"Ada apa?" tanya Dipta, saat Putri tiba-tiba merangsek di sebelahnya.
"Ah, tidak. Memangnya aku tidak boleh berada di dekatmu?" goda Putri sambil menaik-turunkan alisnya. Dia hanya berusaha menetralisir sedikit perasaan takutnya akan kemunculan sosok tanpa bola mata itu. Celetukan Putri itu mendapat sambutan ejekan 'ciye-ciye' dari teman-temannya. Namun, tidak dengan Asti. Gadis dengan setelan celana jeans pensil hitam dan kemeja kotak-kotak putih hitam itu hanya diam. Sepertinya kurang suka melihat kecentilan Putri. Sedangkan Dipta, menjadi salah tingkah saat digoda teman-temannya.
"Asti, pelan-pelan atuh, jalannya!" pekik Ayu, saat Asti berjalan lebih cepat mendahului rombongan. Ayu berlari kecil menyusul Asti yang mendadak sewot. Dahi Putri mengernyit dengan perubahan sikap Asti yang mendadak. Mungkin lagi PMS, pikir Putri.
Putri menengok ke belakang perlahan, memastikan apakah sosok tanpa bola mata itu masih ada di tempatnya. Putri menghela napas lega, sosok itu sudah hilang. Ia pun bergegas berlari menyusul Asti dan Ayu, meninggalkan para cowok di belakang.
"Hei, kenapa kalian meninggalkanku bersama cowok-cowok nyebelin itu?" tanya Putri sembari merangkul bahu Asti saat sudah sejajar. Namun, Asti menolak rangkulan Putri. Putri tak ambil pusing, dan beralih merangkul Ayu.
"Bukannya kamu sedang caper ke Dipta?" ceplos Ayu.
"Siapa yang caper?" tanya balik Putri.
Obrolan Ayu dan Putri membuat Asti merasa gerah. Asti pun kembali berlari, tak menghiraukan pekikan Ayu dan Putri yang memintanya menunggu. Sesampainya di penginapan, Asti langsung masuk ke kamar mengunci diri.
Sedangkan Putri memilih duduk di sofa ruang tamu main ponsel. Ayu menyusul ke kamar, tapi balik lagi ke tempat Putri berada.
"Lah, nggak jadi ke kamar?"
"Dikunci sama Asti pintunya."
"Lah, kenapa dia?"
"Gak tau, capek kali, ya, nggak mau diganggu dia," balas Ayu sedikit heran. Putri menanggapi dengan mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu.
***
"Asti, kamu kenapa, sih? Kalau ada masalah itu cerita, jangan kek gini!" teriak Putri kesal. Pasalnya dari sore Asti belum juga keluar. Bahkan saat Ayu dan dirinya menggedor hendak mengambil baju ganti usai mandi tadi, juga tak dibukakan pintu. Dan kini saat makan malam, Asti juga belum keluar.
"Kenapa Asti?" tanya Andre mendekat.
"Gak tahu tuh! Dari tadi ngurung diri di kamar," balas Putri sewot.
"Dobrak aja kali, ya," ujar Andre kemudian.
Tepat saat Tubuh Andre menempel daun pintu, Asti membukanya. Sehingga tubuh Andre nyungsep. Hal itu membuat semua tergelak. Termasuk Asti, dan suasana yang sempat dingin pun kembali hangat.
"Sialan!" umpat Andre sembari bangkit dan meringis kesakitan.
"Kamu kenapa ngurung diri di kamar?" tanya Putri setelah Asti ekspresinya terlihat lebih bersahabat.
"Aku tadi nutup pintu mau ganti baju karena terasa gatal. Tapi, terus ketiduran," balas Asti lanjut nyengir.
"Kirain marah atau kenapa!" sungut Putri.
"Hehe, ya, maap!"
"Bikin orang panik aja, lu! E tapi, kok kita gedor-gedor pintunya gak kebangun, sih?" sahut Ayu.
"Aku pake headset. Hehe."
Ayu mendengkus kesal.
"Sudah-sudah, ayo kita makan!" ajak Ruli.
"Ya, aku sudah sangat lapar," timpal Dimas. Lantas, semua pun pergi ke ruang makan.
Saat semua sedang asyik santap malam diiringi obrolan dan candaan, tiba-tiba pintu diketuk dengan sangat keras. Mulanya ritmenya perlahan, tapi lama-lama makin brutal seolah orang yang sedang butuh bantuan.
"Biar aku aja yang buka." Andre menawarkan diri dan lekas beranjak dari duduk. Beberapa saat dia kembali ke ruang makan yang riuh.
"Siapa, Ndre?" tanya Ruli.
"Nggak ada orang. Mungkin orang iseng," balas Andre. Sontak semua pun terdiam dan saling pandang. Lagi, ketukan pintu itu kembali terdengar. Kali ini, semua ke depan ramai-ramai membuka pintu. Putri sedikit berjingkat kaget saat pintu dibuka, sosok gadis bermata bolong itu bediri penuh amarah di teras. Darah kehitaman mengalir dari kedua matanya yang bolong. Rambutnya yang kusut berkibar tertiup angin malam yang liar.
"Tuh, kan, nggak ada orang," ujar Andre sambil celingukan memonitor sekitar. Pun dengan yang lain. Sedangkan Putri hanya mematung di tempat saat yang lain ke teras memastikan sekitar. Petir tiba-tiba menggelegar, sontak semua pun bergegas ke dalam. Termasuk sosok bermata bolong itu melesat ke dalam. Sehingga membuat tubuh Putri yang terserempet pun oleng, lalu jatuh tepat di pelukan Dipta. Pemandangan adegan romantis itu membuat tangan Asti terkepal sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK IBLIS
TerrorMurni dan Hadi adalah pasangan suami istri yang sudah lama menikah, tapi belum juga dikaruniai keturunan. Berbagai macam cara telah mereka lakukan demi mendapat seorang anak, baik secara medis atau non medis. Namun, tidak kunjung membuahkan hasil. S...