Mendengar jeritan Ayu dan Asti semua temannya berlari mendekat. Pun Hadi yang semula sudah tidur terbangun dan langsung keluar kamar berdiri di sebelah sang istri yang masih menatap Ayu juga Asti dengan tatapan keheranan. Semua yang datang pun bertanya 'ada apa' tetapi Ayu juga Asti hanya diam sambil menatap Murni penuh rasa takut sekaligus heran juga.
"Kamu apakan mereka?" tanya Hadi dengan penuh kehati-hatian pada istrinya yang memang agak sensitif setelah kedatangan anak dari kota itu.
Murni melirik tajam Hadi, lalu bibirnya mengerucut beberapa detik. Tatapan sinis Murni lalu beralih ke Ayu dan Asti, sehingga membuat nyali kedua gadis di hadapannya itu makin ciut.
"Aku tidak apa-apain mereka. Merekanya aja yang lebay!" ujar Murni sinis, kemudian berlalu ke dapur guna minum. Hadi meminta maaf atas sikap istrinya itu. Semua berusaha memaklumi, karena sikap orang hamil kadang memang emosional sebab hormon. Asti dan Ayu menoleh ke dapur sekali lagi, sosok Murni tinggal satu yang sedang minum saja. Satunya telah lenyap entah ke mana.
Dimas dan yang lainnya lantas menggiring Ayu juga Asti kembali ke atas tikar yang menghampar di ruang tamu. Semua duduk mengitari keduanya. Lalu bertanya 'ada apa' dengan nada lirih. Ayu bungkam, ia tak punya cukup tenaga untuk menjelaskan, tubuhnya terasa lemas dan gemetar pasca kejadian menyeramkan tadi. Sebelumnya, Ayu belum pernah dan tidak begitu percaya dengan hal mistis, tetapi setelah kejadian di rumah ini, dia berubah pikiran.
Sementara Ayu hanya diam dan berusaha mencerna yang telah terjadi. Asti menjelaskan pada semua temannya tentang apa yang membuatnya dan Ayu tadi berteriak. Sontak semua pun terdiam sesaat. Lalu, semua sibuk dengan spekulasi masing-masing hingga akhirnya tertidur.
***
Ayam berkokok dan burung-burung pun bersahutan. Sehingga membuat rombongan anak dari kota itu terusik, lalu terbangun satu per satu. Dipta yang paling pertama bangun membuka mata. Saat menyadari hari telah terang, ia membangunkan yang lain. Tanpa menunda lagi, semua pun bangun dan langsung pamitan usai mengucapkan terima kasih.
"Nggak nunggu sarapan dulu?" tanya Hadi ramah.
"Nggak usah, Pak. Terima kasih banyak. Maaf, ya, Pak, Bu, kami sudah banyak merepotkan selama di sini," ujar Dipta mewakili.
"Ya, sama-sama. Saya juga minta maaf kalau dalam menyambut dan menjamu kalian selama di sini ada yang kurang berkenan," balas Hadi. Sedangkan Murni masih saja menunjukkan ekspresi juteknya.
****
Sesampainya di rumah yang mereka kontrak, para pemuda itu menghela napas lega. Entah kenapa setelah keluar dari area rumah Murni dan Hadi terasa lega dan plong. Semua merasa seolah baru saja keluar dari dunia lain.
Ayu pun baru bisa menceritakan apa yang dia lihat dan rasakan saat di rumah Murni secara gamblang. Ayu melihat wajah bayi yang sangat menyeramkan menyembul keluar dari perut Murni. Tidak hanya itu, bayi itu menjulurkan lidahnya yang panjang dan hampir menjilat hidungnya. Aroma lidah bayi itu sangat busuk, itulah yang membuatnya pingsan.
Selain itu, Ayu juga merasakan hawa yang sangat tidak nyaman saat berada di rumah Murni. Ia merasa seperti diawasi dari berbagai sudut. Lalu, ketika dijamu saat baru datang, yang Ayu lihat pisang goreng itu seperti daging busuk yang banyak belatungnya.
"Kalau soal hawa aneh, aku juga merasakannya," sahut Dimas. Pun yang lain mengaku merasakan hal serupa. Namun, untuk penglihatan yang aneh-aneh, hanya Asti dan Ayu yang melihat.
"Put, kamu kan indigo, masa selama di sana nggak melihat sesuatu, sih?" tanya Asti penasaran.
"Aku cuma melihat aura hitam menyelimuti Bu Murni. Kemudian pas tidur bermimpi lihat ada orang laki-laki dan perempuan sedang membawa sesajen pergi ke suatu tempat. Hanya itu sejauh ini yang aku tangkap," jelas Putri.
"Sepertinya memang ada yang tidak beres dengan rumah Bu Murni." Ruli menimbrung. Beberapa mengangguk sepakat.
"Kalau begitu kita lanjutkan menyelidiki rumah Bu Murni," ujar Andre bersemangat.
"Aku rasa itu ide yang bagus. Feelingku, semua kekacauan yang terjadi di desa ini berasal dari rumah itu," kata Wendi menimpali.
"Jangan terlalu cepat berspekulasi. Nanti jatuhnya fitnah kalau dugaanmu itu salah." Dipta ikut bersuara.
"Tapi, apa alasan kita selanjutnya untuk menyelidiki rumah Bu Murni?" tanya Ruli. Semua diam sejenak berpikir.
"Kita pura-pura meliput keseharian mereka saja. Gimana?" usul Asti. Semua pun sepakat dengan ide itu.
***
Hari ketiga, Dipta dan Andre juga Dimas yang bertugas meminta izin untuk meliput keseharian Murni dan Hadi. Sisanya tetap stay di kontrakan mengerjakan tugas masing-masing. Ada yang masak, beberes, belanja, mencuci. Semua kebagian tugas.
Hadi tidak keberatan dengan rencana peliputan itu. Namun, Murni menolak mentah-mentah. Andre mewakili berpamitan sekaligus minta maaf atas gangguannya. Hadi memaklumi dan berjanji akan mencoba membujuk istrinya agar memberikan izin.
"Gimana?" todong Wendi, saat Dimas, Andre dan Dipta baru saja datang. Ketiganya kompak menjawab dengan gelengan lesu.
"Pak Hadi tidak keberatan, tapi Bu Murni menolak kesehariannya diliput," imbuh Dimas.
"Terus hari ini kita ngapain?" tanya Ruli.
"Eum, kita mending wawancara warga lain aja mengenai isu bola mata mayat gadis yang hilang itu." Semua sepakat dengan ide Wendi. Usai makan dan ngopi, semua berjalan mengelilingi desa yang penduduknya tinggal sedikit itu.
***
"Waduh, Dek, kalau nanya soal itu, mohon maaf, saya tidak mau menjawab." Begitulah jawaban warga saat diwawancarai perihal bola mata mayat yang hilang. Semua kompak bungkam, bahkan ada yang langsung menutup pintu rapat-rapat. Menurut satu-satunya artikel yang berhasil diunggah oleh konten kreator sebelumnya, setiap ada yang nanya soal bola mata itu, seolah ada kekuatan gaib yang tidak suka kalau berita itu diulik. Siapa saja yang berusaha mencaritahu atau memberitahu akan mati secara tragis.
Merasa usahanya untuk mencari tahu tidak membuahkan hasil, Dipta bersama temannya memutuskan untuk pulang guna istirahat. Jalan yang mereka lewati kali ini melewati rumah Murni. Tepat saat sampai di depan rumah Murni, Putri dikagetkan dengan kemunculan sosok gadis tanpa bola mata yang menunjuk rumah berdinding bata merah itu.
"MEREKAAA!!!" teriak sosok gadis tanpa bola mata itu penuh amarah dan dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK IBLIS
HororMurni dan Hadi adalah pasangan suami istri yang sudah lama menikah, tapi belum juga dikaruniai keturunan. Berbagai macam cara telah mereka lakukan demi mendapat seorang anak, baik secara medis atau non medis. Namun, tidak kunjung membuahkan hasil. S...