22.Epilog

404 18 13
                                    

1999

Panji melihat Itinerary yang dibuatnya sekali lagi seraya tersenyum, malam itu di meja kerjanya.... Sudah lama sekali berlalu sejak 1979

Dengan segala keberanian minggu lalu Panji menelepon ke nomor yang tertera pada kartu nama dalam Parcel Natal yang dikirimkan oleh sebuah usaha Jasa ekspedisi yang terasa familiar....

Berkah Hidayat....

Kata berbalas kata, tangis berbalas tangis, akhirnya dia dan sang Pemilik... Si Tampan yang makin ndut Haryadhi Hidayat sepakat untuk bertemu di Jogja

Ini salah... Karena mereka berdua masing masing sudah mempunyai kehidupan dan keluarga masing masing, namun demi masa lalu... Penutupan... Atau apapun itu Panji merasakan urgensi untuk bertemu dengan Adhi

..... Sampai jumpa Rabu depan mas.... Lirihnya...

"Papa... Bisa bantu aku bikin PR? " Sebuah kepala menyembul dari pintu ruangan, Panji terburu buru menyembunyikan kertas hitungannya dan memasukkannya ke kantong

"Mrene dhi..... " Senyumnya Hangat, Leonard Adhiwira , anak pertamanya yang lahir sepuluh tahun Lalu.. Tampak kesulitan dengan PRnya , Panji melihat buku milik anaknya seraya mencorat coret menjelaskan

"Kenapa Adhi tertawa? " Lirih Panji melihat putranya tersenyum malu malu

"Biasanya Papa ngomel kalo bantu Adhi mengerjakan soal matematika? " Ujar sang Putra , Panji terdiam dan kemudian tertawa rikuh

"Memang mama kemana? " Timpal Panji kemudian

"Setelah menidurkan adik Mama belum keluar dari kamar, kayaknya sedih deh... " Jelas Adhi

Panji mengangguk angguk seraya berdiri "mas Adhi selesaikan tugasnya dulu... Nanti Papa periksa? " Senyum Panji seraya mengacak lembut kepalanya

"Siap Papa " Cengir Anaknya....

**********
1980

"Kamu gak coba tembus beringin dik panji? " Ujar Adhi sambil menerawang ke langit malam.... Mereka berdua terduduk bersila di tengah lapangan sambil memakan wedhang ronde hangat.... Wisatawan lokal maupun luar Kota asyik berkegiatan di sana malam itu.... Hingar bingar namun syahdu.... Khas kota tempatnya belajar....Yogyakarta

"Buat apa? " Dengus Panji tidak tertarik

"Kabarnya kalo bisa tembus, keinginanmu akan tercapai.... " Lanjut Adhi terkekeh

"Aku udah Tembus mas.... Kurasa keinginanku sudah tercapai.... " Ujar si mungil Asal, Adhi spontan melemparinya dengan kerikil

"Mesum..... " Ujar Adhi terpingkal

Panji tersenyum simpul... "Bukan cuma bagian belakangmu mas, kamu izinin aku tembus hatimu.... Tembus Jiwamu.... Tembus otak brilyan mu.... Aku laki laki paling beruntung di dunia kan? " Ujarnya sambil memandang mata Adhi yang beralis tebal

"Kalo gitu aku lebih beruntung daripada kamu... " Senyum Adhi lagi

"Kenapa gitu? " Dahi panji mengerenyit

"Tubuh mungilmu lebih enak dipeluk dibanding tubuh bongsorku.... " Ujarnya dalam tawa

Panji balas tersenyum, Adhi bisa melihat wajah Malu malunya dalam temaram malam....

Wajah yang sungguh mati ia ingin lindungi

*********

"Mama..... " Ujar Panji ketika membuka kamar tidur, dilihatnya si kecil yang tertidur di ranjang sementara sang istri duduk bercermin sambil memakai krim malamnya....

"Pa... " Senyum si perempuan sedikit terpaksa, Panji terdiam melihat cermin mata mereka berpandangan dalam diam... Dikecupnya perlahan leher wanita itu

"Adhi bilang Mama kelihatan sedih... Kenapa? " Mulai Panji yang terduduk di ranjang, si perempuan tersenyum getir....

"Apa sekarang terlihat sedih...? " Timpal sang istri

"Sekarang terlihat seram" Cengir Panji yang segera mendapat lemparan sponge bedak dari sang istri...

Perempuan itu kemudian menarik napas panjang "kalo nanti aku kehilangan satu persatu rambutku dan menjadi sangat kurus kan juga menyeramkan Pa? " Ujarnya mencoba untuk tenang...

"Maksudmu? " Ujar Panji dengan dahi mengerenyit

Si perempuan mengangkat bahu "kanker Mulut rahim stadium awal... Aku harap ini bisa diobati... Tapi kalau sekiranya perlu... Aku akan kemoterapi"

Panji terperangah.... "Nggak.... " Lirihnya

"Dua dokter rumah sakit besar, diagnosa persis sama... Sudahlah Pa...kau suka atau tidak... Aku kena Kanker... Dan aku mau sembuh... " Cerocos si perempuan....

Panji tersenyum dan memeluk perempuan itu "suka atau ndak... Kamu akan selalu mengejarku kan Yu? .... Suka atau ndak... Kamu selalu ada untuk setiap babak belurku? Jadi sekarang suka atau ndak... Kamu harus mau kutemani sampai sembuh... "

"Nji.... " Lirih Ayu... Segenap jiwa raganya terasa lelah sekarang....

"Kita jalanin bareng bareng sayang... " Lirihnya sambil mengeratkan pelukan...tiba tiba pintu kamar terbuka... Sebuah kepala kecil keluar dan tersenyum

"Boleh Adhi bobo di sini? Hujan di luar... Adhi takut petir.... " Lirih si bocah...

"Yuk sini.... " Lirih Ayu, sang bocah bersorak... Kemudian dengan sumringah memasuki kamar

**********
Rabu itu

Haryadhi menarik napas panjang "dia tadinya mau merayakan masa lalu bersamaku disini Tapi tiba tiba dia dapat kabar kalo istrinya punya kanker rahim... Stadium awal sih tapi tetap gak bisa ditinggalin" Lirih om Haryadhi mendung.

"Istri? " Sang guide muda terperangah
Haryadhi terbengong dan sesaat mengusap wajahnya..... Mampus

"Ke... Kenapa Ti...? " Ujarnya mencoba mengalihkan pembicaraan

"Om Adhi tadi bilang, Istri? " Ulang sang Pemuda perlahan

"Iya.... Kenapa emangnya? " Ujar Haryadhi dengan senyuman misteriusnya

The Eternity Origins : 1979
Tamat

Sungai Liat 05.02.2021

The eternity origins : 1979Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang