Pagi harinya, Murni begitu antusias saat Hadi mengajaknya ke bidan untuk memastikan kehamilannya.
Sampai di Puskesmas, Murni langsung diperiksa. Kemudian diminta untuk tes urine. Dua garis warna pink terpampang jelas di atas testpack. Murni menjerit histeris, bahagia. Pun dengan Hadi.
Saat dalam perjalanan pulang dari puskesmas. Senyum semringah terus menghiasi bibir tipis Murni.
Murni mendadak menghentikan langkah dan menggenggam lengan Hadi erat. “Ya ampun, Mas, ini bukan mimpi, ‘kan? Aku beneran hamil, ‘kan, Mas?” tanyanya kemudian sambil menatap suaminya lekat. Ia masih tak percaya jika kini dirinya telah mengandung.
“Iya, kamu beneran hamil, Dek!” tandas Hadi.
Murni lantas mengusap dan menatap perutnya. Hadi tersenyum bahagia melihat tingkah istrinya.
“Nak, ibu nggak sabar menunggu kamu lahir ke dunia ini,” lirih Murni masih sambil mengusap-usap perutnya.
“Sudah, ayo kita pulang!” ajak Hadi. Murni mengangguk kemudian berjalan sambil menggandeng tangan suaminya.
Saat sampai di sebuah persimpangan, Murni dan Hadi berpapasan dengan Ibu Markonah dan beberapa ibu-ibu lain yang hendak pergi pengajian mingguan.
“Duh, pengantin lama, bahagia banget kayaknya? Habis dapat apa, sih? Harta karun?” celetuk Ibu Markonah meledek.
Murni siap melontarkan jawaban, tapi dilarang dengan gelengan pelan oleh Hadi.
“Kita memang selalu bahagia, Bu. Maaf, kami permisi mau pulang,” pungkas Hadi lantas menarik lengan Murni berlalu.
“Mas kenapa, sih, tadi larang aku buat bicara. Padahal aku udah gak sabar pengen bungkam mulut lemesnya Bu Markonah. Aku udah gak sabar pengen menyiarkan berita kehamilanku ini ke semua orang,” sungut Murni.
“Sabar, Dek! Jangan dulu disiarkan! Kan, usia kehamilanmu masih sangat muda. Kata orangtua pamali. Terpenting kita kasih tahu keluarga aja dulu,” ujar Hadi mencoba memberi pengertian pada istrinya.
Murni berdecak kesal, kemudian berlalu ke kamar dengan langkah gusar.
***
Usai membagi kabar bahagia dengan Darto dan Lasmi selaku orangtuanya Murni. Hadi mengajak istrinya untuk berkunjung ke rumah orangtuanya yakni Samirah dan Saidi.
Murni pun pamitan dengan kedua orangtuanya. Lantas menuju ke rumah mertuanya.
“Akhirnya, kita akan segera menimang cucu, Pak,” ucap Samirah, “syukur deh, ternyata kamu nggak mandul, Mur,” lanjutnya. Murni hanya tersenyum samar mendengar kata ibu mertuanya.
Ada rasa puas dalam hati Murni karena pada akhirnya bisa mematahkan olokan orang-orang yang mengatakan bahwa dirinya mandul.
“Akan kubungkam mulut orang-orang yang dulu mengolok diriku mandul. Lihat saja nanti,” batin Murni penuh tekad.
“Oh, ya, bapak mau cerita,” ucap Saidi.
“Cerita soal apa, Pak?” sela Hadi tak sabar.
“Ayam cemani bapak hilang dua ternyata. Sepasang. Dan bapak baru menyadari beberapa hari lalu,” papar Saidi.
Murni dan Hadi saling pandang. Ayam yang dimaksud Saidi hilang, adalah ayam yang diambil oleh Hadi dan dijadikan persembahan kala itu.
“Eum, maaf, Pak. Sebenarnya ... ayamnya aku yang ambil,” terang Hadi kemudian.
“Buat apa?” tanya Saidi. Sedang Murni dan Samirah hanya duduk diam menyimak sambil sesekali menyeruput teh.
“Jadi, gini Pak. Waktu itu Murni sudah ngidam. Dia sangat ingin makan ayam cemani goreng. Pas aku ke sini mau izin, Bapak sama Ibu nggak ada. Jadi, aku bawa dua,” dalih Hadi.
“Oh, gitu. Kalau memang dikonsumsi, ya, nggak apa-apa. Asal jangan dibuat aneh-aneh,” sahut Saidi.
Murni menelan ludah, mendadak sangat ingin makan belatung yang ada pada bangkai manusia.
“Mas, kita pulang, yuk!” ajak Murni. Hadi mengangguk dan langsung pamitan pulang pada kedua orangtuanya.
Sampai di rumah, Murni mengutarakan keinginannya. Hadi memekik tak percaya.
“Kamu ini semakin hari, kok semakin aneh-aneh aja, to Dek, ngidamnya?” lirih Hadi.
Murni terus merengek memohon agar Hadi menuruti keinginan nyelenehnya itu.
“Ya, sudah, nanti malam kita gali kuburan. Semoga kita nemu belatungnya, ya.” Hadi akhirnya nurut, seolah terhipnotis. Murni mengangguk antusias, dan tak sabar menunggu malam tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK IBLIS
HorrorMurni dan Hadi adalah pasangan suami istri yang sudah lama menikah, tapi belum juga dikaruniai keturunan. Berbagai macam cara telah mereka lakukan demi mendapat seorang anak, baik secara medis atau non medis. Namun, tidak kunjung membuahkan hasil. S...