20.November 1984

240 18 14
                                    

Ketemu lagi hari rabu
Hari yang masih abu abu
Entah aku ini masih milikmu
Atau hanya kenang masa mudamu

Adhi menghisap dalam dalam rokoknya... Matanya memandang secuil langit malam yang terlihat di pintu kereta.... Langit kami sama.... Tapi asing saja yang meraja....nji.... Lirih hatinya memanggil si mungil...

Sebuah tangan lentik memegang bahunya... "Mas Adhi..... " Lirih sang perempuan... Adhi spontan berdiri dan membantu perempuan itu berjalan....

"Umi ngapain kesini....? " Ujar Adhi khawatir....

Sang perempuan tertawa  "Belum terbiasa sama panggilan itu, aku bosan mas... Abah..... Mau temenin kamu di sini aja... " Ujar sang perempuan seraya berjongkok di samping Adhi...

"Dedek kangen abahnya" Ujar sang perempuan seraya menghempaskan kepalanya di pundak  Adhi , si pria tersenyum masam dan mengusap lembut perut sang perempuan...

"Aku egois ya... Ajak kalian naik kereta ekonomi? " Lirih Adhi, Arum menggeleng...

"Kita harus membiasakan mereka begini... Lagi pula lihat Tama begitu excited... Semua tukang jualan dipanggilin" Ujar si perempuan senang...

"Abah.... Umiiii.... Tamanya bangun nyariin" Suara seorang laki laki menghampiri mereka berdua.... Bocah umur satu Tahun itu berhenti menangis melihat ayah dan ibunya...

"Tama baik baik? " Ujar Adhi seraya menggendong bocah ramping itu.. Si anak mengangguk  ... "Ndak ganggu aki? " Lanjut Adhi... Tama menggeleng sambil tertawa lucu...

"Balik kulciiiii" Ujar Tama kecil yang tampak senang di gendongan ayahnya... Tangannya yang kecil dengan sigap memegang pipi berjanggut Adhi...

"Abah..... " Ujar si kecil dengan mata besarnya...

Aki membantu Arum bangun kemudian berjalan pelan ke pintu gerbong

"Abah bau cedihhhhh" Cengir Tama, Adhi terdiam sesaat... Matanya dan mata Arum berpandangan

"Aku selalu bilang jangan ganggu Abah kalo lagi ngerokok... Abah lagi sedih, jadi dia pikir sekarang kalo abah bau rokok... Berarti abah lagi sedih"

"Gimana sedih kan ada tama.... " Lirih Adhi seraya menepuk lembut Pipi Tama..

"Ada adik juga.....? " Timpal Tama ceria..

Adhi mengangguk "iya dong... Ada adik, Umi.... Aki... " Ujarnya seraya kembali memasuki gerbong

**********

"Aku gak akan di bunuh kan mas? " Ujar Panji dengan suara gugup ketika Motor yang dia dan Adhi tumpangi berbelok ke arah piyungan, sejak tadi pagi dijemput di stasiun Tugu mukanya terlihat muram dan lemas

Panji sudah membelikannya gudeg dengan ekstra krecek . ... Air hangat untuk mandi... Bahkan  meninggalkannya seharian untuk istirahat.... Tapi Adhi tetap diam

Apa dia ditolak pejabat pejabat itu? Apa skripsinya mendapat ganjalan lagi?

The eternity origins : 1979Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang