KEMATIAN TRAGIS

110 3 0
                                    

Setiap bayi yang lahir di Desa Kembangan tidak ada yang bertahan lebih dari sebulan. Semua meninggal dengan kondisi mengenaskan. Penyakitnya misterius sama seperti bayi Trisno dan Sri. Sementara janin di dalam kandungan Murni justru makin aktif. Murni santai saja menanggapi fenomena yang terjadi di desanya itu. Sedangkan Hadi mulai menyadari dan mengaitkan dengan kondisi bayinya. Setiap ada bayi yang meninggal, janin di perut istrinya terlihat sangat aktif.

'Apa mugkin bayi-bayi itu energinya diserap oleh janin yang dikandung istriku?' batin Hadi berspekulasi, 'Tapi, apa mungkin seperti itu? Ah, tidak mungkin,' lanjutnya mematahkan angannya sendiri.

***

Sejak banyak bayi meninggal karena penyakit misterius, sebagian warga berspekulasi bahwa desanya telah terkutuk. Sebagian penduduk memilih pindah ke desa lain, bahkan ada yang merantau ke luar pulau. Desa Kembangan pun makin sepi dan mencekam diselimuti berbagai isu mistis.

Tidak hanya soal bayi yang meninggal karena menderita penyakit misterius. Orang-orang yang menyelidiki hilangnya kedua bola mata mayat gadis kala itu juga meninggal secara tragis. Termasuk Bu Yati dan polisi yang bertugas menyelidiki kasus tersebut. Hingga pada akhirnya tak ada yang berani melanjutkan penyelidikan kasus tersebut.

Salah satu keluarga gadis yang bola matanya hilang bersikeras meminta penyelidikan dilanjut pun pada akhirnya meninggal secara tragis. Penyebab kematiannya misterius. Keluarga yang lain akhirnya memilih bungkam dan mengakhiri penyelidikan. Mencari aman.

Sejak kasus-kasus misterius dan tragis itu viral, tak ada warga desa lain yang berani bertandang ke Desa Kembangan. Semua ketakutan. Saat menjelang Magrib penduduk setempat pun sudah tak ada yang berani keluar. Semua mencari aman dengan berlindung di rumah masing-masing. Sehingga Desa Kembangan saat malam tiba sangat mencekam bak desa mati.

***

Berita tentang kejadian aneh di Desa Kembangan pun sampai pada pemburu berita. Namun, para awak media saat baru akan memasuki Desa Kembangan sudah mendapat gangguan yang membuat mereka mengurungkan niatnya. Hingga beberapa rombongan pemuda yang berprofesi sebagai konten kreator berhasil memasuki desa. Namun, rombongan pemuda itu mati satu per satu secara tragis. Hanya dua pemuda yang berhasil selamat. Satu pulang dalam keadaan linglung. Sementara satunya sakit-sakitan. Sakitnya pun tidak terdeteksi oleh medis.

Serombongan pemuda lain tertarik untuk mencari tahu apa yang terjadi di Desa Kembangan. Setelah mendapat restu dari keluarga, dan juga mengumpulkan niat serta keberanian. Akhirnya mereka bertekad untuk berangkat.

Dimas, Asti, Ruli, Dipta, Andre, Putri, Ayu dan Wendi nama-nama pemuda dan pemudi yang kini telah berhasil memasuki Desa Kembangan. Para pamong desa pun telah pergi ke desa lain. Sehingga kini Desa Kembangan tanpa RT dan perangkat desa lainnya. Hanya sisa beberapa warga saja. Salah satunya Murni dan Hadi.

Para pemuda yang sedang melakukan penyelidikan itu tinggal di salah satu rumah warga yang kosong. Tentu saja sudah seizin saudara pemilik rumah yang masih tinggal di desa tersebut karena tak punya cukup biaya untuk pindah rumah ke lain desa.

Hari pertama berada di Desa Kembangan semua pemuda itu masih aman. Tidak ada gangguan apa pun. Di hari kedua mereka mulai melakukan misinya. Yakni mewawancarai warga yang masih tetap tinggal. Rumah pertama yang mereka sambangi adalah rumah orangtuanya Hadi. Wawancara berjalan lancar tak ada kendala. Lalu, rumah selanjutnya adalah rumah Murni dan Hadi.

Saat rombongan pemuda datang, Murni menyambut dengan sikap dingin serta wajah datar, ia merasa terganggu dengan kehadiran anak dari kota itu. Terlebih saat melihat pakaian Ayu yang minim dan ketat, Murni tidak suka. Sementara Hadi sangat ramah, dia juga yang menyiapkan minuman dan cemilan untuk para tamunya. Murni pun meras panas hatinya.

"Silakan dinikmati suguhan alakadarnya dari kami," ucap Hadi mempersilakan. Di meja ruang tamunya sudah tersedia teh hangat dan pisang goreng.

"Aaak!" jerit Ayu, pisang goreng yang semula sudah ia pegang pun terlempar ke lantai.

"Kamu kenapa?" tanya Asti yang duduk tepat di samping Ayu.

"Pisang gorengnya banyak belatungnya," jelas Ayu.

"Belatung apaan? Gak ada. Orang masih anget, enak kok." Ruli menimbrung sambil makan.

"Maafkan teman saya, ya, Pak Hadi, Bu Murni. Mungkin karena kecapaian jadi halusinasi." Putri turut bicara dan meminta maaf atas sikap Ayu, tetapi dia juga tidak makan dan minum. Hadi memaklumi, sementara Murni masih saja dingin dan datar ekspresinya.

"Aaak!" Lagi, Ayu histeris saat melihat perut Murni.




ANAK IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang