part 27

107 5 1
                                    

Author POV

Setelah Vandah di bawa masuk ke dalam ruangan, Army bersama Karin dan Meyra menunggu di luar dengan wajah cemas.

"Ahh.. Sakitt!! Dokter.. Perut saya sakit sekali. Tolong saya dokter.. Hikss. Arghh!!" suara wanita malang itu dari dalam membuat mereka semakin bersedih.

"Kabarin Nasya Ar, tapi bilangin ke dia, jangan bawa Pak Nathan sialan itu." kesal Karin.

"Iya. Kalau Pak Nathan kemari, nggak pakek toleransi gue maki maki ntar. Jangan lupa Tante Wulan juga di kabarin." tambah Meyra.

"Iya bentar."

Sementara itu, Nasya yang menerima pesan dari Army, buru buru menemui Boy.

"Boy. Ayo kita ke rumah sakit. Vandah masuk rumah sakit sekarang. Ayooooo."

Nathan yang melihat Nasya menarik narik tangan Boy pun menghampiri mereka.

"Nay. Kamu ini kenapa tarik tarik Boy seperti itu? Ini ada apa?" tanya Nathan heran.

"Ini Than, Nasya bilang Va.. Aduhh!!" kata kata Boy terpotong karena Nasya mencubit lengannya.

"Nggak ada apa apa kok Kak. Ini, aku ajak Boy buat belanja. Sore ini ada diskon besar besaran di Mall. Udah yah Kak. Byee, ayo sayang. Buruan." Nasya buru buru menarik tangan Boy pergi.

Sepeninggalan mereka, Nathan bertanya tanya sendiri.

"Hah? Nasya bilang diskon? Tumben. Se tau aku, dia sama Mama kan nggak pernah tergoda sama diskon. Sekali beli nggak pernah pusingin harganya. Yaa tapi udahlah. Bodoh, mungkin dia mau belajar hemat." Nathan mengangkat bahu malas dan kembali masuk ke dalam rumah.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Wulan juga Nasya sampai di rumah sakit.

"Aduh. Kalian ketemu Vandah dimana? Kondisinya gimana?" tanya Wulan panik.

"Kita semua berdoa aja Tante, Vandah.. Dia di kurung sama Pak Nathan di rumah baru mereka." jawab Karin.

"Tante, saya minta maaf atas kelakuan Kakak saya. Sejujurnya saya tidak tau apa penyebab Kakak saya jadi berubah seperti ini. Padahal Kakak saya tidak pernah kasar dengan perempuan sebelumnya." jelas Nasya.

"Udah Nay. Kita berdoa aja." kata Boy ke Nasya.

"Kak Boy? Apa kabar?" tanya Meyra.

"Oh, baik. Kamu kenal saya?"

"Kita semua temannya Vandah. Yang jadi adik kelas Kak Boy waktu itu." Karin menjawab.

"Oh ya? Maaf yah, saya nggak ingat."

Tak lama setelah mereka berbincang bincang, dokter yang menangani Vandah keluar dari ruangan tersebut.

"Maaf, dengan keluarga pasien?" tanya sang dokter.

"Iya Dok. Saya Mamanya. Bagaimana kondisi anak saya?" tanya Wulan panik.

"Syukurlah Bu. Mbak Amanda melahirkan normal. Dan bayinya kembar keduanya perempuan. Tapi, kondisi pasien sangat lemah. Pasien ingin bicara dengan keluarganya." kata Dokter.

"Tante masuk yah?" buru buru, Wulan masuk dan menemui Vandah yang terbaring lemas di atas tempat tidur rumah sakit.

"Sayang. Anak kamu kembar loh. Perempuan lagi. Kamu merasa gimana sekarang?" tanya Wulan.

"Dada aku sakit Mah. Di luar ada siapa?" tanya Vandah dengan suara lemah.

"Army, Karin, Meyra, Nasya dan suaminya."

"Panggil Army sama Nasya Mah. Aku mau bicara."

"Iya. Tunggu sebentar yah."

"Army, Nasya, Vandah mau bicara." Wulan keluar dan memanggil keduanya.

Saat mereka masuk, Nasya tak kuasa menahan air matanya.

"Vandah. Maafkan aku. Aku nggak tau dimana kamu di sembunyikan sama Kak Nathan. Akhirnya kondisi kamu jadi begini." tangis Nasya pecah.

"Aku nggak papa Nay. Tenang aja." Vandah tersenyum.

"Aku mau tanya, siapa nama mantannya Nathan. Dia bilang katanya mau kasih nama anaknya pakai nama itu." perkataan Vandah membuat Wulan ikut meneteskan air mata.

"Kezia Van..." jawab Nasya.

"Tuhan. Kenapa bisa sama?" Vandah membatin.

"Kamu penolong aku dan anak anak aku Ar. Aku nggak tau kalau kamu nggak ada tadi. Mungkin aku lahiran sendiri di kamar itu."

"Aku sayang sama kamu Van. Kamu jangan mikir apapun. Jaga kesehatan kamu." jawab Army tersenyum.

"Aku mau, kamu kasih satu nama untuk mereka." kata Vandah ke Army.

"Angel. Mereka itu malaikat. Dan cantik seperti bidadari. Aku kasih mereka nama, Angel." jawab Army.

"Berarti, Kezia Angella Nathania dan Nezia Angelie Nathasia. Nama yang indah." begitulah Amanda menamai kedua anaknya.

"Aku kayaknya nggak bakal bertahan Mah, Nay, Ar." Vandah menangis pilu.

"Van. Kamu jangan ngomong begitu." kata Nasya yang juga ikut menangis.

"Iya Nak. Jangan bicara seperti itu." tegur Wulan.

"Nggak Van. Anak anak kamu masih butuh kamu Van. Kamu pasti kuat." Army mengelap wajahnya kasar.

"Mah. Kezia, aku titip ke Mama. Aku mohon sama Mama juga Papa. Jaga dia dan sayangi dia. Dan kamu Nay, aku serahkan Nezia ke kamu. Nezia Arganta. Bilang ke Nathan, dia nggak butuh anak anak ini. Sebentar lagi dia juga akan punya anak lagi. Bilang juga ke Meyra dan Karin Ar, aku sayang mereka. Arrgghh!!! Sakitt!!" Vandah tiba tiba langsung menutup matanya.

"VANDAH!! Bangun Van.. Bangun." Army memeluk tubuh yang terbaring lemah itu.

"Vandah.. Dokterrr!! Suster!!" Nasya berteriak memanggil dokter dan suster.

Mereka semua bingung mengurus siapa, karena kedua bayi itu juga menangis keras saat ibu mereka menutup matanya.

"Kesempurnaan, di rasakan dengan ketulusan dan keikhlasan menerima apa adanya.

       Kehilangan orang yang kita               
      sayangi, adalah tempat kita belajar
      untuk kuat tanpa sosok itu"

~Amanda A

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang