army dan Karin.

"Kenal kan? Sama Kak Boy? Anak IPS 1 ketua OSIS.. Nasya ini istrinya Kak Boy." aku menjelaskan ke mereka.

"Oh... Kak Boy Arganta?" tanya Army.

"Iya." jawab Nasya.

"Nanti salamin yah, dari Karin dan Meyra." kata Karin dan Meyra.

Kami turun di sebuah Mall dan berbelanja disana.

Singkat cerita, aku dan Nasya kembali ke rumah.
Saat masuk ke dalam rumah, Mama Nelly sedang duduk berbincang dengan Maudy.

"Kamu dari mana Nay? Bawa belanjaan sebanyak itu?" tanya Nelly.

"Oh. Ini pakaian bayi."

"Kenapa kamu bawa sendiri. Perempuan itu nggak bawa juga? Nyiksa kamu juga kan?" sinis Nelly.

"Mama ini apa apaan sih. Ayo Van. Nggak usah di dengarin omongannya Mama."

Aku merasa tidak enak selalu merepotkan Nasya dan Boy.

"Udah Nay. Biar aku bawa separuhnya."

"Nggak Van. Aku bisa kok. Ayo jalan duluan." kami naik kembali ke kamarku.

"Nanti malam aku tidur disini sama kamu. Boleh kan?" tanya Nasya.

"Boleh. Nathan juga pasti tidak akan kesini."

Bukan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang